Senin, 08 Oktober 2012

Perkembangan Jiwa Keagamaan Pada Manusia



     A.    Latar Belakang

            Manusia adalah  makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk eksploratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan bawan yang dapat di kembangkan.
            Selanjutnya, manusia juga disebut sebagai makhluk yang memiliki prinsip tanpa daya, karena untuk tumbuh dan berkembang secara normal manusia memerlukan bantuan luar dirinya. Bantuan dimaksud antara lain dalam bentuk bimbingan dan pengarahan dari lingkungannya. Bimbingan dan arahan yang di berikan dalam membantu perkembangan tersebut pada hakikatnya di harapkan sejalan dengan kebutuhan manusia itu sendiri, yang sudah tersimpan sebagai potensi bawaannya.
Karena itu, bimbingan yang tidak searah dengan potensi yang dimiliki akan berdampak negatife bagi perkembangan manusia. Dalam bukunya pengantar Psikologi kriminil Drs. Gerson W. Bawengan, SH. Mengemukakan pembagian kebutuhan manusia berdasrkan pembagian yang di kemukakan oleh J.P. Guilford yaitu kebutuhan individual, kebutuhan social dan kebutuhan manusia akan agama.[1] 
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana tahap perkembangan   manusia?
2.      Bagaimana   perkembangan jiwa keagamaan  manusia dalam psikologi Islam?

BAB II
PEMBAHASAN


A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN DAN JIWA KEAGAMAAN
a. Pengertian perkembangan
            Perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat proses kematangan dan pengalaman, seperti yang dikatakan oleh Van din diale perkembngan berarti perubahan kualitatif ini berarti perkembangan  bukan sekedar perubahan beberapa centimeter tinggi badan seseorang atau peningkatan kemampuan seseorang melainkan suatu proses integrasi dan banyak stuktur dan fungsi yang komplek. [2]
            Dalam proses perkembangan perubahan- perubahan prilaku menurut tingkat usia sebagai masalah antisiden (gejala yang mendahului dan konsekensinya). Pada dasarnya ada dua proses perkembangan yang saling bertentangan yang terjadi secara serampak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan dalam kemunduran keduanya mulai dari kemunduran sampai dengan berakhir dengan kematian.
            Dala tahun-tahun pertama pertumbuhan berperan sekalipun perubahan-perubahan yang bersifat kemunduran terjadi semenjak kehidupan janin pada bagian selanjutnya kemunduran yang berperan sekalipun pertumbuhan tidak berhenti, rambut tumbuh terus dan sel-sel terus berganti pada usia lanjut beberapa bagian tubuh dan alam pikiran lebih banyak berubah dari pada yang lain.    
            Seringkali pola perubahan itu mirip kurva berbentuk lonceng pada awalnya naik dengan tiba-tiba mendatar selama usia pertengahan dan turun secara perlahan atau mendadak pada usia lanjut,perlu di catat pola ini tidak pernah berbentuk garis lurus walaupun dapat terjadi priode stabil yang singkat atau berkepanjangan dalam kemampuan yang berbeda
b. Pengertian Bayi, Kanak-kanak, Remaja dan  Dewasa serta Lansia

                  masa bayi merupakan perkembangan awal manusia yang belum mampu menunjukkan sikap perubahan yang radikal hanya dalam gerak dan tawa, sedang masa kanak kanak tahap perkembangan yang mengexplorasi lingkungan sekitar untuk menjawab pertanyaan dalam benak mereka baik soal fisik, masalah masalah social dan lain lain. Ketika mereka beranjak remaja mulailah mereka memikirkan hal yang tepat dan menjadi keyakinan mereka dengan membanding bandingkan pendapat dari orang lain. Saat telah menginjak usia dewasa terlihat adanya kematangan jiwa mereka; “Saya hidup dan saya tahu untuk apa,” menggambarkan bahwa di usia dewasa orang sudah memiliki tanggung jawab serta sudah menyadari makna hidup.[3] Dengan kata lain, orang dewasa nilai-nilai yang yang dipilihnya dan berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai yang dipilihnya.
Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian:[4]
1. Masa dewasa awal (masa dewasa dini/young adult)
Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, priode isolasi social, priode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian diri pada pola hidup yang baru. Kisaran umurnya antara 21 tahun sampai 40 tahun.

2. Masa dewasa madya (middle adulthood)
Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai enam puluh tahun. Ciri-ciri yang menyangkut pribadi dan social antara lain; masa dewasa madya merupakan masa transisi, dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan prilaku masa dewasanya dan memasuki suatu priode dalam kehidupan dengan ciri-ciri jasmani dan prilaku yang baru. Perhatian terhadap agama lebih besar dibandingkan dengan masa sebelumnya, dan kadang-kadang minat dan perhatiannya terhadap agama ini dilandasi kebutuhan pribadi dan sosial.
3. Masa usia lanjut (masa tua/older adult)
Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun ciri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya adalah sebagai berikut; perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, peruban kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi psikologis, perubahan dalam system syaraf, perubahan penampilan.

c. Pengertian Lansia
Lanjut usia (lansia) menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia enam puluh tahun ke atas. Selanjutnya pada pasal 5 ayat 1 disebutkan bah wa lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pasal 6 ayat 1 menyatakan bahwa lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. [5]
Manusia usia lanjut dalam penilaian banyak orang adalah manusia yang tidak produktif lagi. Kondisi fisik rata-rata sudah menurun sehingga dalam kondisi yang uzur ini berbagai penyakit siap menggorogoti mereka. Dengan demikian, di usia lanjut ini terkadang muncul semacam pemikiran bahwa mereka barada pada sisa-sisa umur menunggu kematian
Dari ayat-ayat itu jelas, lansia seperti halnya warga negara yang lain memiliki hak dan kewajiban sama dengan warga negara lain yang belum memasuki usia lanjut.
Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri.  Sangat berbeda dengan rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson ini adalah masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya.  Bahkan, masa ini mungkin masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap untuk meninggalkan dunia ini[6]
B. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN PSIKOLOGI AGAMA.
            Untuk menetapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai di pelajari memang agak sulit. Baik dalam kitab suci, maupun dalam sejarah tentang agama-agama tidak terungkap secara jelas mengenai hal itu. Namun demikian, walupun secara tidak lengkap, ternyata yang menjadi ruang lingkup kajian psikologi agama banyak di jumpai baik melalui informasi melalui kitab suci agama maupun sejarah agama. .
Dalam  Al-Qur’an telah di ceritakan tentang cara Ibrahim as. Memimpin ummatnya untuk bertauhid kepada Allah. Ketika malam semakin gelap di melihat sebuah  bintang dan berkata:
“Inilah tuhanku”. Tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “saya tidak suka kepada tuhan yang tenggelam.” Kemudian, tatkala melihat bulan terbit, dia berkata: ”inilah tuhanku.”Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: “sesungguhnya jika tuhanku memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.”Kemudian, tatkala melihat matahari terbit ia berkata: “inilah tuhanku.ini yang lebih besar” maka tatkal mentari itu terbenam, dia berkata  “hai kaumku, sesunguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS 6:76-78).   
            Perumpamaan ini melukiskan bagaimana proses konversi terjadi, walaupun dalam  informasi kitab suci tersebut di kiaskan kepada Ibrahim as. yang berusaha meyakinkan pengikutnya tentang kekeliruan mereka menyembah benda-benda alam yang hakikatnya hanya ciptaan dan tidak layak di sembah.
            Berdasarkan sumber barat, para ahli Psikologi Agama menilai bahwa kajian Psikologi Agama mulai popoler pada abad ke-19. sekitar masa itu psikologi yang semakin berkembang di gunakan sebagai alat untuk kajian keagamaan. Kajian semacam itu dapat membantu pemahaman tentang cara bertingkah laku, berpikir dan mengemukakan prasangka ke agamaan (Robert H. Thouless, 1992:1)
            Menurut Thouless, semenjak terbit buku The Varieties Of Religious Ekperience tahun 1903, sebagai kumpulan dari materi kuliah william james di empat universitas di Skotlandia, maka langkah awal dari kajian psikologi agama mulai di akui para ahli psikologi dan dalam jangka waktu 30 tahun kemudian banyak buku-buku lain di terbitkan sejalan dengan konsep yang serupa. Sejak saat itu, kajian-kajian tentang Psikologi Agama tidak hanya terbatas pada masalah yang menyangkut keagamaan secara umum melainkan masalah-masalah khusus.
            Di tanah air sendiri tulisan mengenai Psikologi Agama di kenal sekiatar tahun 1970-an, yaitu oleh Prof zakiah daradjat ada sejumlah buku yang beliau tulis untuk kepentingan buku pegangan bagi mahasiswa di lingkungan IAIN. Di luar itu, kuliah mengenai Psikologi Agama juga sudah di berikan. Khususnya di Fakultas Tarbiyah oleh Prof. Dr. A. Mukti Ali dan Prof. zakiah daradjat sendiri. Kedu orang ini di kenal sebagai pelopor psikologi agama di Indonesia. Sumber- sumber barat umumnya merujuk awal kelahiran psikologi agama adalah dari karya Edwin Diller dan Starbuck dan William james, sebaliknya di dunia timur, khususnya di wilayah kekuasaan islam kajian-kajian yang tentang hal serupa belum sempat di masukkan. Padahal, tulisan Muhammad Ishaq ibn Yasar pada abad 7 masehi berjudul Al-syiar wa al-Maghazi memuat berbagai fragumen dari biografi nabi Muhammad Saw ataupun Risalah Hay Yaqzan Fi Asrar Al-Hikmat Al Masyriqiyyat yang di tulis oleh Abu Bakr Muhammad Ibn Abd Al Malim Ibn Tufail juga memuat masalah yang erat kaitannya dengan Psikologi.  
              Ilmu Psikologi agama tergolong cabang psikologi yang berusia muda berdasarkan informasi dari berbagai literature, dapat di simpulkan bahwa kelahiran Psikologi Agama di dukung oleh para ahli dari berbagai disiplin ilmu.

C.    SIKAP KEBERAGAMAAN PADA MANUSIA
a. Jiwa Keagamaan
Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di tentukan oleh tingkat usia.
            Para ahli psikologi perkembangan membagi membagi perkembangan manusia manusia berdasarkan usia menjadi beberapa tahapan atau priode perkembangan. Secara garis besarnya priode perkembngan itu di bagi menjadi: 1) Masa prenatal; 2) Masa bayi; 3) Masa kanak-kanak ; 4) Masa pra pubertas ; 5) Masa pubertas ; 6) Masa dewasa ; 7) Masa usia lanjut.setiap masa perkembangan memiliki cir-ciri tersendiri termasuk perkembangan jiwa keagamaan.
Tahap perkembangan beragama pada anak terbagi menjadi tiga sejalan dengan kecerdasannya:
a.  Tingkat dongeng, anak berumur 3-6 tahun konsep mengenai banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masihmenggunakan konsep fantasi, yang meliputi dongen doengen yang kurang masuk akal.
b. Tingkat kepercayaan, anak berusia tujuh tahun sampai massa adolence. Ide ide tentang mengenai tuhan tercermin dalm konsep yang realistic, dan biasanya muncul dari lembaga agama atau pengajaran oang dewasa. Biasanya disasar atas emosional sehingga menghasilkan konsep agama yang realistik. Dan pemikiran logis.
c. tingkat individu, pada tahap ini anak telah meiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dnga perkembangan usianya. Konsep keagamaan terbagi menjadi tiga yaitu : konsep tuhan yang murni denga pandangan bersifat personal, konsep agama yang bersifat humanistic yakni agam telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran agama
Tahap perkembangan jiwaberagama pada anak remaja
Pada hakikatnya masa remaja yang utama adalah masa menemukan diri, meneliti sikap hidup yag lama dan mencob coba hal baru untuk menjadi pribadi yang dewasa. Perasaan beragama adalah efek dari masa lalu sesuai tempat tinggal mereka.
Gambaran remaja mengenai tuhan dan sifat sifatnya merupakan bagian dari gambaran terhadap ala, dan lingkungan seta dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri. Seperti ketika remaja melihat sesuaatu yang indah maka ia akan kagum dengan kekuasaan tuhan. Hal ini tidaklah stabi lkarna tergantung oleh perubahan perubahan emosi yang cepat, terutama sat remaja awal.
Kebutuhan akan tuhan kadang kadang tidak terasa jika mereka sedang merasa tentram dan sebaliknya. Sifat sifat remaja dalam beragama diantaranya: percaya ikut ikutan. Peraya dengan kesadara, percaya tapi agak ragu ragu, tidak percaya dan cenderung apatis.
Tahap perkembangan Beragama  pada orang dewasa
Kesadaran beragama pada usia ini merupakan dasar dan arah dari kesiaapna seseorang untuk mengadakan tanggapan reaksi,pengolahan dan penyesuaian diri terhadap rangsangan dari luar . cirri cirri sikap keberagamaan mereka :
Menerima kebenaran beragama berdasarkan pertimbangan pemikiran yang matang, cenderung realistic, bersikap positif terhadap ajaran dan norma agam, ketaan berdasarkan pertimbangan dan tanggung jawab diri hingga sikap keberagamaan merupakan realisasi, bersikap terbuka, sikap keberagamaan cenderung mengarah pada tipe kepribadian masing masing, sehinga terlihat adanya pengaruh kepribadian dalam menerima, memahami serta melaksanakan ajaran agama, terlihat adanya hubungan yang ert antara sikap dan kehidupan sosial.
  Tahap perkembangan beragama pada lansia
Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahap-tahap perkembangan. Hurlock (1991) menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda.
Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia (2001) yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya. Salah satu contohnya adalah perubahan fisik pada lansia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada saat muda dulu. Hal ini Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi (Krase, 1995 dalam Papalia, 2003). Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agamamenyebabkan lansia kemudian menjadi demotivasi dan menarik diri dari lingkungan sosial. Masalah-masalah lain yang terkait pada usia ini antara lain loneliness, perasaan tidak berguna, keinginan untuk cepat mati atau bunuh diri, dan membutuhlan perhatian lebih. Masalah-masalah ini dapat membuat harapan hidup pada lansia menjadi menurun
   Melihat masalah-masalah yang potensial terjadi pada lansia maka perlu diperoleh suatu cara untuk mencegah atau mengurangi beban dari masalah-masalah tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh para lansia adalah dengan berusaha mencapai kesejahteraan psikologis (psychological well-being). Bradburn (dalam Ryff, 1989) mendefinisikan psychological well-being (PWB) sebagai kebahagiaan dan dapat diketahui melalui beberapa dimensi. Dimensi-dimensi tersebut antara lain otonomi, penguasaan lingkungan, pertumbuhan pribadi, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup, serta penerimaan diri (Ryff, 1989). Ryff juga menyebutkan bahwa PWB menggambarkan sejauh mana individu merasa nyaman, damai, dan bahagia berdasarkan penilaian subjektif serta bagaimana mereka memandang pencapaian potensi-potensi mereka sendiri.
            Dari beberapa tiori diatas memgambarkan bahwa tujuan hidup berdasarkan nilai-nilai yang di jalani oleh setiap manusia  merupakan pondasi dasar yang membuat manusia mencapai kesejahteraan hidup, kebahagian dunia dan akhirat, agama merupakan nilai yang membawa manusia kepada kebahagian dunia dan akhiarat
Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat. M.Argyle mengutip sejumlah penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus persen setelah usia 90 tahun [8]
Dalam banyak hal, tak jarang para ahli psikologi menghubungkan kecendrungan peningkatan kehidupan keberagaman dengan penurunan gairah seksual.Menurut pendukung pendapat ini manusia usia lanjut mengalami frustasi di bidang seksual, sejalan dengan  penurunan kemampuan fisik dan frustasi semacam itu di nilai sebagai satu-satunya faktor yang membentuk sikap keagamaan. Tetapi menurut Robet  H Thoules pendapat tersebut terlalu berlebih lebihan, sebab katanya, hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun kegiatan seksual secara biologis boleh jadi tidak ada lagi pada usia lanjut, namun kebutuhan mencintai dan di cintai tetap ada poda usia tua  [9]
Menganalis hasil penelitian M. Argyle dan Elie A. Cohen, Robert H Thouless cendrung berkesimpulan bahwa yang menentukan berbagai sikap keberagaman di umur tua adalah depersonalisasi. Kecendrungan hilangnya identifikasi diri dengan tubuh dan juga cepatnya akan datang kematian merupakan salah satu faktor yang menentuakan sikap keberagaman.
Dalam buku Psikologi Agama, Jalaluddin menuliskan beberapa ciri-ciri keberagaman manusia pada usia lanjut secara garis besarnya adalah:
1.      Kehidupan keberagaman pada usi lanjut sudah mencapai  tingkat kemantapan
2.      Meningkatkan mulai munculnya pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat secara lebih sungguh-sungguh
3.      Sikap kebragaman cendrung mengarah kepada kebutuhan saling cinta antar sesama manusia, serta sifat-sifat luhur.
4.      Meningkatnya kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan
5.      Timbul rasa takut kepada kematian yang sejalan dengan pertambahan usia lanjut
6.      Perasaan takut kepada kematian ini berdampak pada peningkatan pembentukan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan abadi (akhirat)
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga diri dan optimisme. Studi lain menyatakan bahwa praktisi religius dan perasaan religius berhubungan dengan sense of well being, terutama pada wanita dan individu berusia di atas 75 tahun (Koenig, Smiley, & Gonzales, 1988 dalam Santrock, 2006). Studi lain di San Diego menyatakan hasil bahwa lansia yang orientasi religiusnya sangat kuat diasosiasikan dengan kesehatan yang lebih baik (Cupertino & Haan, 1999 dalam Santrock, 2006).

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA



Manusia adalah makhluk yang ekploratif dan potensial. Dikatakan makhluk ekfloratif, karena manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri baik secara fisik maupun psikis. Manusia di sebut makhluk potensial karena pada manusia tesimpan sejumlah kemampuan bawaan  yang dapat di kembangkan.
.Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu dengan melalui tahap-tahap perkembangan. Hurlock  menyebutkan tahap perkembangan tersebut adalah periode pranatal, bayi, masa bayi, masa awal kanak-kanak, masa akhir kanak-kanak, masa remaja awal, masa remaja, masa dewasa awal, masa dewasa madya, dan masa usia lanjut. Masing-masing tahapan tersebut mempunyai tugas perkembangan dan karakteristik yang berbeda-beda. Melalui tahap-tahap perkembangan tersebut, Hurlock ingin menjelaskan bahwa menjadi tua pada manusia adalah suatu hal yang pasti terjadi dan tidak dapat dihindari.
Jiwa keagamaan yang termasuk aspek rohani (psikis) akan sangat tergantung dari perkembangan aspek fisik dan demikian pula sebaliknya. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa kesehatan fisik akan berpengaruh pada kesehatan mental. Selain itu perkembangan di tentukan oleh tingkat usia.
Kehidupan keagaman pada usia lanjut menurut hasil penelitian psikologi agama ternyata meningkat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan ole Cavan yang mempelajari 1.200 orang sampel yang berusia 60-100 tahun. Temuan menunjukkan secara jelas kecendrungan untuk menerima pendapat keagamaan yang semakin meningkat pada umur-umur ini sedangkan pengakuan terhadap realitas tentang kehidupan akhirat baru muncul sampai dengan seratus persen setelah usia 90 tahun.
Agama dapat memenuhi beberapa kebutuhan psikologis yang penting pada lansia dalam  hal menghadapi kematian, menemukan dan mempertahankan perasaan berharga dan pentingnya dalam kehidupan, dan menerima kekurangan di masa tua.
Lansia dengan komitmen beragama yang sangat kuat cenderung mempunyai harga diri yang paling tinggi. Individu berusia 65 ke atas mengatakan bahwa keyakinan agama merupakan pengaruh yang paling signifikan dalam kehidupan mereka, sehingga mereka berusaha untuk melaksanakan keyakinan agama tersebut dan menghadiri pelayanan agama, kebutuhan akan agama merupakn hal yang tidak dapat di pisahkan dalam kehidupan manusia.Agama merupakan pondasi dasar yang dapat menentukan kebahagian dunia dan akhirat



[1] Jalaluddin, Psikologi keagamaan. PT Raja Grafindo Persada, 2004.  hal 87
[2] Elizabeth B.hurlock, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Hayat. Erlangga ,1980) hal 450
[3] Prof. Dr. H. Jalaludin. Psikologi Agama, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007 hal. 105
[4] Sururin, M.Ag. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004 hal. 83
[5]  Partini Suardiman Kepala Pusat Studi Sumberdaya Lansia UNY               
[6] Steve simajuntak. Com.11.2007
[8] Ibid hal 103
[9] Robet H Thouless, An Introdaction to the psikologiy. Chambridge Universiti Press, 1997. hal. 108.  

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates