BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Bimbingan
Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau
bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai
pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah
melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan
pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu
sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang
bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai
teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan
konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat
memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres
masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan
paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin
dieliminir.
Sebagai
sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan
personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga
pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang
dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan terlambat, kurang sopan dan
berkata kotor memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi
usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada.
B.
RUMUSAN MASALAH
1)
Apa yang dimaksud dengan perilaku terlambat, kurang sopan
dan berkata kotor?
2)
Apa penyebab munculnya perilaku terlambat, kurang sopan
dan berkata kotor?
3)
Bagaimana langkah-langkah bimbingan yang ditempuh?
4) Bagaimana usaha konseling individu dan
kelompok?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Terlambat, Kurang Sopan, Dan Berkata Buruk
Terlambat menurut kamus besar bahasa indonesia
berarti lewat dari waktu yang telah ditentukan.[1]
Jadi siswa datang di kelas melewati batas dari waktu yang telah ditentukan oleh
peraturan sekolah. Yang akhirnya membuat suasana proses pembelajaran menjadi
sedikit terhambat dan tidak kondusif.
Sopan adalah hormat dengan tertib menurut adab yang
baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan).[2]
Menurut definisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku “kurang sopan” adalah perilaku tidak
hormat menurut adab yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Berkata buruk adalah perkataan yang tidak pantas
diucapkan, atau tidak patut karena menyimpang dari kaidah-kaidah norma yang
berlaku di masyarakat.
B.
Sebab
– sebab Terjadinya Perilaku Terlambat, Kurang Sopan, Dan Berkata Buruk
Brown dan
Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai
berikut:
1. Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh guru
2. Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain
dapat menyebabkan perilaku yang kurang.
3. Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
4. Perilaku tidak disiplin bisa
disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang
fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang
tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses
pendidikan pada umumnya.[3]
Sebab-sebab
terjadinya perilaku siswa yang menyimpang seperti terlambat, kurang sopan dan
berkata kotor secar garis besar adalah:
1. faktor
Orang tua
Orang
tua adalah faktor pertama yang menyebabkan penyimpangan dari diri anak. Karena
dari orang tua pendidikan pertama didapat oleh anak. Apa yang sering di ucapkan
dan dilakukan oleh orang tuanya menjadi panutan atau mempengaruhi pola pikir
anak tersebut.
2. Faktor
lingkungan
Lingkungan
mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter dan kepibadian anak. Jika
anak tumbuh dan besar dalam lingkungan yang disharmonis, maka perilaku anak
tersebut akan cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan pada diri anak.
3. Faktor sekolah
Perilaku
siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor
lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah
merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku
siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan
mengajarnya. Sikap teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan
didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke
dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang
tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada
dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Akan
tetapi jika dari lingkungan sekolah misalnya dari guru dan teman sebaya tidak
memberikan contoh yang baik bagi anak, tentu anak juga akan terpengaruh pola
pikirnya sehingga mudah sekali melakukan penyimpangan seperti telat, kurang
sopan dan sering berkata kotor. Secara langsung dan tidak langsung sekolah
adalah media belajar yang peranannya sangat besar bagi peserta didik.
C.
Langkah
Bimbingan Yang Ditempuh
Sehubungan
dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin
dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Membantu siswa mengembangkan pola
perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda,
mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam
kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b. Membantu siswa meningkatkan standar
prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda,
jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai
standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh
setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar
maupun dalam pergaulan pada umumnya.
c. Menggunakan pelaksanaan aturan
sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan
khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi
dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran
yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.[4]
·
Untuk
anak terlambat:
Adapun beberapa upaya untuk dapat dilakukan antara lain:
1) Absen pagi-siang walaupun untuk mengatasi masalah kedisiplinan itu tidak mudah, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh sekolah adalah sekolah harus tetap memenuhi tugasnya sebagai peran didik, yaitu mendidik anak-anak yang semulanya pemalas menjadi rajin, yang semula kehadirannya di sekolah selalu terlambat, agar bisa menjadi lebih awal berangkatnya dan tidak terlambat lagi. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk tujuan itu adalah sekolah melakukan absen dua kali, pagi hari diabsen, didata kehadirannya, demikian pun pada siangnya.
1) Absen pagi-siang walaupun untuk mengatasi masalah kedisiplinan itu tidak mudah, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh sekolah adalah sekolah harus tetap memenuhi tugasnya sebagai peran didik, yaitu mendidik anak-anak yang semulanya pemalas menjadi rajin, yang semula kehadirannya di sekolah selalu terlambat, agar bisa menjadi lebih awal berangkatnya dan tidak terlambat lagi. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk tujuan itu adalah sekolah melakukan absen dua kali, pagi hari diabsen, didata kehadirannya, demikian pun pada siangnya.
2) Pintu gerbang ditutup. Langkah
sekolah untuk menutup pintu gerbang sekolah pada pagi hari. Bertepatan pada jam
pelajaran sudah efektif, pintu terbang pun ditutup. Langkah ini dianggap baik
asal sebelumnya sudah jauh-jauh hari disosialisasikan, menjadi terkesan baik
sebab penutupan pintu gerbang juga bermakna hal yang sama bagi guru dan
karyawan. Artinya kalau ada guru dan karyawan yang datang terlambat nasibnya
akan sama. Pintu baru dibukakan kembali setelah jam kedua. Pembiasaan semacam
ini menjadikan para siswa, terutama lebih berhati-hati untuk tidak datang
terlambat lagi.
3) Inventarisasi keterlambatan siswa
bila siswa datang terlambat langsung dicatat, baik untuk kehadiran pagi maupun
setelah istirahat siang untuk pribadinya akan didapatkan data catatan yang
otentik, berikutnya kalau dari catatan itu kemudian dibuat grafik atau
statistic yang dipetakan, mau tidak mau siswa yang terlambat itu akan terketuk
kesadaran hatinya. Bila dicantumkan dalam grafik atau statistik kemudian
dibandingkan dengan kelas-kelas lain dan dipampang di tempat-tempat tertentu
misalnya di ruang guru atau ruang Bimbingan dan Konseling.
4) Sanksi bila kondisi siswa sudah
tidak bisa diajak toleransi lagi, akhirnya sanksi pun dilakukan oleh sekolah,
sanksi ini diberlakukan sangat berhati-hati dan bertahap, disisi lain sanksi
ini pun diperankan sebagai alat mendidik. Kalau semua usaha sudah tidak mempan,
barangkali dengan sanksi dirinya akan lebih baik lagi.
·
Untuk anak kurang sopan dan berkata kotor,
langkah bimbingan yang dapat ditempuh adalah :
ü Berikan
contoh kata - kata yang baik karena anak - anak itu gampang meniru apa yang
diucapkan oleh orang - orang yang terdekat.
ü Jauhkan
dari lingkungan / pergaulan yang tidak sopan karena dapat mempengaruhi otak dan
kepribadian anak.
ü Berikan
anak pujian jika ia berkata sopan. Hal itu akan menimbulkan rasa bangga pada
dirinya dan terus belajar untuk berkata baik karena hal itu lebih menyenangkan
orang lain.
ü Jangan
lupa berdo'a kepada Allah swt agar dijauhkan dari pengaruh - pengaruh buruk sehingga
mental anak terhindar darinya.
D.
Usaha
Konseling Kelompok Dan Individu
Bimbingan
Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau
bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai
pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah
melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan
pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu
sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang
bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai
teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan
konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat
memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik
stres masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan
paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin
dieliminir.
Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak
dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi
manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi
lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri.
Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak
sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk
mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal,
harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing
dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi
siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan terlambat, kurang sopan dan berkata
kotor memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha
untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu
usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita
mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum
karena melakukan penyimpangan tersebut. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya
jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal
tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab
siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung
dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus
maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.
Tindakan yang dapat dilakukan
· Dengan Mengetahui Faktor - Faktor
Penyebabnya
Dengan mengetahui faktor - faktor
penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa.
Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau
menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup,
tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing
menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua
informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik
akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak
masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang
terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan
membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga
turut andil dalam penyimpangan dan ketidak disiplinan tersebut. Oleh karena
itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan
sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain
itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada
kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
·
Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan
disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang terlambat, serinng
berkata kotor dan kurang sopan. Pelajar yang yang terlambat, sering berkata
kotor dan kurang sopan selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk
menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang yang
terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan mempunyai tingkat kenakalan
yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar
yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex
bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena tersebut. Fenomena siswa
yang terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan ini sebenarnya tidak bisa
dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar
dimulai. Dibutuhkan ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya
terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan.
·
Menjalin
Hubugan Yang Baik dengan Siswa
Sesungguhnya yang paling dominan dalam
mempengaruhi siswa yang terlambat, sering berkata kotor dan
kurang sopan
adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai Designer of
Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran
menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru
yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas
dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa
jenuh di kelas dan akhirnya mengalihkan perhatian dengan berperilaku kurang
span seperti menjaili siswa perempuan, dll.
Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan
dirinya sebagai Evaluator of Instruction,
guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan
kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan
kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara
“ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak
untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa
semakin bertindak semaunya sendiri.
·
SOLUSI
1.
Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa,
memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa.
2. Guru memberikan teladan yang baik kepada
siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering
terlambat dibiarkan saja.
3.
Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria
menyenangkan dan hidup.
4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah
siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5.
Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil,
transparan, jujur dan tidak merekayasa.
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN
Terlambat menurut kamus besar bahasa indonesia
berarti lewat dari waktu yang telah ditentukan. Jadi siswa datang di kelas
melewati batas dari waktu yang telah ditentukan oleh peraturan sekolah. Yang
akhirnya membuat suasana proses pembelajaran menjadi sedikit terhambat dan
tidak kondusif. Sopan adalah hormat dengan tertib menurut adab yang baik. Atau
bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Menurut definisi
tersebut bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku “kurang sopan” adalah perilaku tidak hormat menurut adab yang
berlaku di lingkungan masyarakat. Berkata buruk adalah perkataan yang tidak
pantas diucapkan, atau tidak patut karena menyimpang dari kaidah-kaidah norma
yang berlaku di masyarakat.
Sebab-sebab terjadinya perilaku siswa yang
menyimpang seperti terlambat, kurang sopan dan berkata kotor secar garis besar
adalah: 1. Faktor Orang tua, orang tua adalah faktor pertama yang menyebabkan
penyimpangan dari diri anak. Karena dari orang tua pendidikan pertama didapat
oleh anak. Apa yang sering di ucapkan dan dilakukan oleh orang tuanya menjadi
panutan atau mempengaruhi pola pikir anak tersebut. 2. Faktor lingkungan, lingkungan
mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter dan kepibadian anak. Jika
anak tumbuh dan besar dalam lingkungan yang disharmonis, maka perilaku anak
tersebut akan cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan pada diri anak. 3. Faktor
sekolah, perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa
sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi
perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang
mendidik dan mengajarnya. Sikap teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang
dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu
dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh
dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut
pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Akan
tetapi jika dari lingkungan sekolah misalnya dari guru dan teman sebaya tidak
memberikan contoh yang baik bagi anak, tentu anak juga akan terpengaruh pola
pikirnya sehingga mudah sekali melakukan penyimpangan seperti telat, kurang
sopan dan sering berkata kotor. Secara langsung dan tidak langsung sekolah
adalah media belajar yang peranannya sangat besar bagi peserta didik.
Langkah bimbingan yang ditempuh: -Membantu siswa mengembangkan pola
perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda,
mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam
kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap
siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. -Membantu
siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar
belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi,
bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut
harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik
dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. -Menggunakan
pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum.
Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus
dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
Usaha
konseling dan individu yang dapat ditempuh adalah: 1.
Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan
siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa. 2. Guru memberikan
teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan
guru yang sering terlambat dibiarkan saja. 3. Guru selalu berkreasi, berinovasi
agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup. 4. Guru hendaknya
merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang
telah diajarkan guru. 5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa
dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.
Daftar
Pustaka
Suyanto.
(2001). Penyebab Terjadinya Penyimpangan. Jakarta : Adicipta.
http://kamusbahasaindonesia.org/terlambat/mirip
http://ardycupu.wordpress.com/2009/11/22/apa-itu-sopan-santun/
http://penyimpanganprilakusiswadisekolah.blogspot.com/2012/01/penyimpangan-prilaku-siswa-di-sekolah.html
[1] http://kamusbahasaindonesia.org/terlambat/mirip
[2] http://ardycupu.wordpress.com/2009/11/22/apa-itu-sopan-santun/
[3] http://penyimpanganprilakusiswadisekolah.blogspot.com/2012/01/penyimpangan-prilaku-siswa-di-sekolah.html
[4]
Suyanto. (2001). Penyebab Terjadinya Penyimpangan. Jakarta : Adicipta.
Hal : 55
0 komentar:
Posting Komentar