Selasa, 20 November 2012

Perilaku Terlambat, Kurang Sopan, Dan Berkata Kotor



BAB I
PENDAHULUAN

    A.    LATAR BELAKANG
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan terlambat, kurang sopan dan berkata kotor memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada.

    B.     RUMUSAN MASALAH
    1)      Apa yang dimaksud dengan perilaku terlambat, kurang sopan dan berkata kotor?
    2)      Apa penyebab munculnya perilaku terlambat, kurang sopan dan berkata kotor?
    3)      Bagaimana langkah-langkah bimbingan yang ditempuh?
    4)      Bagaimana usaha konseling individu dan kelompok?


BAB II
PEMBAHASAN

    A.    Pengertian Terlambat, Kurang Sopan, Dan Berkata Buruk
Terlambat menurut kamus besar bahasa indonesia berarti lewat dari waktu yang telah ditentukan.[1] Jadi siswa datang di kelas melewati batas dari waktu yang telah ditentukan oleh peraturan sekolah. Yang akhirnya membuat suasana proses pembelajaran menjadi sedikit terhambat dan tidak kondusif.
Sopan adalah hormat dengan tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan).[2] Menurut definisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku “kurang sopan” adalah perilaku tidak hormat menurut adab yang berlaku di lingkungan masyarakat.
Berkata buruk adalah perkataan yang tidak pantas diucapkan, atau tidak patut karena menyimpang dari kaidah-kaidah norma yang berlaku di masyarakat.


    B.     Sebab – sebab Terjadinya Perilaku Terlambat, Kurang Sopan, Dan Berkata Buruk
Brown dan Brown mengelompokkan beberapa penyebab perilaku siswa yang indisiplin, sebagai berikut:
1.      Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh guru
2.      Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh sekolah; kondisi sekolah yang kurang    menyenangkan, kurang teratur, dan lain-lain dapat menyebabkan perilaku yang kurang.
3.      Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh siswa , siswa yang berasal dari keluarga yang broken home.
4.      Perilaku tidak disiplin bisa disebabkan oleh kurikulum, kurikulum yang tidak terlalu kaku, tidak atau kurang fleksibel, terlalu dipaksakan dan lain-lain bisa menimbulkan perilaku yang tidak disiplin, dalam proses belajar mengajar pada khususnya dan dalam proses pendidikan pada umumnya.[3]

Sebab-sebab terjadinya perilaku siswa yang menyimpang seperti terlambat, kurang sopan dan berkata kotor secar garis besar adalah:
1.      faktor Orang tua
Orang tua adalah faktor pertama yang menyebabkan penyimpangan dari diri anak. Karena dari orang tua pendidikan pertama didapat oleh anak. Apa yang sering di ucapkan dan dilakukan oleh orang tuanya menjadi panutan atau mempengaruhi pola pikir anak tersebut.
2.      Faktor lingkungan
Lingkungan mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter dan kepibadian anak. Jika anak tumbuh dan besar dalam lingkungan yang disharmonis, maka perilaku anak tersebut akan cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan pada diri anak.
3.      Faktor sekolah
Perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Akan tetapi jika dari lingkungan sekolah misalnya dari guru dan teman sebaya tidak memberikan contoh yang baik bagi anak, tentu anak juga akan terpengaruh pola pikirnya sehingga mudah sekali melakukan penyimpangan seperti telat, kurang sopan dan sering berkata kotor. Secara langsung dan tidak langsung sekolah adalah media belajar yang peranannya sangat besar bagi peserta didik.


    C.    Langkah Bimbingan Yang Ditempuh
Sehubungan dengan permasalahan di atas, seorang guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:
a.       Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal.
b.      Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya.
c.       Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.[4]

·         Untuk anak terlambat:
Adapun beberapa upaya untuk dapat dilakukan antara lain:
1) Absen pagi-siang walaupun untuk mengatasi masalah kedisiplinan itu tidak mudah, satu hal yang tidak boleh dilupakan oleh sekolah adalah sekolah harus tetap memenuhi tugasnya sebagai peran didik, yaitu mendidik anak-anak yang semulanya pemalas menjadi rajin, yang semula kehadirannya di sekolah selalu terlambat, agar bisa menjadi lebih awal berangkatnya dan tidak terlambat lagi. Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk tujuan itu adalah sekolah melakukan absen dua kali, pagi hari diabsen, didata kehadirannya, demikian pun pada siangnya.
2) Pintu gerbang ditutup. Langkah sekolah untuk menutup pintu gerbang sekolah pada pagi hari. Bertepatan pada jam pelajaran sudah efektif, pintu terbang pun ditutup. Langkah ini dianggap baik asal sebelumnya sudah jauh-jauh hari disosialisasikan, menjadi terkesan baik sebab penutupan pintu gerbang juga bermakna hal yang sama bagi guru dan karyawan. Artinya kalau ada guru dan karyawan yang datang terlambat nasibnya akan sama. Pintu baru dibukakan kembali setelah jam kedua. Pembiasaan semacam ini menjadikan para siswa, terutama lebih berhati-hati untuk tidak datang terlambat lagi.
3) Inventarisasi keterlambatan siswa bila siswa datang terlambat langsung dicatat, baik untuk kehadiran pagi maupun setelah istirahat siang untuk pribadinya akan didapatkan data catatan yang otentik, berikutnya kalau dari catatan itu kemudian dibuat grafik atau statistic yang dipetakan, mau tidak mau siswa yang terlambat itu akan terketuk kesadaran hatinya. Bila dicantumkan dalam grafik atau statistik kemudian dibandingkan dengan kelas-kelas lain dan dipampang di tempat-tempat tertentu misalnya di ruang guru atau ruang Bimbingan dan Konseling.
4) Sanksi bila kondisi siswa sudah tidak bisa diajak toleransi lagi, akhirnya sanksi pun dilakukan oleh sekolah, sanksi ini diberlakukan sangat berhati-hati dan bertahap, disisi lain sanksi ini pun diperankan sebagai alat mendidik. Kalau semua usaha sudah tidak mempan, barangkali dengan sanksi dirinya akan lebih baik lagi.

·         Untuk anak kurang sopan dan berkata kotor, langkah bimbingan yang dapat ditempuh adalah :
ü  Berikan contoh kata - kata yang baik karena anak - anak itu gampang meniru apa yang diucapkan oleh orang - orang yang terdekat.
ü  Jauhkan dari lingkungan / pergaulan yang tidak sopan karena dapat mempengaruhi otak dan kepribadian anak.
ü  Berikan anak pujian jika ia berkata sopan. Hal itu akan menimbulkan rasa bangga pada dirinya dan terus belajar untuk berkata baik karena hal itu lebih menyenangkan orang lain.
ü  Jangan lupa berdo'a kepada Allah swt agar dijauhkan dari pengaruh - pengaruh buruk sehingga mental anak terhindar darinya.


    D.    Usaha Konseling Kelompok Dan Individu
Bimbingan Konseling atau sering disebut sebagai BP dahulu sering kali menjadi momok atau bahkan sesuatu yang dibenci oleh siswa karena lebih berfungsi sebagai pengadilan siswa dari pada membimbing siswa. Jika ada siswa yang bermasalah melanggar aturan sekolah maka langsung dipanggil guru BP untuk dilakukan pembinaan yang cenderung ke arah penghakiman. Paradigma itu semestinya perlu sedikit diubah yaitu bahwa Bimbingan Konseling tidak hanya mengurusi anak yang bermasalah melanggar aturan sekolah namun juga harus bisa berfungsi sebagai teman bagi siswa dan pelajar hingga bisa menjadi tempat curhat. Bimbingan konseling semestinya bisa memberikan rasa nyaman kepada siswa dengan dapat memberikan banyak solusi terhadap masalah-masalah yang dihadapi siswa baik stres masalah pelajaran, keluarga, pertemanan dan lain sebagainya. Perubahan paradigma ini diharapkan kenakalan maupun stress dikalangan siswa bisa semakin dieliminir.
          Kewajiban sekolah, selain mengajar (dalam arti hanya mengisi otak anak - anak dengan berbagai ilmu pengetahuan), juga berusaha membentuk pribadi anak menjadi manusia yang berwatak baik. Mengajar tidak sekedar transfer pengetahuan, tetapi lebih kepada usaha untuk membentuk pribadi santun dan mampu berdiri sendiri. Sehingga jika terjadi suatu permasalahan pada siswa, pendidik atau pihak sekolah juga turut memikirkannya, berusaha mencarikan jalan keluar.
       Dalam menghadapi anak tersebut peran BK sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa. Menghentikan sepenuhnya kebiasaan terlambat, kurang sopan dan berkata kotor memang tidaklah mudah dan sangatlah minim kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan program Bimbingan Konseling (BK). Kita mungkin pernah melihat atau bahkan mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena melakukan penyimpangan tersebut. Padahal menghukum bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk, jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu, penanganannya harus hati - hati.

Tindakan yang dapat dilakukan
·     Dengan Mengetahui Faktor - Faktor Penyebabnya
              Dengan mengetahui faktor - faktor penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa. Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup, tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya. Tidak teraturnya anak masuk sekolah tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak. Jadi kegiatan membolos siswa tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil dalam penyimpangan dan ketidak disiplinan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah anak.
·         Menerapkan Gerakan Disiplin
Gerakan disiplin ini difokuskan untuk memantau para pelajar yang terlambat, serinng berkata kotor dan kurang sopan. Pelajar yang yang terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan selain merugikan dirinya sendiri juga berpotensi untuk menimbulkan keresahan di masyarakat karena biasanya pelajar yang yang terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan mempunyai tingkat kenakalan yang tinggi dan justru sering medekati kriminal seperti pengompasan pelajar yang lebih kecil atau dibawahnya sampai dengan tawuran dan pesta miras. Sex bebas di kalangan pelajar juga muncul dari fenomena tersebut. Fenomena siswa yang terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan ini sebenarnya tidak bisa dianggap remeh karena dari sinilah banyak hal tentang kerusakan moral pelajar dimulai. Dibutuhkan ketegasan dari pihak sekolah untuk mencegah siswanya terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan.
·         Menjalin Hubugan Yang Baik dengan Siswa
                 Sesungguhnya yang paling dominan dalam mempengaruhi siswa yang terlambat, sering berkata kotor dan kurang sopan adalah keberadaan guru. Guru yang ideal harus berfungsi sebagai Designer of Instruction. Sebagai Designer, guru harus mampu membuat pembelajaran menarik dan tidak membosankan, tapi seperti yang telah kita ketahui banyak guru yang tidak mampu sebagai peracik bahan - bahan pengajaran yang kemudian dikemas dan di sajikan menarik kepada siswa, sehingga pada gilirannya siswa merasa jenuh di kelas dan akhirnya mengalihkan perhatian dengan berperilaku kurang span seperti menjaili siswa perempuan, dll.
       Dan tidak kalah pentingnya guru ideal adalah guru yang mampu menempatkan dirinya sebagai Evaluator of Instruction, guru diharapkan sebagai penilai hasil ujian siswa dengan mengedepankan kejujuran, transparansi dalam menilai siswanya. Tapi banyak sekali guru dengan kesibukannya mencari tambahan ekonomi keluarga, melakukan penilaian dengan cara “ngaji (mengarang biji)” nilai siswa dikarang karena tidak punya waktu banyak untuk menilai satu persatu siswanya. Hal inilah bisa sebagai pemicu siswa semakin bertindak semaunya sendiri.

·         SOLUSI
1.   Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa.
2.    Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja.
3.   Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup.
4.  Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru.
5.   Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Terlambat menurut kamus besar bahasa indonesia berarti lewat dari waktu yang telah ditentukan. Jadi siswa datang di kelas melewati batas dari waktu yang telah ditentukan oleh peraturan sekolah. Yang akhirnya membuat suasana proses pembelajaran menjadi sedikit terhambat dan tidak kondusif. Sopan adalah hormat dengan tertib menurut adab yang baik. Atau bisa dikatakan sebagai cerminan kognitif (pengetahuan). Menurut definisi tersebut bisa kita simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku “kurang sopan” adalah perilaku tidak hormat menurut adab yang berlaku di lingkungan masyarakat. Berkata buruk adalah perkataan yang tidak pantas diucapkan, atau tidak patut karena menyimpang dari kaidah-kaidah norma yang berlaku di masyarakat.
Sebab-sebab terjadinya perilaku siswa yang menyimpang seperti terlambat, kurang sopan dan berkata kotor secar garis besar adalah: 1. Faktor Orang tua, orang tua adalah faktor pertama yang menyebabkan penyimpangan dari diri anak. Karena dari orang tua pendidikan pertama didapat oleh anak. Apa yang sering di ucapkan dan dilakukan oleh orang tuanya menjadi panutan atau mempengaruhi pola pikir anak tersebut. 2. Faktor lingkungan, lingkungan mempunyai peranan yang besar dalam membentuk karakter dan kepibadian anak. Jika anak tumbuh dan besar dalam lingkungan yang disharmonis, maka perilaku anak tersebut akan cenderung kepada penyimpangan-penyimpangan pada diri anak. 3. Faktor sekolah, perilaku siswa terbentuk dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain faktor lingkungan, keluarga dan sekolah. Tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan salah satu faktor dominan dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku siswa. Di sekolah seorang siswa berinteraksi dengan para guru yang mendidik dan mengajarnya. Sikap teladan, perbuatan dan perkataan para guru yang dilihat dan didengar serta dianggap baik oleh siswa dapat meresap masuk begitu dalam ke dalam hati sanubarinya dan dampaknya kadang-kadang melebihi pengaruh dari orang tuanya di rumah. Sikap dan perilaku yang ditampilkan guru tersebut pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pendisiplinan siswa di sekolah. Akan tetapi jika dari lingkungan sekolah misalnya dari guru dan teman sebaya tidak memberikan contoh yang baik bagi anak, tentu anak juga akan terpengaruh pola pikirnya sehingga mudah sekali melakukan penyimpangan seperti telat, kurang sopan dan sering berkata kotor. Secara langsung dan tidak langsung sekolah adalah media belajar yang peranannya sangat besar bagi peserta didik.
Langkah bimbingan yang ditempuh: -Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa berasal dari latar belakang yang berbeda, mempunyai karakteristik yang berbeda dan kemampuan yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati dirinya dan mengembangkan dirinya secara optimal. -Membantu siswa meningkatkan standar prilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi, bahkan ada yang mempunyai standard prilaku yang sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. -Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum. Perturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin.
Usaha konseling dan individu yang dapat ditempuh adalah: 1. Guru melakukan pendekatan persuasif dan edukatif kepada siswa, memposisikan siswa sebagai teman bicara dan bukan sebagai terdakwa. 2. Guru memberikan teladan yang baik kepada siswa, jangan sampai siswa terlambat dihukum sedangkan guru yang sering terlambat dibiarkan saja. 3. Guru selalu berkreasi, berinovasi agar suasana kelas tercipta ceria menyenangkan dan hidup. 4. Guru hendaknya merefleksi dan mengevaluasi diri apakah siswa dapat menerima dan memahami yang telah diajarkan guru. 5. Guru harus memberikan penilaian kepada siswa dengan adil, transparan, jujur dan tidak merekayasa.


Daftar Pustaka
Suyanto. (2001). Penyebab Terjadinya Penyimpangan. Jakarta : Adicipta.
http://kamusbahasaindonesia.org/terlambat/mirip
http://ardycupu.wordpress.com/2009/11/22/apa-itu-sopan-santun/
http://penyimpanganprilakusiswadisekolah.blogspot.com/2012/01/penyimpangan-prilaku-siswa-di-sekolah.html






[1] http://kamusbahasaindonesia.org/terlambat/mirip
[2] http://ardycupu.wordpress.com/2009/11/22/apa-itu-sopan-santun/
[3] http://penyimpanganprilakusiswadisekolah.blogspot.com/2012/01/penyimpangan-prilaku-siswa-di-sekolah.html
[4] Suyanto. (2001). Penyebab Terjadinya Penyimpangan. Jakarta : Adicipta. Hal : 55

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates