ASPEK
|
PSIKOANALISA
|
PERSON CENTER
|
BEHAVIORAL
|
REALITAS
|
REBT
|
1. Tokoh
|
Sigmund
Freud
|
Carl
Rogers
|
B.F.
Skinner
|
William Glasser
|
Albert
Ellis
|
2. Perkembangan Pendekatan
|
Analisis
mimpi, tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan,
dan bahwa proses mental dan fisik itu saling berkaitan.
|
Pada
awalnya corak konselling ini disebut dengan konseling non-direktif untuk
membedakannya dari corak konseling yang mengandung banyak pengarahan dan kontrol terhadap proses
konseling dipihak konselor. Digunakan dengan maksud menggarisbawahi individualitas
konseli yang setara dengan individualitas konselor sehingga dapat dihindari
kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor.
|
Teknik
pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi
psikoanalitik.
|
Konseling realita dimulai pada tahun 1960 dengan
tiga konsep yaitu realitas, tanggung jawab, serta benar dan salah. Glesser
percaya bahwa semua orang memiliki dua kebutuhan dasar manusia terkait:
hubungan (mencintai dan dicintai) dan respect (merasa berharga untuk diri
sendiri dan lainnya). Perilaku yang menunjukkan penghargaan untuk kebutuhan
kita sendiri dan orang lain menyebabkan timbulnya harga diri dan hubungan
yang bermanfaat. Perilaku juga mencerminkan kesadaran akan realitas, tanggung
jawab untuk diri sendiri, dan pemahaman tentang benar dan salah.
|
REBT
bersifat komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris.
Pada
mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy
dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas. Ellis mengembangkan
pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat
lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik.
Tahun
1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive
Behavior Therapy.
|
3. Hakikat Manusia
|
Perkembangan
perilaku manusia dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dimasa lalu. Masa
kanak-kanak adalah cikal bakal manusia, dan gangguan psikis pada orang-orang
dewasa, pada umumnya bercikal bakal pada pengalaman masa kanak-kanak.
|
Teori
ini memandang bahwa manusia adalah pribadi yanng unik, memandang manusia
secara positif karena manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah untuk
menjadi berfungsi secara penuh.
|
Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar.
Manusia
memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan
interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Perkembangan
perilaku manusia dikonstruk oleh lingkungan. Manusia dianggap sebagai sesuatu
yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang
membentuknya.
|
Manusia tidak dilahirkan sebagai papan tulis kosong
yang menunggu untuk dimotivasi dari luar kekuatan dunia sekitar. Sebaliknya,
manusia dilahirkan dengan lima genetika yang dikodekan kebutuhan
kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuatan atau prestasi,
kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan, hal itu yang mengendalikan
semua kehidupan manusia.
|
Manusia didominasi oleh prinsip-prinsip yang
menyatakan bahwa emosi dan pemikiran (thinking and feeling) berperan
dalam jiwa.
Manusia
pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional
dan irasional.
Berpikir
dan bertingkahlaku rasional è
efektif, bahagia, dan kompeten
Hambatan
psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis
dan irasional.
Berpikir
dan bertingkahlaku irasional è
tidak efektif
|
4. Perkembangan Perilaku
|
|
||||
a. Struktur Kepribadian
|
Id - Ego - Super ego .
Pribadi manusia berkembang normal apabila
ego dapat mencari jalan yang rasional dan realistis atas konflik antara id
dan superego.
|
Self
- Medan Fenomenal - Organisme.
#Manusia
cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa
organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan memiliki kemampuan untuk
mengarahkan dirinya sendiri.
#Manusia
pada dasarnya bermartabat dan berharga dan dia memiliki nilai-nilai yang
dijunjung tinggi sebagai hal yang baikbagi dirinya.
|
Stimulus
- Respon
Perilaku
itu terbentuk melalui suatu proses belajar dari lingkungannya. Kepribadian
seseorang merupakan cerminan dari pengalaman belajarnya, yaitu situasi atau
stimulus yang diterimanya.
|
3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang
dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku
total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan
(feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility),
sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R
yaitu:
a. Tanggungjawab Responsibility). Merupakan kemampuan
individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
b. Kenyataan (Reality). Merupakan kenyataan
yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap
individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud
adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
c. Kebenaran (Right). Merupakan ukuran
atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat
diperbandingkan. Individu yang
melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu
melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku
dalam tata cara yang diterima secara umum.
|
A
- B - C
D
- E - F
Antecedent event (A)
yaitu
segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Belief (B)
yaitu
keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap
suatu peristiwa.
Emotional consequence (C)
merupakan
konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk
perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent
event (A).
Disputing (D),
terdapat
tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1)
Detecting irrational beliefs
2)
Discriminating irrational beliefs
3)
Debating irrational beliefs
|
b. Pribadi Sehat
|
*Orang
yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
*Dapat
mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya.
*Kinerja
yang seimbang antara id, ego dan super ego.
*Pada
alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak
anak yang traumatis.
*Motif-motif
dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang.
|
|
*Dapat
merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
*Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam
tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
*Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas
tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan
lingkungan.
*Dapat mengambil keputusan yang tepat atas
konflik yang dihadapi.
*Mempunyai
self control yang memadai.
|
-Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada
setiap situasi individu memiliki kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung
jawabkan berhasil.
-Status kesehatan mental individu dapat dilihat
dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:
1) Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 :
·
“Saya
Menyerah” (1 give up).
·
Simptom-simptom
(-), pada perlikau menyeluruh
·
Kecanduan
negative = individu
mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan destruktif dalam memenuhi
kebutuhan dasarnya.
2) Tahapan positif (progress stage) terjadi 3 tahap:
·
“Saya
akan melakukannya”.
“Saya ingin berkembang”
“Saya berkomitmen untuk berubah”
·
Simpton-simpton
positif, pada perilaku menyeluruh
·
Kecanduan
positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth),
konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.
|
Memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan diri.
Ciri-ciri orang yang
teraktualisasikan dirinya sebagai berikut:
•
mempunyai minat diri terhadap sesuatu
•
mempunyai minat social
•
mempunyai arah diri
•
toleransi terhadap orang lain yang berbeda perilaku
•
fleksibel terhadap perubahan dan tidak bersifat kaku
|
c. Pribadi Bermasalah
|
*Individu
bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan.
*Manusia
sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan.
*Manusia
didorong oleh dorongan seksual agresif.
*Masalah-masalah
kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau
proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak.
*Adanya
dinamika yang tidak efektif antar super ego.
|
|
a) Tingkah
laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b) Tingkah
laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang
salah.
c)Tingkah
laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan
dengan tepat.
d)Ketidak
mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
e) Tingkah
laku yang tidak wajar menurut standard nilai,
yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan
|
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi
kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi,
maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi
kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
|
Tingkah
laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri
berpikir irasional :
a. tidak dapat dibuktikan;
b. menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan,
kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu;
c. menghalangi individu untuk berkembang dalam
kehidupan sehari-hari yang efektif
|
5. Hakikat Konseling
|
Hakikat
konseling adalah mengubah perilaku. Proses membantu individu untuk
menyadari ketidak sadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego
dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang
benar, yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator
antara Id dan Superego. Serta sebagai proses re-edukasi terhadap ego
menjadi lebih realistik dan rasional.
|
|
Konseling menurut pandangan behavioral ialah proses
terapeutik dengan menggunakan prosedur-prosedur sistematik untuk mengubah
perilaku maladaptif (perilaku yang tidak sesuai) menjadi perilaku adaptif (perilaku yang
sesuai) melalui proses belajar perilaku baru.
Hakikat
konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi
kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal,
emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka
sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
|
Manusia
memiliki kebutuhan psikologis pada seluruh kebutuhannya; kebutuhan akan
identitas diri, yaitu kebutuhan untuk merasa unik terpisah dan berbeda dengan
orang lain. Kebutuhan akan identitas diri merupakan pendorong dinamika
perilaku yang berada di tengah-tengah berbagai budaya universal.
Kualitas
pribadi sebagai tujuan konseling realitas adalah individu yang memahami dunia
riilnya dan harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja.
|
REBT
dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang
secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas
tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Karakteristik
REBT, yaitu:
1) Aktif-direktif
2) Kognitif-eksperiensial
3) Emotif-ekspreriensial
4) Behavioristik
|
6. Kondisi Pengubahan
|
|
||||
a. Tujuan
|
·
Untuk membantu konseli agar
mampu mengoptimalkan fungsi ego sehingga kecemasan atau konflik-konflik
intrapsikis mampu ditangani secara realistis dan tidak banyak pada
tuntutan nafsu.
• Meningkatkan
kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls danberbagai bentuk
dorongan naluriah yang tidak rasional.
• Memahami sifat dan
macam-macam mekanisme pertahanan egosehingga lebih efektif, lebih matang, dan
lebih dapat diterima.
• Mengembangkan kemampuan
untuk membentuk hubungan yangakrab dan sehat dengan cara yang
menghargai hak-hak pribadi dan orang lain.
|
Untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi
seseorang pribadi yang berfungsi penuh. Menyediakan suatu iklim yang aman dan
kondusif bagi eksplorasi diri klien
sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-aspek
pengalaman diri yang sebelumnya diingkari atau didistorsinya. Menjadikan
tingkah laku klien kongruen atau autentik (klien tidak lagi berpura-pura
dalam kehidupannya). Membantu klien agar mampu bergerak ke arah yang lebih
terbuka (keterbukaan) terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan
perasaan hidup.
|
1)Untuk
meningkatkan pilihan pribadi dan untuk menciptakan kondisi baru untuk
belajar; mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku dan menemukan
tindakan untuk mengatasi tingkah laku bermasalah.
2)Untuk
membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang
maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
|
Tujuan
konseling reality therapy sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai
kehidupan dengan success identity. Untuk itu dia harus bertanggung jawab,
yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya.
|
Memperbaiki
dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta
pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan
yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan
self-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan
afektif yang positif.
|
b. Konselor
|
*Membantu
konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi
yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang
realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya
yang impulsif dan irasional.
*Konselor membangun
hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian
kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
*Konselor
juga memberikan perhatian kepada resistensi/penyangkalan konseli untuk
mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran.
Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dengan
penuh perhatian, menganalisis dan
menginterpretasikan ungkapan-ungkapan konseli, kemudian memberikan
tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, selain itu konselor juga harus
peka terhadap isyarat-isyarat non verbal darikonseli.
*Konselor memberikan
penjelasan tentang makna proses kepada konseli sehingga
konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami
peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah,sehingga konseli mampu
mendaptakan kendali yang lebih rasional atashi dupnya sendiri.
|
|
Berfungsi
sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah
pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya:
(a) Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor
dapat membantu pemecahannya atu tidak; (b) Konselor memegang sebagian besar
tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang
digunakan dalam konseling; (c) Konselor mengontrol proses konseling dan
bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Sikap yang
dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami apa yang
dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses terapi,
konselor berperan sebagai guru atau mentor.
|
|
Tugas
konselor menunjukkan bahwa:
•
masalahnya disebabkan oleh persepsi yang
terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional.
•
usaha untuk mengatasi masalah adalah harus
kembali kepada sebab-sebab permulaan.
|
c. Konseli
|
Konseli
harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif dan dalam
jangka waktu yang relatif lama. Saat proses konseling,
konseli bersedia mengemukakan perasaannya, pengalamannya,
hubungan-hubungannya, ingatannya dan fantasinya.
|
|
Klien
secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki
motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan
konseling.
Tugas
konseli dalam proses terapi ialah meliputi :
·
Memiliki motivasi untuk berubah
·
Kesadaran dan partisipasi konseli dalam
proses terapi, baik selama sesi terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari
·
Klien terlibat dalam latihan perilaku baru
dan umumnya menerima pekerjaan rumah yang aktif (seperti self-monitoring
perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi terapi.
·
Terus menerapkan perilaku baru setelah
pengobatan resmi telah berakhir.
|
|
Umumnya,
peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar. Proses konseling
dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien belajar cara
menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.
|
d. Situasi Hubungan
|
*Transferensi
*Kontratransferensi
|
|
Dalam
hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu
:
1.
Konselor memahami dan menerima konseli
2.
Antara konselor dan konseli saling
bekerjasama
3.
Konselor memberikan bantuan dalam arah yang
diinginkan konseli.
|
|
Menurut
Ellis, kehangatan pribadi, afeksi, dan hubungan pribadi antar konselor dan
klien yang intens memiliki arti yang sekunder. Bagaimana pun hubungan yang
baik antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang sangat diharapkan.
|
7. Mekanisme Pengubahan
|
|
||||
a. Tahap-tahap
|
1)
Membina hubungan konseling yang
terjadi pada tahap awal konseling.
2)
Tahap krisis bagi klien yaitu
kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3)
Tilikan terhadap masa lalu klien
terutama pada masa kanak-kanaknya.
4)
Pengembangan resistensi untuk
pemahaman diri.
5)
Pengembangan hubungan
transferensi klien dengan konselor.
6)
Melanjutkan lagi hal-hal yang
resistensi.
7)
Menutup wawancara konseling.
|
-
|
1. Assesment
2. Goal setting
3. Technique Implementation,
4. Evaluation termination,
5.Feedback
|
Want - Doing - Evaluation - Planning.
·
Keterlibatan
·
Anda
adalah tingkah laku (berpusat pada tingkah laku sekarang)
·
Belajar kembali
(pertimbangan nilai, perencanan tingkah laku yang bertanggungjawab,
kesepakatan)
·
Evaluasi
(tiada ampunan dan membatasi hukuman)
|
·
Tahap Cognitive
·
Tahap Emotive
·
Tahap Behavioristic
|
b. Teknik
|
-Asosiasi
Bebas
-Interpretasi
-Analisis
Mimpi
-Analisis
Resistensi
-Analisis
Transferensi
|
-
|
a)
Latihan Asertif
b)
Desensitisasi Sistematis
c)
Pengkondisian Aversi
d)
Pembentukan Tingkah laku model
|
Role
Playing
Humor
Metafora
Modelling
Verbal
Shock
|
1.
Teknik-Teknik Emotif (Afektif) :
•
Assertive adaptive
•
Bermain peran (role playing)
•
Imitasi
2.
Teknik-teknik Behavioristik :
•
Reinforcement
•
Social modeling
3.
Teknik-teknik Kognitif
•
Home work assigments,
•
Latihan assertive
|
8. Kelebihan
|
1.Penggunaan terapi wicara
2. 2.Kehidupan mental
individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk
meredakan penderitaan manusia.
3. 3.Pendekatan
ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi,
resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4.Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka
konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan
fungsi simptomatologi.
|
*Terapi
client-centered memiliki sifat keamanan
*Para terapis client-centered secara
khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan,
membantu para klien untuk memeriksa sumber-sumbernya sendiri-sendiri, dan
mendorong klien untuk menemukan cara-cara sendiri.
*Jauh lebih aman dibanding dengan
model-model terapi lain yang menempatkan terapis pada posisi direktif,
membuat penafsiran-penafsiran, membentuk diagnosis, menggali ketidaksadaran,
menganalisis mimpi-mimpi dan bekerja kearah pengubahan kepribadian secara
radikal. Bagi orang yang kurang memiliki latar belakang dalam psikologi
konseling, dinamika-dinamika kepribadian dan psikopatologi, pendekatan client
centered memberi jaminan yang lebih realistis bahwa para calon klien tidak
akan mengalami kerugian psikologis.
*Memberikan sumbanagan-sumbangan kepada
situasi-situasi konseling individual maupun kelompok. Ia memberikan landasan
humanistik bagi usaha memahami dunia subjektif klien, memberikan peluang yang
jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar dan mendengar. Jika para
klien merasa didengar, maka mereka sangat mungkin mengungkapkan
perasaan-perasaan dengan cara mereka sendiri.
|
-Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu
karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling
-Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai
hasil konseling yang dapat diukur
-Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan
lingkungan
-Penekanan bahwa konseling hendaknya
memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu.
-Pembuatan tujuan terapi antara konselor dan konseli di
awal konseli dan itu dijadikan acuan
keberhasilan proses terapi
-Memiliki berbagai macam teknik konseling
yang teruji dan selalu diperbaharui
-Waktu konseling relatif singkat
-Kolaborasi yang baik antara konselor dan
konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.
|
#Asumsi mengenai
tingkah laku merupakan hasil belajar.
#Asumsi mengenai
kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.
#Konseling bertujuan
untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah
laku malasuai.
#Jangka waktu terapi
relatif pendek.
#Berfokus pada
tingkah laku sekarang
|
ü
Jelas, mudah dipelajari dan efektif.
ü
Mudahnya dikombinasikan dengan teknik
tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari
lebih jauh lagi.
ü
Relatif singkat dan klien dapat melanjutkan
penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
ü
Ada banyak literatur dan penelitian untuk
klien dan konselor.
ü
Pendekatan ini terus-menerus berevolusi
selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
ü
Telah terbukti efektif dalam merawat
gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitas.
|
Kelemahan
|
Paa.Pandangan yang terlalu
determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2. b.Terlalu banyak
menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah
ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran
seolah-olah tanggung jawab individu berkurang.
3. c.Cenderung
meminimalkan rasionalitas.
4. d.Kurang efisien dari
segi waktu dan biaya.
|
Pendekatan
konseling yang berpusat pada pribadi terletak pada cara sejumlah pemraktek
menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap-sikap sentral dari posisi client-centered. Tidak
semua konselor bisa mempraktekkan terapi client-centered, sebab banyak
konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu kekurangan dari pendekatan client-centered
adalah adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pemraktek menjadi terlalu
terpusat pada klien sehingga mereka sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi
yang unik.
|
·
Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek
pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi. Dapat mengubah
perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
·
Lebih konsentrasi pada teknik
·
Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh
konselor
·
Meskipun konselor behaviour menegaskan klien
unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama
dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling.
·
Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan
konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan
harus dipandang hanya sebagai hipotesis.
·
Perubahan klien hanya berupa gejala yang
dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.
·
Mengabaikan faktor relasional penting dalam
terapi.
·
Mengobati gejala dan bukan penyebab.
·
Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh
konselor.
|
· Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan
factor genetic lain.
·
Dalam
konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya
sekedarnya.
·
Pemberian
reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan/ketergantungan.
·
Pendekatan
ini tidak memberikan pendekatan yang cukup pada dinamika – dinamika tidak
sadar pada masa lampau sebagai determinan dari tingkah laku.
|
· Tidak dapat digunakan secara efektif pada
individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental,
· Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan
penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam
memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
· Pendekatan ini langsung dan berpotensi
membuat konselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien
seideal yang semestinya.
· Menekankan pada perubahan pikiran bukanlah
cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.
|
0 komentar:
Posting Komentar