Sabtu, 15 Juni 2013

Bedanya Psikoanalisa, Client Center, Behavioral, Rasional dan REBT




ASPEK
PSIKOANALISA
PERSON CENTER
BEHAVIORAL
REALITAS
REBT
1. Tokoh
Sigmund Freud
Carl Rogers
B.F. Skinner
William Glasser
Albert Ellis
2. Perkembangan Pendekatan
Analisis mimpi, tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling berkaitan.
Pada awalnya corak konselling ini disebut dengan konseling non-direktif untuk membedakannya dari corak konseling yang mengandung banyak  pengarahan dan kontrol terhadap proses konseling dipihak konselor. Digunakan dengan maksud menggarisbawahi individualitas konseli yang setara dengan individualitas konselor sehingga dapat dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada konselor.
Teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik.
Konseling realita dimulai pada tahun 1960 dengan tiga konsep yaitu realitas, tanggung jawab, serta benar dan salah. Glesser percaya bahwa semua orang memiliki dua kebutuhan dasar manusia terkait: hubungan (mencintai dan dicintai) dan respect (merasa berharga untuk diri sendiri dan lainnya). Perilaku yang menunjukkan penghargaan untuk kebutuhan kita sendiri dan orang lain menyebabkan timbulnya harga diri dan hubungan yang bermanfaat. Perilaku juga mencerminkan kesadaran akan realitas, tanggung jawab untuk diri sendiri, dan pemahaman tentang benar dan salah.
REBT bersifat komprehensif, aktif-direktif, filosofis dan empiris.
Pada mulanya Ellis menggunakan psikoanalisis dan person-centered therapy dalam proses terapi, namun ia merasa kurang puas. Ellis mengembangkan pendekatan rational emotive dalam psikoterapi yang ia percaya dapat lebih efektif dan efisien dalam memberikan efek terapeutik.
Tahun 1990-an, Ellis mengganti nama pendekatan tersebut dengan Rasional Emotive Behavior Therapy.
3. Hakikat Manusia
Perkembangan perilaku manusia dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dimasa lalu. Masa kanak-kanak adalah cikal bakal manusia, dan gangguan psikis pada orang-orang dewasa, pada umumnya bercikal bakal pada pengalaman masa kanak-kanak.
Teori ini memandang bahwa manusia adalah pribadi yanng unik, memandang manusia secara positif karena manusia memiliki suatu kecenderungan ke arah untuk menjadi berfungsi secara penuh.
Manusia : mahluk reaktif yang tingkah lakunya dikontrol/dipengaruhi oleh factor-faktor dari luar.
Manusia memulai kehidupannya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian.
Perkembangan perilaku manusia dikonstruk oleh lingkungan. Manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
Manusia tidak dilahirkan sebagai papan tulis kosong yang menunggu untuk dimotivasi dari luar kekuatan dunia sekitar. Sebaliknya, manusia dilahirkan dengan lima genetika yang dikodekan  kebutuhan kelangsungan hidup, cinta dan rasa memiliki, kekuatan atau prestasi, kebebasan atau kemerdekaan, dan kesenangan,  hal itu yang mengendalikan semua kehidupan manusia.
Manusia didominasi oleh prinsip-prinsip yang menyatakan bahwa emosi dan pemikiran (thinking and feeling) berperan dalam jiwa.
Manusia pada dasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional.
Berpikir dan bertingkahlaku rasional è efektif, bahagia, dan kompeten
Hambatan psikologis atau emosional adalah akibat dari cara berpikir yang tidak logis dan irasional.
Berpikir dan bertingkahlaku irasional è tidak efektif
4. Perkembangan Perilaku

a. Struktur Kepribadian
Id - Ego - Super ego .
Pribadi manusia berkembang normal apabila ego dapat mencari jalan yang rasional dan realistis atas konflik antara id dan superego.

Self - Medan Fenomenal - Organisme.
#Manusia cenderung untuk melakukan aktualisasi diri, hal ini dapat dipahami bahwa organisme akan mengaktualisasikan kemampuannya dan memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya sendiri.
#Manusia pada dasarnya bermartabat dan berharga dan dia memiliki nilai-nilai yang dijunjung tinggi sebagai hal yang baikbagi dirinya.

Stimulus - Respon
Perilaku itu terbentuk melalui suatu proses belajar dari lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman belajarnya, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya.
3R, yaitu keadaan dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar (right), adapun konsep 3R yaitu:
a.    Tanggungjawab Responsibility). Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang lain.
b. Kenyataan (Reality). Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
c.    Kebenaran (Right). Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.
A - B - C
D - E - F
Antecedent event (A) yaitu segenap peristiwa luar yang dialami atau memapar individu.
Belief (B) yaitu keyakinan, pandangan, nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa.
Emotional consequence (C) merupakan konsekuensi emosional sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A).
Disputing (D), terdapat tiga bagian dalam tahap disputing, yaitu:
1)  Detecting irrational beliefs
2)  Discriminating irrational beliefs
3) Debating irrational beliefs
b. Pribadi Sehat
*Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
*Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya.
*Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego.
*Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak anak yang traumatis.
*Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang.

*Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
*Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
*Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
*Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
*Mempunyai self control yang memadai.
-Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada setiap situasi individu memiliki kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung jawabkan berhasil.
-Status kesehatan mental individu dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:
1)      Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 :
·         “Saya Menyerah” (1 give up).
·         Simptom-simptom (-), pada perlikau menyeluruh
·         Kecanduan negative = individu mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan destruktif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
2)      Tahapan positif (progress stage) terjadi 3 tahap:
·         “Saya akan melakukannya”.
“Saya ingin berkembang”
“Saya berkomitmen untuk berubah”
·         Simpton-simpton positif, pada perilaku menyeluruh
·         Kecanduan positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth), konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.
Memiliki kemampuan untuk mengaktualisasikan diri.
Ciri-ciri orang yang teraktualisasikan dirinya sebagai berikut:
         mempunyai minat diri terhadap sesuatu
         mempunyai minat social
         mempunyai arah diri
         toleransi terhadap orang lain yang berbeda perilaku
         fleksibel terhadap perubahan dan tidak bersifat kaku
c. Pribadi Bermasalah
*Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan.
*Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan.
*Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif.
*Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak.
*Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego.

a) Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b) Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
c)Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
d)Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
e) Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai,  yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan
Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya. Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.
Tingkah laku yang didasarkan pada cara berpikir yang irrasional.
Ciri-ciri berpikir irasional :
a.   tidak dapat dibuktikan;
b.  menimbulkan perasaan tidak enak (kecemasan, kekhawatiran, prasangka) yang sebenarnya tidak perlu;
c.   menghalangi individu untuk berkembang dalam kehidupan sehari-hari yang efektif
5. Hakikat Konseling
Hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Proses membantu individu untuk menyadari ketidak sadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar, yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego. Serta sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional.

Konseling  menurut pandangan behavioral ialah proses terapeutik dengan menggunakan prosedur-prosedur sistematik untuk mengubah perilaku maladaptif (perilaku yang tidak sesuai)  menjadi perilaku adaptif (perilaku yang sesuai) melalui proses belajar perilaku baru.
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Manusia memiliki kebutuhan psikologis pada seluruh kebutuhannya; kebutuhan akan identitas diri, yaitu kebutuhan untuk merasa unik terpisah dan berbeda dengan orang lain. Kebutuhan akan identitas diri merupakan pendorong dinamika perilaku yang berada di tengah-tengah berbagai budaya universal.
Kualitas pribadi sebagai tujuan konseling realitas adalah individu yang memahami dunia riilnya dan harus memenuhi kebutuhannya dalam kerangka kerja.
REBT dilakukan dengan menggunakan prosedur yang bervariasi dan sistematis yang secara khusus dimaksudkan untuk mengubah tingkah laku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama oleh konselor dan klien.
Karakteristik REBT, yaitu:
1)   Aktif-direktif
2)   Kognitif-eksperiensial
3)   Emotif-ekspreriensial
4)   Behavioristik
6. Kondisi Pengubahan

a. Tujuan
·         Untuk membantu konseli agar mampu mengoptimalkan fungsi ego sehingga kecemasan atau konflik-konflik intrapsikis mampu ditangani secara realistis dan tidak banyak pada tuntutan nafsu.
     Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls danberbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional.
     Memahami sifat dan macam-macam mekanisme pertahanan egosehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima.
     Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yangakrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi dan orang lain.

Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seseorang pribadi yang berfungsi penuh. Menyediakan suatu iklim yang aman dan kondusif bagi eksplorasi diri  klien sehingga ia mampu menyadari penghambat-penghambat pertumbuhan dan aspek-aspek pengalaman diri yang sebelumnya diingkari atau didistorsinya. Menjadikan tingkah laku klien kongruen atau autentik (klien tidak lagi berpura-pura dalam kehidupannya). Membantu klien agar mampu bergerak ke arah yang lebih terbuka (keterbukaan) terhadap pengalaman serta meningkatkan spontanitas dan perasaan hidup.
1)Untuk meningkatkan pilihan pribadi dan untuk menciptakan kondisi baru untuk belajar; mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku dan menemukan tindakan untuk mengatasi tingkah laku bermasalah.
2)Untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
Tujuan konseling reality therapy sama dengan tujuan hidup, yaitu individu mencapai kehidupan dengan success identity. Untuk itu dia harus bertanggung jawab, yaitu memiliki kemampuan mencapai kepuasan terhadap kebutuhan personalnya.
Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan serta pandangan-pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan self-actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
b. Konselor
*Membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, dan hubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
*Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dan kemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan dan menafsirkan.
*Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi/penyangkalan konseli untuk mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dengan penuh perhatian, menganalisis dan menginterpretasikan ungkapan-ungkapan konseli, kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, selain itu konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal darikonseli.
*Konselor memberikan penjelasan tentang makna proses kepada konseli sehingga konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah,sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atashi dupnya sendiri.

Berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya: (a) Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak; (b) Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling; (c) Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor.

Tugas konselor menunjukkan bahwa:
       masalahnya disebabkan oleh persepsi yang terganggu dan pikiran-pikiran yang tidak rasional.
       usaha untuk mengatasi masalah adalah harus kembali kepada sebab-sebab permulaan.
c. Konseli
Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Saat proses konseling, konseli bersedia mengemukakan perasaannya, pengalamannya, hubungan-hubungannya, ingatannya dan fantasinya.

Klien secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling.
Tugas konseli dalam proses terapi ialah meliputi :
·         Memiliki motivasi untuk berubah
·         Kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses terapi, baik selama sesi terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari
·         Klien terlibat dalam latihan perilaku baru dan umumnya menerima pekerjaan rumah yang aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi terapi.
·         Terus menerapkan perilaku baru setelah pengobatan resmi telah berakhir.

Umumnya, peran klien dalam REBT mirip seorang siswa atau pelajar. Proses konseling dipandang sebagai suatu proses reedukatif di mana klien belajar cara menerapkan pikiran logis pada pemecahan masalah.

d. Situasi Hubungan
*Transferensi
*Kontratransferensi

Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
1.      Konselor memahami dan menerima konseli
2.      Antara konselor dan konseli saling bekerjasama
3.      Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.

Menurut Ellis, kehangatan pribadi, afeksi, dan hubungan pribadi antar konselor dan klien yang intens memiliki arti yang sekunder. Bagaimana pun hubungan yang baik antara klien dan terapis merupakan sesuatu yang sangat diharapkan.
7. Mekanisme Pengubahan

a. Tahap-tahap
1)   Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2)   Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3)   Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4)   Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5)   Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6)   Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7)   Menutup wawancara konseling.
-
1. Assesment
2. Goal setting
3. Technique Implementation,
4. Evaluation termination,
5.Feedback
Want - Doing - Evaluation - Planning.
·    Keterlibatan
·    Anda adalah tingkah laku (berpusat pada tingkah laku sekarang)
·    Belajar kembali (pertimbangan nilai, perencanan tingkah laku yang bertanggungjawab, kesepakatan)
·    Evaluasi (tiada ampunan dan membatasi hukuman)
·         Tahap Cognitive
·         Tahap Emotive
·         Tahap Behavioristic

b. Teknik
-Asosiasi Bebas
-Interpretasi
-Analisis Mimpi
-Analisis Resistensi
-Analisis Transferensi
-
a)      Latihan Asertif
b)      Desensitisasi Sistematis
c)      Pengkondisian Aversi
d)     Pembentukan Tingkah laku model
Role Playing
Humor
Metafora
Modelling
Verbal Shock
1. Teknik-Teknik Emotif (Afektif) :
         Assertive adaptive
         Bermain peran (role playing)
         Imitasi
2. Teknik-teknik Behavioristik :
         Reinforcement
         Social modeling
3. Teknik-teknik Kognitif
         Home work assigments,
         Latihan assertive
8. Kelebihan
1.Penggunaan terapi wicara
2.  2.Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
3.   3.Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4.Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.
*Terapi client-centered memiliki sifat keamanan
*Para terapis client-centered secara khas merefleksikan isi dan perasaan-perasaan, menjelaskan pesan-pesan, membantu para klien untuk memeriksa sumber-sumbernya sendiri-sendiri, dan mendorong klien untuk menemukan cara-cara sendiri.
*Jauh lebih aman dibanding dengan model-model terapi lain yang menempatkan terapis pada posisi direktif, membuat penafsiran-penafsiran, membentuk diagnosis, menggali ketidaksadaran, menganalisis mimpi-mimpi dan bekerja kearah pengubahan kepribadian secara radikal. Bagi orang yang kurang memiliki latar belakang dalam psikologi konseling, dinamika-dinamika kepribadian dan psikopatologi, pendekatan client centered memberi jaminan yang lebih realistis bahwa para calon klien tidak akan mengalami kerugian psikologis.
*Memberikan sumbanagan-sumbangan kepada situasi-situasi konseling individual maupun kelompok. Ia memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami dunia subjektif klien, memberikan peluang yang jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar dan mendengar. Jika para klien merasa didengar, maka mereka sangat mungkin mengungkapkan perasaan-perasaan dengan cara mereka sendiri.
-Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling
-Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
-Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan
-Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu.
-Pembuatan tujuan  terapi antara konselor dan konseli di awal  konseli dan itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi
-Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
-Waktu konseling relatif singkat
-Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik.
#Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.
#Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.
#Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk memperbaiki tingkah laku malasuai.
#Jangka waktu terapi relatif pendek.
#Berfokus pada tingkah laku sekarang
ü Jelas, mudah dipelajari dan efektif.
ü Mudahnya dikombinasikan dengan teknik tingkah laku lainnya untuk membantu klien mengalami apa yang mereka pelajari lebih jauh lagi.
ü Relatif singkat dan klien dapat melanjutkan penggunaan pendekatan ini secara swa-bantu.
ü Ada banyak literatur dan penelitian untuk klien dan konselor.
ü Pendekatan ini terus-menerus berevolusi selama bertahun-tahun dan teknik-tekniknya telah diperbaiki.
ü Telah terbukti efektif dalam merawat gangguan kesehatan mental parah seperti depresi dan anseitas.
Kelemahan
Paa.Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2. b.Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh  masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah  tanggung jawab individu berkurang.
3. c.Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. d.Kurang efisien dari segi waktu dan biaya.
Pendekatan konseling yang berpusat pada pribadi terletak pada cara sejumlah pemraktek menyalahtafsirkan atau menyederhanakan sikap-sikap sentral  dari posisi client-centered. Tidak semua konselor bisa mempraktekkan terapi client-centered, sebab banyak konselor yang tidak mempercayai filsafat yang melandasinya. Satu  kekurangan dari pendekatan client-centered adalah adanya jalan yang menyebabkan sejumlah pemraktek menjadi terlalu terpusat pada klien sehingga mereka sendiri kehilangan rasa sebagai pribadi yang unik.
·   Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi. Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
·   Lebih konsentrasi pada teknik
·   Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
·   Meskipun konselor behaviour menegaskan klien unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling.
·   Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis.
·   Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.
·   Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi.
·   Mengobati gejala dan bukan penyebab.
·   Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor.
·   Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan factor genetic lain.
·   Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya sekedarnya.
·   Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan/ketergantungan.
·   Pendekatan ini tidak memberikan pendekatan yang cukup pada dinamika – dinamika tidak sadar pada masa lampau sebagai determinan dari tingkah laku.
·  Tidak dapat digunakan secara efektif pada individu yang mempunyai gangguan atau keterbatasan mental,
·  Pendekatan ini terlalu diasosiasikan dengan penemunya, Albert Ellis. Banyak individu yang mengalami kesulitan dalam memisahkan teori dari ke-eksentrikan Ellis.
·  Pendekatan ini langsung dan berpotensi membuat konselor terlalu fanatik dan ada kemungkinan tidak merawat klien seideal yang semestinya.
·  Menekankan pada perubahan pikiran bukanlah cara yang paling sederhana dalam membantu klien mengubah emosinya.


 

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates