Selasa, 20 November 2012

Laporan Penelitian BK Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mengacu pada peraturan pemerintah No. 29/1990 tentang pendidikan menengah. Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita telah ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan mampu memecahkan masalah-masalah problem yang dihadapi guna mencapai kesejahteraan hidupnya.
Bimbingan pada dasarnya adalah upaya pengoptimalan individu yang dilakukan oleh pembimbing.[1] Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seorang atau beberapa individu, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri.[2] Bimbingan yang diberikan di lingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik yang dilakukan secara terus menerus agar peserta didik dapat menemukan penyelesaian untuk setiap permasalahannya. Setidaknya peserta didik akan mulai memahami dirinya sendiri, lingkungan dimana dia tinggal, serta mengetahui tugas-tugasnya sehingga peserta didik mampu mengarahkan diri, menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga pendidikan, lingkungan keluarga dan masyarakat, serta lingkungan kerja yang akan dimasukinya kelak.[3]
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang yakni antara konselor dengan konseli (klien). Dalam hal ini konseli dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk mencapai kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.[4]
Jadi Bimbingan Konseling adalah Proses pemberian bimbingan yang dilakukan oleh seorang pembimbing dalam hal ini bisa kita katakan sebagai konselor kepada klien yang membutuhkan bantuan atau bimbingan, yang selanjutnya kita sebut  sebagai konseli. [5] Atau secara garis besar bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal, mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.

Dalam bimbingan konseling ada beberapa layanan, dan yang akan kita bahas disini adalah layanan bimbingan konseling individu dan kelompok. Layanan bimbingan  konseling perorangan atau individu merupakan bentuk layanan bimbingan dan konseling khusus antara peserta didik (klien) dengan konselor atau guru pembimbing dan mendapat layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang diderita peserta didik (klien).
Konseling perorangan merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan masalah klien. Dengan demikian konseling perorangan merupakan “jantung hati”. Implikasi lain pengertian “jantung hati” adalah apabila seorang konselor telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana pelayanan konseling itu (memahami, menghayati dan menerapkan wawasan, pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka diharapkan ia dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa mengalami banyak kesulitan.[6] Langkah konselor untuk dapat menguasai “jantung hati” bimbingan yaitu perlu mempelajari dan menerapkan berbagai teknik konseling yang didukung dengan pengalaman yang luas dalam pelayanan konseling.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:[7]
    1. Layanan konseling diselenggarakan secara resmi. Artinya teratur, terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan secara acak atau seadanya saja. Hal pokok dalam pelaksanaan konseling antara lain: kerahasiaan, keterbukaan, tanggung jawab pribadi.
2.      Mengatasi masalah melalui konseling. Melalui proses konseling, klien berharap masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Langkah-angkah umum dalam upaya pengentasan masalah melalui konseling antara lain:
a.       Memahami masalah yang dialami klien.
b.      Menganalisis sebab timbulnya masalah klien.
c.       Menggunakan metode khusus dengan menciptakan suasana yang penuh kekeluargaan.
d.      Melakukan evaluasi kepada klien dengan meminta kesan-kesan dan perasaannya terhadap prses konseling yang telah dijalani.
e.       Mengadakan tindak lanjut yang berupa penyelenggaraan kegiatan yang mendukung.


Tahap-tahap mengatasi masalah melalui konseling, yaitu:
a.       Klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.
b.      Klien menyadari dirinya tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.
c.       Klien mau mencari orang yang mau, mampu dan bertanggung jawab dalam membantu memecahkan masalah yang dialami.
d.      Klien dituntut untuk berperan aktif dalam proses konseling.
e.       Klien benar-benar menerapkan hasil konseling dalam kehidupan sehari-hari.

Menerapkan dari teori konseling, antara lain:
a.       Konseling direktif adalah konseling yang dilakukan dengan berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
b.      Konseling non direktif adalah upaya pemecahan masalah dengan memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalahnya secara bebas.
Materi yang dapat diangkat melalui layanan konseling perorangan ini ada berbagai macam, yang pada dasarnya tidak terbatas. Layanan ini dlilaksanakan untuk seluruh masalah peserta didik secara perrangan (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier).[8]
Sedangkan layanan bimbingan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan pengentasan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dihadapi itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.[9] Keuntungan layanan konseling kelompok adalah efisiensi waktu, tenaga, biaya dan pikiran serta lebih intensif dan dinamis dalam interaksi selama layanan berlangsung. Manfaat lain adalah dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan sosial pada umumnya, meningkatkan kemampuan pengendalian diri, tenggang rasa atau tepo seliro. Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok mendapatkan dimensi yang lebih luas.
Layanan konseling kelompok tidak hanya diberikan kepada sekedar sejumlah orang, melainkan kelompok atau kumpulan orang tersebut perlu memenuhi kriteria-kriteria sehingga bisa dikatakan sebagai suatu kelompok. Kriteria tersebut adalah:[10]
1.      Mempunyai tujuan yang sama.
2.      Keanggotaan tidak harus secara resmi, melainkan memiliki rasa kebersamaan yang diikat dengan tujuan yang sama tersebut.
3.      Mempunyai pemimpin kelompok yang bertugas mempersatukan seluruh anggota.
4.      Memiliki aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Bimbingan dan konseling kelompok ini bertujuan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada sekelompok individu yang homogen. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul didalam kelompok itu, meliputi berbagai masalah (pribadi, sosial, belajar dan karier). Seperti dalam konseling perorangan, setiap anggota kelompok menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok, masalah demi masalah satu persatu, sehingga semua masalah terbicarakan.
Dalam layanan bimbingan kelompok terdapat homogenitas. Hal-hal yang menunjukkan adanya homogenitas dalam kelmpok, antara lain:[11]
1.      beranggotakan kelompok yang homogen, yaitu siswa-siswi satu kelas atau satu tingkat kelas yang sama,
2.      masalah yang dialami semua anggota kelompok adalah sama,
3.      tindak lanjut dari diterimanya informasi juga sama, yaitu untuk menyusun rencana dan membuat keputusan,
4.      kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi secara reatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya).
Melalui layanan bimbingan kelompok yang melahirkan dinamika kelompok, dapat membahas berbagai materi dalam kehidupan sehari-hari. Materi-materi tersebut meliputi:[12]
1.      Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan dan hidup sehat.
2.      Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya (termasuk perbedaan individu, sosial dan upaya serta permasalahannya)
3.      Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa yang terjadi di masyarakat serta pengendaliannya.
4.      Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif.
5.      Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan berbagai konsekuensinya.
6.      Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar, timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulangannya.
7.      Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.
8.      Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier serta perencanaan masa depan.
9.      Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jabatan atau program studi lanjutan dan pendidikan lanjutan.
Dari uraian diatas deapat kita ketahui betapa pentingnya layanan bimbingan konseling individu dan kelompok si sebuah instansi sekolah. Apalagi keberadaan BK telah ada legalitas dari perundang-undangan, Karena sebenarnya keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975 secara resmi memasuki sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Kemudian kurikulum tersebut disempurnakan lagi pada kurikulum 1984. Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah juga dipertegas oleh peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang pendidikan dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang pendidikan menengah).
Dengan dicantumkan bimbingan dan konseling pada kurikulum sekolah serta didukung oleh peraturan perundangan pemerintah, maka memberikan legalitas yang cukup mantap tentang keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan konseling tidak dapat diganggu lagi keberadaannya.[13]
Penulis memilih SMKN 6 Surabaya sebagai objek dari penelitian karena sekolah ini merupakan salah satu dari sekolah kejuruan negeri yang terakreditasi A. Selain itu penulis juga ingin mengetahui sejauh mana keberhasilan guru pembimbing dalam menerapkan teknik layanan Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok. Oleh sebab itu penulis akan membahas mengenai bimbingan dan konseling individu dan kelompok agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada anak didik sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja masalah-masalah yang sering dihadapi siswa baik individu maupun kelompok di SMKN 6 Surabaya?
2.      Sejauh mana peran guru BK dalam Bimbingan Konselling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
3.      Teknik-teknik apa saja yang digunakan guru pembimbing dalam Bimbingan Konseling Individu di SMKN 6 Surabaya?
4.      Teknik-teknik apa saja yang digunakan guru pembimbing dalam Bimbingan Konseling Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
5.      Teknik apakah yang digunakan oleh guru pembimbing untuk memberikan layanan informasi di SMKN 6 Surabaya?
6.      Bagaimana langkah-langkah pemberian bantuan dalam Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
7.      Bagaimana pengajaran perbaikan yang diterapkan di SMKN 6 Surabaya?
8.      Bagaimana bentuk pemberian pengajaran pengayaan di SMKN 6 Surabaya?
9.      Apa saja perlengkapan dan bagaimana tata laksana Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
10.  Bagaimana bentuk evaluasi program Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
C.    Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian
a.       Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keefektivan Layanan Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok dalam penerapan teknik layanan Bimbingan Konseling Individu dan kelompok di SMKN 6 Surabaya.
b.      Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.      Akademis
Untuk menyumbang khazanah ilmu pengetahuan, khususnya  dalam Pendidikan di Indonesia. Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia.

2.      Individu
a.       Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti serta tambahan pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan praktek serta melatih diri dalam penelitian Deskriptif Kualitatif.
b.      Sebagai tugas akhir Mata Kuliah Bimbingan Konseling Individu dan kelompok.
3.      Sosial
a.       Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu Layanan BK khususnya pada mata pelajaran BK di SMKN 6 Surabaya.
b.      Bagi para pendidik, merupakan hasil pemikiran yang  dapat dipakai sebagai pedoman untuk meningkatkan kualitas layanan BK di sekolah demi tercapainya tujuan yang dicita-citakan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi guru BK sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap aktivitas belajar siswa di kelas.
D.     Metode Penelitian
Metode penelitian yang dilakukan di SMKN 6 Surabaya menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu bentuk penelitian yang menghasilkan data deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Pada penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menyelidiki objek penelitian yaitu SMKN 6 Surabaya, sedangkan dalam pengumpulan data-datanya  peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1.      Metode observasi
Metode observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian.

2.      Metode interview (wawancara)
Metode Interviw merupakan pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam interviw ini peneliti secara langsung dengan menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan kajian yang ditujukan kepada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.


BAB II
KAJIAN TEORI

1.      Konsep Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok
a.      Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma – norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995 ).[14]
Bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal untuk kesejateraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.[15]
b.      Pengertian bimbingan konseling individu
Yang dimaksud layanan konseling individu adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang konselor dan seorang konseli (siswa).[16] 
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dialaminya.
c.       Pengertian bimbingan konseling kelompok
Bimbingan dan konseling kelompok adalah kegiatan dalam membantu murid atau sekelompok murid memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh individu sebagai anggota kelompok.[17]

2.      Jenis - Jenis Masalah Yang Dihadapi Individu dan Kelompok
a.      Masalah belajar
Dalam masalah ini individu merasakan kesulitan dalam menghadapi kegiatan pelajaran. Misalnya dalam cara membagi waktu belajar, memilih materi yang sesuai, menggunakan buku, mempersiapkan ujian, belajar sendiri, belajar berkelompok, menerima pelajaran disekolah, menyusun catatan, mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah, menyesuaikan dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru tata tertib sekolah dan sebagainya.
b.      Masalah pendidikan
Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru, lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, cara belajar dan sebagainya.
Pada akhir pendidikan murid-murid akan berhadapan dengan berbagai masalah, seperti: memilih studi lanjutan, memilih jenis-jenis latihan tertentu, merencanakan pendidikan lanjutan, memilih pendidikan tertentu untuk pekerjaan tertentu, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu untuk kegiatan-kegiatan tertentu.
Demikian pula masalah-masalah kelambatan dalam belajar yang di alami oleh murid-murid yang tergolong lambat dan yang terlampau cepat dalam belajar. Semuanya termasuk dalam masalah-masalah pendidikan. Masalah-masalah ini banyak dialami oleh murid sekolah pada umumnya.[18]

c.       Masalah pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan dirinya, memilih latihan-latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, mendapatkan penjelasan tentang jenis pekerjaan, memperoleh penyesuaian yang baik dalam lingkungan pekerjaan tertentu, penempatan dalam pekerjaan tertentu.

d.      Masalah penggunaan waktu luang
Yang menjadi problema dalam masalah ini adalah bagaimana pada waktu libur-libur, pada waktu jam-jam bebas dan waktu diluar jam pelajaran, dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi individu yang bersangkutan ataupun bagi masyarakat.
e.       Masalah sosial
Kita sering mendapatkan murid-murid yang sebetulnya pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan, bahkan diasingkan. Masalah-masalah tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan salah satu jenis maslaah yang sering dihadapi oleh murid-murid.[19]
f.       Masalah pribadi
Di dalam hidup ini akan dijumpai situasi pasang surut dan mungkin pula penuh dengan kegagalan-kegagalan. Dalam hal demikian itu mungkin individu akan menimbulkan stress psikologis bahkan mungkin akan menimbulkan gangguan neorosa baginya.
Gangguan-gangguan tersebut akan menyebabkan individu mengalami ketidakseimbangan pribadi (mal ajustnment). Masalah semacam ini biasanya banyak dialami oleh para remaja yang sedang menjelang masa pubertas, dengan ditandai adanya perubahan-perubahan yang cepat baik fisik atau psikis.[20]

3.      Teknik – Teknik Memahami Murid
a.      Interview
Interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.
b.      Observasi
Dalam rangka usaha bimbingan observasi merupakan teknik untuk mengamati secara langsung atau tidak langsung terhadap tindakan atau kegiatan-kegiatan individu yang dibimbing baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Observasi ini dalam pelaksanaannya ada beberapa macam, yaitu:
·         Observasi partisipasi dan non partisipasi.
·         Observasi sistematis dan non sistematis.
·         Observasi eksperimental dan non eksperimental.
c.       Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi secara lisan, maka dalam angket komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis. Data yeng ingin dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis dan responden memberikan jawaban secara tertulis pula. Seperti halnya dalam wawancara, angketpun dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
d.      Sosiometri
Adalah salah satu teknik dalam usaha pengenalan terhadap diri klien, yang dimaksud untuk melihat hubungan sosial anak dalam suatu kelompok. Sosiometri ini juga disebut dengan ukuran berteman. Dengan sosiometri ini dapat dilihat atau diketahui baik tidaknya hubungan sosial atau baik tidaknya hubungan berteman anak. Hubungan sosial atau ukuran berteman yang dilihat dalam sosiometri antara lain adalah:


1.      Frekuensi
Yaitu sering tidaknya individu itu bergaul. Semakin sering individu bergaul, ini bisa diartikan bahwa ia semakin baik hubungan sosialnya. Sedangkan bagi individu yang suka mengisolir diri, maka ia menunjukkan bahwa ia kurang baik hunbungan sosialnya.
2.      Intensited
Yaitu mendalam (intim) atau tidaknya individu bergaul. Semakin mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapatlah diartikan bahwa hubungan sosialnya semakin baik. Tetapi hal ini pembimbing janganlah terlalu terburu-buru dalam mengambil suatu kesimpulan.
 Karena keintimannya tadi mungkin hanya berlaku untuk beberapa teman saja. Kalau demikian halnya, maka tidaklah dapat dijadikan suatu kriteria hubungan sosial yang baik.
3.      Popularited
Yaitu banyak sedikitnya teman bergaul dari individu. Semakin banyak teman bergaul individu, maka dapatlah diartikan bahwa semakin baik pula hubungan sosial mereka. Banyak sedikitnya teman bergaul individu dapat dilihat dari kepopuleran individu di kalangan teman-temannya.
e.       Pemeriksaan fisik dan kesehatan
Teknik pengumpulan data mengenai keadaan fisik dan kesehatan ialah dengan memeriksakan fisik dan kesehatannya. Pemeriksaan secara medis dilakukan oleh ahli kesehatan seperti dokter, perawat dan sebaginya. Sedangkan untuk aspek-aspek tertentu yang tidak bersifat medis dapat dilakukan oleh guru, seperti menimbang badan, mengukur tinggi badan, mencatat ciri-ciri fisik. Sedangkan kegiatan seperti pemeriksaan penglihatan, pendengaran, penyakit-penyakit tertentu, hendaknya dilakukan oleh petugas kesehatan.
Pemeriksaan fisik dan kesehatan ini dapat dilakukan secara periodic (berencana), misalnya pada awal tahun, tengah tahun atau akhir tahun atau mungkin pula dilakukan secara insidentil (sewaktu-waktu) sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapinya.
f.       Tes hasil belajar
Data yang amat penting dalam rangka memberikan bimbingan kepada murid. Dengan melihat hasil belajar yang dicapai kita dapat menetapkan jenis bimbingan yang diperlukan oleh murid. Angka hasil belajar yang dicapai murid menggambarkan masalah yang dihadapinya. Misalnya anak yang menunjukkan hasil belajar yang kurang, menggambarkan kemungkinan anak itu menghadapi suatu kesulitan dalam belajar.
Biasanya konselor atau guru pembimbing anak itu mengalami kesulitan belajarnya dari raportnya, dari nilai-nilai yang kurang . makin banyak nilai yang kurang makin menunjukkan murid itu memerlukan bantuan. Murid-murid yang memiliki rata-rata raport di bawah rata-rata keseluruhan, diperkirakan lebih banyak membutuhkan bantuan.
g.      Tes psikologi
Test psikologi dipergunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat potensi seperti: intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan test psikologis yang sudah tersedia. Test psikologi tidak dapat diselenggarakan oleh sembarangan orang, tetapi harus oleh yang berwenang untuk itu. Test-test psikologi merupakan test yang sudah distandarisasikan, artinya sudah ditetapkan tingkat kebaikannya.
Sekolah dapat menyelenggarakan test psikologi ini dengan meminta bantuan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang telah memiliki test tersebut, seperti: IKIP, fakultas psikologi dan sebagianya. Test dapat diselenggarkan secara berencana, misalnya awal tahun atau akhir tahun atau dapat pula diselenggarakan sewaktu-waktu menurut kebutuhan.
h.      Biografi dan cacatan harian
Biografi atau riwayat hidup catatan harian dapat merupakan salah satu tekhnik untuk mengumpulkan data tentang murid. Murid disuruh untuk mencatatkan berbagai kejadian tentang tentang dirinya baik yang sudah teralami, sedang dialami atau yang masih dicita-citakan. Bentuk yang paling sederhana dalam teknik ini ialah dengan meminta agar membuat karangan yang menyangkut tentang dirinya. Judul-judul karangan tersebut misalnya:
·         keadaan keluarga
·         cita-citaku dimasa mendatang.
·         pengalamanku ketika di Taman kanak-kanak
·         orang-orang yang paling kusenangi
·         Hobiku sekarang
i.        Study documenter
Banyak data tentang murid yang sudah dicatat dalam beberapa dokumen seperti dalam buku induk, raport, buku pribadi, surat-surat keterangan, dan sebagainya. Data tersebut sangat berguna untuk dijadikan bahan pemahaman murid. Untuk itu data murid yang sudah didukomentasikan perlu sekali dianalisa dengan secermat-cermatnya. Teknik mempelajari data yang sudah didokumentasikan ini disebut teknik study dukomenter. Untuk menjamin kebenaran data documenter itu perlu sekali dicek dengan teknik-teknik lain seperti angket, wawancara dan observasi. Dengan studi documenter kita dapat membandingkan data yeng telah ada dengan data yang akan dikumpulkan.
j.        Study kasus
Studi    kasus   adalah  metode    pengumpulan      data  yang   bersifat integratif   dan  komprehensif. Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi individu secara lengkap.
Data yang dikumpulkan dalam study kasus ini ialah antara lain:
§  Identifikasi diri, seperti nama, kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor pokok dan sebagainya.
§  Latar belakang keluarga, yang meliputi data mengenai: besarnya keluarga, status social keluarga, pekerjaan orang tua, keadaan saudara-saudaranya, situasi dirumah, bantuan orang tua dan sebagainya.
§  Keadaan kesehatan dan perkembangan jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang diderita dan sebagainya.
§  Latar belakang pendidikan, seperti hasil belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan dalam pendidikan, minat belajar, cita-cita pendidikan, dan sebagainya.
§  Kemampuan dasar, seperti kecerdasan, bakat, minat, sikap dan sebagainya.
§  Tingkah laku social, latar belakang pergaulan, kelompoknya, sikap terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya, dan sebagainya.

4.      Teknik Bimbingan Kelompok dan Individu
a.      Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.[21]
Program hoom room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan sewaktu-waktu.
b.      Karya wisata
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu tehnik dalam bimbingan kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi, kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya. Ia dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga dirinya.
c.       Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
a.       pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
b.      perencanaan suatu kegiatan
c.       masalah-masalah pekerjaan
d.      masalah belajar
e.       masalah penggunaan waktu senggang
f.       masalah persahabatan, keluarga dsb.
d.      Sosiodrama
Adalah suatu teknik dalam bimbingan untuk memecahkan masalah social yang dihadapioleh individu dengan jalan bermain peranan. Dalam hal ini individu memerankan suatu peranan tertentu dari suatu gambaran situasi social yang sedang meraka hadapi.
Dalam kesempatan berperan ini individu akan dapat menghayati secara langsung seperti betul-betul terjadi dalam situasi yang sebenarnya.

e.       Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik untuk memecahkan masalah-masalah sosial, maka psikodrama adalah teknik untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketengan psychis yang alami oleh individu. Kemudian, murid-murid diminta untuk memainkan di muka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi ketegangannya.

5.      Layanan Pemberian Informasi
a.      Konsep informasi
Layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik. Tujuan layanan ini agar peserta memiliki informasi yang memadai, baik informasi tentang dirinya atau tentang lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa merupakan bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
b.      Layanan informasi kehidupan sekolah atau perguruan tinggi
Layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik dalam menerima dan memahami informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan sahari–hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
c.       Langkah-langkah pemberian informasi
o   Metode ceramah
Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah, dan murah. Dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap petugas bimbingan disekolah. Disamping itu, teknik ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak.
o  Diskusi
Penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui diskusi, diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa sendiri maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaranya dilakukan oleh para siswa, maka perlu dibuat persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan disajikannya itu, dari tangan yang lebih mengetahuinya.
Konselor, guru bertindak sebagai pengamat sedapat-dapatnya memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi yang dibahas didalam diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.
o   Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun masyarakat umum. Dalam bidang bimbingan dan konseling, karyawisata mempunyai dua sumbangan pokok. Pertama, membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua, memungkinkan diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai masalah dalam masyarakat.
o   Buku panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna. Selain itu siswa juga dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari Koran-koran dan media cetak lainnya.
o   Konferensi karier
Konferensi karier dilakukan dengan mengikuti salah satu pola dibawah ini, yaitu:
a)      Pola pertama, menyisihkan waktu selama satu jam atau lebih diluar hari-hari sekolah setiap semester. Selama waktu ini siswa dibagi atas beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mengadakan diskusi dengan narasumber yang ditentukan sebelumnya.
b)      Pola kedua, menyediakan waktu sehari penuh atau lebih setiap semester untuk mengadakan konferensi. Pelaksanaan konferensi diawali dengan pertemuan umum, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan kelompok. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengikuti sejuimlah pertemuan yang berbeda.
c)      Pola ketiga, menyediakan jadwal konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap minggu. Siswa dapat mengikuti diskusi sesuai dengan bidangh-bidang yang diminatinya. Pola seperti ini tidak saja menguntungkan siswa untuk berperan serta dalam berbagai kelompok diskusi yang diminatinya, tetapi juga prosedur administrasinya tidak terlalu merepotkan.
d)     Pola keempat, mengadakan pekan bimbingan karier selama satu minggu terus menerus.

6.      Langkah – Langkah Pemberian Bantuan Dalam Konseling Kelompok dan Individu
a.      Identifikasi kasus
Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.
b.      Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan adalah menetapkan ”masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi gejala yang muncul. Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri. Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala yang nampak.[22]
c.       Prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah untuk menetapkan jenios bantuan yang akan dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah ditetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis inio, ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai factor.
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu memperhatikan:
a.       Pendekatan yang akan diberikan dilakukan secara perorangan atau kelompok.
b.      Siapa yang akan memberikan bantuan, apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang lebih ahli.
c.       Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa diselesaikan karena terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka penanganan kasus tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang lebih berwenang, seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan pemindahtanganan karena masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan layanan referal.

d.      Pemecahan terapi / tretmeant
Setelah guru merencanakan pemberian bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif bentuk bantuan berdasarakn masalah dan latar belakang yang menjadi penyebanya. Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan teknik pemberian bantuan.
Oleh sebab itu seorang pembimbing harus dapat menumbuhkan transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan perasaan ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).
e.       Langkah-langkah evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai untuk mengetahui sejauh mana terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.

7.       Bentuk – Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok
a.      Jenis-jenis kelompok
a) Kelompok Bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
b) Kelompok Tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
b.      Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam proses kehidupan kelompok. Peranan kelompok ini tidak akan terwujud tanpa keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu.
c.  Pembimbing atau Pemimpin kelompok
Pembimbing atau Pemimpin kelompok adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.
d.  Langkah-langkah bimbingan dan konseling dan evaluasi bimbingan kelompok
a. Kegiatan kelompok bebas
·         Pengemukaan masalah
·         Pemilihan masalah/topik
·         Pembahasan masalah/topik
b. Kegiatan kelompok tugas
·         Mengemukakan masalah
·         Tanya jawab tentang masalah yang diajukan
·         Pembahasan

8.      Bentuk – Bentuk Bimbingan Konseling Individu
a.      Directive konseling
Konseling directiv ini di pelopori oleh E.G Williamson dan J.G Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu, klien membutuhkan bantuan dari oreng lain, yaitu konselor. Dalam directive ini, klien bersifat pasif dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam usaha diagnosis.
b.      Non-directing konseling
Konseling non direktif dikembangkan oleh Carl R. Rogers guru besar dalam psikologi dan psikiatri, universitas Wisconsin, dan dipandang sebagai bapak konseling non direktif ( clien-centered counseling ). konseling ini memberikan suatu gambaran bahwa yang menjadi pusat dari proses konseling adalah klien bukan konselor . karena itu dalam proses konseling klien itu sendiri didorong untuk mencari dan menemukan cara yang terbaik dalam pemecahan masalah.
c.       Eclective  konseling
Konseling ini merupakan campuran dari directive dan non-directive. Pada elective konseling, konselor menampung pembicaraan dan penyaluran semua perasaan kekesalan disamping konselor juga memberikan pengarahan dalam mencari dan menemukan pemecahan persoalannya.[23]

9.      Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok dalam Pembelajaran Perbaikan
a.      Konsep pembelajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekolompok siswa yang menghadapi masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling pokok berupa kesalah pengertian dan tidak menguasai konsep-konsep dasar, apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa. Disamping itu, bekerja dengan siswa-siswa yang mengikuti pelajaran di kelas biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsur emosional dapat dikurangi sedemikian rupa, maka siswa yang sedang menghadapi masalah belajar justru sebaliknya. Ia (mereka) mungkin dihinggapi oleh berbagai perasaan takut, cemas, tidak tentram, bingung, bimbang, dan sebagainya.
Dalam hal ini, adalah amat yang penting adalah guru dan konselor memahami perasaan-perasaan siswa yang seperti itu. Tingkah laku yang ditampilkan oleh siswa menghendaki adanya perhatian dari guru dan konselor. Tidak dapat disangsikan bahwa yang utama harus di upayakan oleh guru dan konselor adalah mendorong siswa untuk mau belajar.[24]
b.      Pendekatan pembelajaran perbaikan
1.    Pendekatan yang bersifat kuratif
Pendekatan ini diadakan mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara sempurna sesuai kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau satuan waktu tertentu.
Untuk mencapai sasaran pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
§  Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai tingkatan sesuai dengan diagnostinya, yaitu: pada setiap akhir pertemuan, pada setiap akhir unit pelajaran tertentu, pada akhir setiap satuan program study.
§  Pengayaan/pengukuhan
Layanan ini dikenakan pada siswa yang kelemahannya ringan dengan secara akademik mungkin termasuk berbakat dengan cara: pemberian tugas/pekerjaan rumah, pemberian tugas/soal dikerjakan dikelas.
§  Pencepatan
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat tetapi menunjukkan kesulitan psikososial (ego emosional).
2.       Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatakan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu program study tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi itu dikategorikan menjadi tiga , yaitu:
b)      Bagi yang termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa sesuai dengan waktu yang disediakan.
c)      Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan pembelajaran perbaikan dapat dalam bentuk:
·         Bentuk kelompok belajar homogen
·         Bentuk individual
·         Bentuk kelompok dengan kelas remedial
3.      Pendekatan yang bersifat pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Sasaran pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar berlangsung. Karena itu diperlukan peranan bimbingan dan konseling agar tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil.
c.  Macam-macam pendekatan pembelajaran perbaikan
§  Pendekatan yang bersifat kuratif
§  Pendekatan yang bersifat preventif
§  Pendekatan yang bersifat pengembangan
d.  Metode Pembelajaran Perbaikan
1.      Tanya jawab
2.      Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis dan sifat kesulitannya.
3.      Diskusi
4.      Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
5.      Metode Tugas
6.      Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka pemberian bantuan. Dengan pemberian tugas tentu baik bagi individu maupun secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.
7.      Kerja Kelompok
8.      Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode diskusi. Yang penting adalah interaksi diantara kelompok dengan harapan terjadi perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
9.      Metode Tutor
10.  Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih dekat dibandingkan hubungan guru siswa.
11.  Pengajaran Individual
12.  Pengajaran individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses belajar mengajar. Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan kesuliatan yang dihadapi siswa.
e.         Prosedur pembelajaran perbaikan
Remedial teaching yang merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut:
1)      Meneliti kasus dengan permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan penelitian kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus tersebut, seta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian kasus akan dapat ditentukan murid-murid perlu mendapatkan remedial teaching.
Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai factor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar dirinya. Yang berasal dari dalam diri misalnya:
a.       Tingkat kecerdasan
b.      Motivasi untuk berprestasi
c.       Sikap dalam belajar
d.      Penguasaan pengetahuan belajar

Sedangkan penyebab yang berasal dari luar, yaitu:
a.       Keterbatasan sumber belajar
b.      Kecocokannya dengan program yang diambil
c.       Kurang tepat cara mengajar
d.      Fasilitas yang terbatas
e.       Kurang serasi hubungan guru dan murid
f.       Pengaruh lingkungan terhadap belajar
2)      Menentukan tindakan yang harus dilakukan. Dalam langkah ini sebagai kelanjutan langkah pertama diatas dilakukan usaha-usaha untuk menetukan karakteristik kasus yang ditangani tersebut. Setelah karakteristik harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu dipikirkan, yaitu sebaga berikut:
§  Kalau kasusnya ringan tindakan yang ditentukan adalah memberikan remedial teaching
§  Kalau kasunya cukup dan berat, maka sebelum diberikan remedial teaching harus diberika layanan konseling terlebh dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan emosional yang memengaruhi cara belajarnya.
§  Pemberian layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. Tujuan dari layanan khusus bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar murid menjadi kasus tersebut terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian siap menghadapi kegiatan belajar secara belajar.
§  Langkah-langkah pelaksanaan remedial teaching. Sasaran poko pada langkah ini adalah peingkatan prestasi maupun kemmapuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebalum oleh guru.
§  Melakukan pengukuran kembali terhadap prestasi belajar. Dengan diselesainya pelaksanaan remedial teaching, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan pada diri murid yang bersangkutan.
§  Melakukan re-evaluasi dan re-diagnostik. Hasil pengukuran yang dilakukan padalangkah kelima kemudian ditafsirkan dengan membandingkan dengan criteria seperti proses belajar mengajar yang sesungguhnya.
f.       Factor-faktor yang dipertimbangkan di pembelajaran perbaikan
Faktor-faktor yang dipertimbangkan di pembelajaran perbaikan, yaitu:
1.      Factor efektivitas, yaitu ketepatan tercapainya tujuan remedial teaching
2.      Faktor efesiensi, yaitu sedikitnya tenaga, bea dan waktu yang dipergunakan, namun hasilnya seoptimal mugkin.
3.      Faktor kesusilaan, dengan jenis masalah, sifat individu, fasilitas dan kesempatan yang tersedia.
4.      Berdasarkan atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, dan dengan mempermasalakan masalah etika dan moral, maka langkah ke2 dilakukan.
g.      Evaluasi dalam pembelajaran perbaikan
Langkah ini merupakan penilaian terhadap langkah-langkah pembelajaran perbaikan yang telah dilakukan. Evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha pembelajaran perbaikan yang dilakukan oleh guru atau konselor. Langkah evaluasi ini dilakukan juga untuk mengambil tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang telah dilakukan. 

10.  Bentuk -  Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok dan Individu dan Assessment
a.      Pengerian assessment
Assessment merupakan suatu proses pengukuran atau penelitian yang diadakan pada sebelum, sedang dan sesudah proses konseling sebagai penyedia informasi yang nyata agar konselor dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada konseli. Assesmen harus ada dalam suatu layanan BK agar konselor dapat menganalisis dan mengetahui kebutuhan dan permasalahan konseli sesungguhnya.
b.      Tujuan dan kegunaan asismen kelas
Assessment mempunyai banyak fungsi dalam proses konseling. Memberikan pendekatan yang sistematis untuk memperoleh dan mengorganisasi informasi yang relevan tentang klien. Mengidentifikasi peristiwa-peristiwa apa yang memberi kontribusi pada timbulnya masalah klien. Selain itu di bawah ini terdapat tujuan assessment, antara lain:
Ø Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan menerima permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah.
Ø Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara mendetil.
Ø Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.
Ø Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari beberapa alternatif  tersebut.
Ø Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum.
Ø Instrumen ini bisa digunakan oleh para pengawas BK dalam rangka menilai penyelenggaraan BK di sekolah-sekolah yang menjadi binaannya dan juga bisa digunakan oleh kepala sekolah dan guru BK di sekolah masing-masing untuk kepentingan evaluasi diri.
c.       Kegunaan asessment
Hackney dan Cormier (2007, hal. 75), mengutip tulisan Seligman mengenai 12 hal proses assessment yang dapat meningkatkan hubungan konselor-klien:
1.            Mengukur kemajuan anak-anak sebagai bentuk evaluasi program.
2.            Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan pembelajaran di masa yang akan datang.
3.            Membantu anak-anak berkembang secara optimal, baik fisik, sosial, emosional, intelektual maupun spiritual.
4.            Melancarkan proses pengumpulan informasi.
5.            Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat.
6.            Memfasilitasi perkembangan dari suatu rencana tindakan yang efektif.
7.            Menentukan tepat atau tidaknya seseorang untuk suatu program tindakan tertentu.
8.            Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran kemajuan.
9.            Meningkatkan wawasan mengenai kepribadian seseorang dan mengklarifikasi konsep diri.
10.        Menilai lingkungan atau konteks.
11.        Meningkatkan konseling dan diskusi yang lebih terfokus dan relevan.
12.        Mengindikasikan kemungkinan bahwa peristiwa tertentu akan terjadi, seperti sukses dalam usaha okupasional atau akademik.
13.        Meningkatkan terjemahan dari minat, kemamapuan dan dimensi kepribadian dalam peristilahan okupasional.
14.        Menghasilkan opsi dan alternative.
15.        Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.
d.      Penyusunan instrument assessment
Menurut Hackney dan Cormier, komponen assessment adalah: Interview intake riwayat hidup
            Dalam memperoleh wawancara intake riwayat hidup ini, yang harus diperoleh adalah:
1.      Data identifikasi
2.      Presentasi problem oleh klien
3.      Tatanan kehidupan klien saat ini
4.      Riwayat keluarga
5.      Riwayat pribadi
6.      Deskripsi tentang klien selama interview

11.  Perlengkapan dan Tata Laksana Bimbingan Kelompok dan Individu
a.      Instrument pengumpulan data
Agar pelayanan program itu dapat berjalan dengan baik maka kita perlu mempersiapkan alat-alat atau perlengkapan yang berhubungan dengan itu. Perlengkapan tersebut ialah alat-alat pengumpul data, yaitu antara lain:
1.      Pedoman wawancara
2.      Pedoman observasi
3.      Angket
4.      Daftar isian
5.      Chek list
6.      Sosiometri
7.      Kartu pemesiksaan kesehatan
8.      Blanko laporan study kasus
9.      Tes intelegensi
10.  Test kepribadian
11.  Test hasil belajar
Alat-alat tersebut dapat dipersiapkan secara bertahap oleh staf bimbingan.
b.      Perlengkapan penyimpanan data BK kelompok dan individu
 Data murid yang telah terkumpul perlu disimpan dengan baik dan sistimatis agar mempermudah jika sewaktu-waktu diperlukan. Alat penyimpanan data ini dapat bersifat kelompok. (misalnya menurut kelas, kelamin, jurusan, masalah dan sebagainya). Alat penyimpanan data itu dapat berupa:


a)      Kartu
Penggunaan kartu ini untuk mencatat data murid mengenai aspek-aspek tertentu misalnya: kesehatan, absensi, kemajuan akademis, kejadian-kejadian khusus, data sosiometris, masalah-masalah khusus, dan sebagainya.
b)      Folders
Bentuknya hampir sama dengan kartu tetapi dapat dilipat sehingga menjadi empat halaman. Folder ini pun hampir sama dengan kartu yaitu, untuk mencatat aspek-aspek tertentu yang lebih luas. Folder memungkinkan dapat mencatat data yang lebih banyak daripada kartu. Seperti halnya kartu folder ini pun dapat dibuat dalam bentuk dan ukuran, serta warna tertentu dan disusun dalam suatu kotak secara teratur.
c)      Booklets
Booklets lebih lengkap dari folder, karena merupakan suatu buku yang kecil, artinya lembaran lebih dari empat halaman, dalam booklets ini dapat dicacat mengenai aspek-aspek khusus yang lebih luas, seperti nilai-nilai hasil belajar, kegiatan-kegiatan kelompok, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya. Salah satu bentuk booklets misalnya buku raport.
d)      Cummulative record atau buku pribadi
Mengingat banyak sekali data yang harus dicatat maka dirasakan perlunya ada suatu alat pencacatan yang menampung seluruh aspek data murid. Alat ini disebut Cummulative record (catatan kumulatif) dalam bentuk buku dan disebut buku pribadi. Buku tersebut disebut kumulatif karena semua aspek dicatat dalam satu buku. Buku ini dapat terdiri atas beberapa halaman, tergantung kepada jumlah aspek data yang dapat dicatat di dalamnya.
e)      Map
Map digunakan untuk menyimpan data-data tertentu yang tidak dapat tersimpan dalam alat seperti tersebut diatas. Dalam map ini dapat disimpan berbagai data murid seperti, surat-surat, keterangan dokter, karangan, gambar-gambar, surat pernyataan, dan sebagainya. Map ini dapat dibuatkan untuk setiap murid (individual) dan dapat pula dibuat map kelompok, misalnya di setiap kelas ada satu map.
c.       Perlengkapan pelaksanaan BK kelompok dan individu
Untuk kelancaran pelaksanaan teknis bimbingan konseling individu dan kelompok, maka perlu dipersiapkan alat-alat sebagai berikut:
§  Blanko surat, seperti surat panggilan murid, surat panggilan orang tua, surat pemberitahuan home visit, surat panggilan guru, dan sebagainya.
§  Kartu konseling, yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan dan proses konseling untuk setiap murid.
§  Kartu konsultasi, yang dipergunakan untuk mencatat kegiatan dan proses konsultasi baik dengan orang tua, guru-guru dan pihak-pihak lain.
§  Daftar kasus, yang berisi nama-nama kasus beserta masalahnya serta jadwal bimbingannya.
§  Catatan case conference, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses case conference
§  Catatan bimbingan kelompok, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses bimbingan kelompok.
§  Kotak masalah, yaitu suatu kotak yang disediakan untuk menampung masalah baik dari murid, guru, ataupun dari pihak lain. Mereka yang merasakan adan masalah, diminta menuliskannya dalam selembar kertas yang kemudian dimasukkan kedalam kotak itu.
§  Papan pengumuman, digunakan untuk mengumumkan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam hubungan dengan kegiatan bimbingan.
d.      Perlengkapan administrasi BK kelompok dan individu
Untuk kelancaran kegiatan administrasi bimbingan dan konseling individu dan kelompok perlu disiapkan perlengkapan administrasi seperti:
ü   Alat tulis menulis.
ü   Blanko surat seperti laporan bulanan, laporan mingguan, surat undangan, dan sebagainya.
ü   Agenda surat keluar masuk.
ü   Arsip surat-surat.
ü   Catatan kegiatan harian dan buku tamu

12.  Evaluasi Bimbingan Konseling Kelompok dan Individu
a.      Konsep evaluasi
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas akan evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu dibahas dan dikaji pengertian tentang eveluasi bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1)      Menurut Nana Sudjana, 1991.
Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau nilai berdasarkan kriteria tertentu.
2)      Menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1986.
Evaluasi adalah upaya menelaah atau menganalisis program layanan BK yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan memperbaiki program bimbingan secara khusus dan program pendidikan di sekolah ( termasuk madrasah ) secara umum.
3)      Menurut W.S Winkel, 1991: 135.
Evaluasi program bimbingan adalah mencakup usaha menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi peningkatan mutu program bimbingan. Pelaksanaan evaluasi menuntut diadakan penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis, mengadakan penafsiran dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.
4)      Menurut Sukardi, 1990: 47.
Menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling disekolah adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
5)      Menurut Dewa Ketut Sukardi, 1990: 47.
Evaluasi program bimbingan adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
Jadi pelaksanaan program bimbingan merupakan salah satu usaha untuk menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan konseling demi peningkatakn mutu program bimbingan dan konseling.
b.      Tujuan dan kegunaan evaluasi
1. Tujuan evaluasi
Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
1.      Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
a.       Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbinga dan konseling.
b.      Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
c.       Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
·       Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·         Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
·         Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
·         Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·         Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·         Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khususnya.
·         Mendapat informasi yang kuat dalam rangka perencanaan langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
·         Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dan kebutuhan.
2.      Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling adalah:
a)      Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah ( madrasah ).
b)      Untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi layanan yang diberikan itu dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu disekolah ( madrasah ) dan diluar sekolah ( madrasah ).
c)      Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
d)     Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
e)      Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
f)       Untuk mendorong semua personil bimbinga agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
g)      Menunjukkan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah digunakan atau diikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan-tujuan pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.
c.       Teknik-teknik evaluasi dalam BK kelompok dan individu
a.      Melaksanakan administrasi test kecerdasan dan test bakat
Administrasi test-test ini, yang hasilnya dipergunakan murid-murid untuk tujuan-tujuan intruksionil dan konseling, adalah penting sekali. Hasil-hasil tersebut melengkapi guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data yang obyektif dan dapat dipercaya yang besar pula faedahnya bagi pelaksanaan konseling yang efektif.
b.      Menggunakan test hasil belajar
Sebagaimana kita alami test ini diberikan secara berkala dengan tujuan untuk mengukur hasil pengajaran dalam berbagai mata pelajaran. Hasil test ini akan melengkapi guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data mengenai hasil belajar yang telah dicapai murid-murid secara individual.
c.       Menggunakan “ case study “ (study kasus) dan wawancara
Case study dengan wawancara merupakan salah satu kegiatan konseling yang fungsinya memperkenalkan kepada guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi murid, dan juga dengan beberapa teknik sintesis dan diagnosis dengan jalan mempelajari data murid tertentu.
d.      Mempelajari contoh-contoh pekerjaan murid
Contoh-contoh pekerjaan murid juga memberi data yang obyektif pada guru dan petugas bimbingan lainnya mengenai hasil yang telah dicapai secara individual. Contoh-contoh tersebut mmeperlihatkan kepada kita buka saja kemampuan murid untuk melakukan suatu pekerjaan tertentu, tetapi juga kebiasaan-kebiasaan dan sikap mereka dalam mengerjakan sesuatu.
e.       Menyelesaikan daftar catatan minat siswa dan skala penilaian (rating scale)
Daftar catatan minat siswa, yang diselesaikan dengan baik, akan sangat membantu guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dalam usaha memberi konseling kepada  murid-murid mengenai pilihan jabatan atau profesi dikemudian hari.
Skala penilaian dipergunakan dalam menilai hasil belajar murid, sikapnya dan sifat-sifatnya. Kelima teknik yang dikemukakan diatas itu dipergunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek tertentu dari program bimbingan seperti, aspek intruksionil, perkembangan kebiasaan, keterampilan, dan sikap.
f.       Menggunakan daftar cek ( chek list )
Ini merupakan daftar yang memuat hal-hal yang telah disiapkan dan yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi program bimbingan, peranan guru dan petuga sbimbingan lainnya, teknik-teknik konseling yang digunakan, catatan kumulatif dan sebagainya. Daftar ini dipergunakan untuk tujuan observasi dan evaluasi dengan jalan menunjukkan ada tidaknya tiap-tiap hal yang sedang diteliti


BAB III
LAPORAN PENELITIAN

A.    Profil SMKN 6 Surabaya
SMK Negeri 6 Surabaya merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya khususnya untuk Kelompok Pariwisata. Nama SMK Negeri 6 Surabaya tidak terlepas dari nama sebelumnya yaitu SMTK (Sekolah Menengah Tehnologi Kerumahtanggaan) yang keberadaannya di Indonesia hanya ada 6 buah yaitu: (1) SMTK Negeri Medan, (2) SMTK Negeri Yogyakarta; (3) SMTK Negeri Surabaya; (4) SMTK Negeri Jakarta; (5) SMTK Negeri Denpasar dan (6) SMTK Negeri Ujung Pandang dengan lama masa pendidikannya 4 tahun. Hal ini semata-mata untuk menghasilkan tamatan sekolah kejuruan yang handal. SMK Negeri 6 Surabaya berdiri sejak tahun 1975 dengan nama SMTK, No. Pendirian 0311/0/1975 tanggal 31 Desember 1975 masih bergabung dengan SKKA di jalan Kamboja Surabaya, sebelum gedung selesai dibangun. Namun setelah pembangunan gedung SMTK Negeri Surabaya selesai maka pada tanggal 8 April 1982 diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Bp. Dr. Daoed Yoesoef. Seiring dengan perkembangan situasi dan kondisi maka SMTK yang semula mempunyai 3 jurusan terdiri atas :
1.    Jurusan Tata Boga
2.    Jurusan Tata Busana
3.    Jurusan Tata Graha

Bertambah 1 jurusan yaitu jurusan kecantikan, sehingga menjadi 4 jurusan yaitu
1.    Jurusan Tata Boga
2.    Jurusan Tata Busana
3.    Jurusan Tata Graha/Akomodasi Perhotelan
4.    Jurusan Tata Kecantikan Rambut

Namun sejak tahun 1998 nama SMTK Negeri Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 6 Surabaya yang beralokasi di jalan Margorejo, Wonocolo, Surabaya dengan. Bidang Keahlian sebagai berikut :
1.    Bidang Keahlian Tata Boga (Restoran dan Patiseri)
2.    Bidang Keahlian Busana Butik
3.    Bidang Keahlian Kecantikan (Tata Kecantikan Rambut dan Kulit)
4.    Bidang Keahlian Akomodasi Perhotelan
Berkat keuletan para pengelola, dan didorong oleh kemauan dan semangat pengabdian yang kuat, SMK Negeri 6 Surabaya yang dulunya bernama SMTK Negeri Surabaya yang pada mulanya hanya memiliki 3 jurusan, bertambah menjadi 4 jurusan yaitu sejak tahun 1998, yang sekarang berubah nama menjadi bidang keahlian.Saat ini, bidang keahlian yang dimiliki oleh SMK Negeri 6 Surabaya bertambah lagi dengan dibukanya Bidang Keahlian Usaha Perjalanan Wisata dan Bidang Keahlian Multimedia.[25] Dinamika dan perkembangan SMK Negeri 6 Surabaya diiringi dengan pergantian pimpinan sekolah sebanyak 7 kali yaitu :
1.                   S. Soetoyo (1975 - 1988)
2.                   Wahyoeni Agoes Soeyanto (1988 - 1993)
3.                   Dra. Deetje Indiani (1993 - 1998)
4.                   Dra. RA. Sutiarini (1998 - 2005)
5.                   Drs. Moch. Basoeki, MM  (2005 - 2007)
6.                   Dra. Ninik Sulistianik, M.Pd (2007 - 2012)
7.                   Dra. Siti Rochanah, M.M. (2012 - Sekarang)


B.       Visi dan Misi SMKN 6 Surabaya
Visi:
Mewujudkan SMK Negeri 6 Surabaya sebagai lembaga Diklat Kejuruan yang berstandar Nasional dan Internasional untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat menengah yang profesional dalam memasuki era perdagangan bebas sejak 2003 (AFTA).
Misi:
1. Memberikan pendidikan dan pelatihan terbaik yang mengacu pada konsep life skill. Baik generik skill maupun vokasional skill yang berorientasi pada masa depan bangsa.
2. Mengantarkan siswa menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang bertaqwa pada Allah SWT, berdedikasi, beretos kerja, dan memiliki profesionalitas tinggi terhadap pekerjaan.[26]


C.    Struktur Organisasi BK di SMKN 6 Surabaya          
Keterangan Organisasi :
a.         Kepala sekolah sebagai coordinator bimbingan dan konseling adalah penanggung jawab langsung serta pemegang kebijakan dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
b.         Kepala sekolah dalam melaksanakan teknis bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan pihak dari Komite Sekolah.
c.         Guru Pembimbing (konselor) dalam melaksanakan tugasnya dapat mengadakan kerjasama dengan staf guru mata pelajaran atau mengadakan konsultasi-konsultasi tertentu dengan staf dewan sekoah lainnya, atau dengan arti lain guru pembimbing (konselor) berperan melaksanakan administrasi dan pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah dengan mendayagunakan semua potensi yang ada dalam membantu para siswa yang menghadapi masalah.
Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah di mana kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan dan konseling dan sebagai pemegang  kebijakan dalam program bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala sekolah memanfaatkan semua personel sekolah (dewan komite sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta kepala sekolah memahami mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
Tugas dari Komite Sekolah hanya memberikan nasehat-nasehat yang dibutuhkan oleh kepala sekolah. Sedangkan guru pembimbing (konselor) dan satf sekolah lainnya merupakan pembantu kepala sekolah dan bertanggung jawab kepada kepala sekolah.[27]

D.    Masalah Belajar
Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Siswa dituntut untuk mengerti setiap pelajaran yang diajarkan disekolah yang terkadang bukan bidangnnya. Disisi yang lain ada bebagai kendala dan faktor pendukung. Berikut berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang penulis temukan dalam studi kasus di SMKN 6 Surabaya.
Secara garis besar persoalan yang dimiliki siswa adalah masalah ekonomi (strata sosial dari kalangan menengah kebawah), hal ini berdampak pada animo anak dan orang tua terhadap pendidikan masih rendah sehingga kecenderungan untuk melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi masih rendah. Karena SMK adalah sekolah kejuruan, maka siswa di didik dengan ketrampilan supaya nanti ketika lulus dari SMK sudah langsung bisa bekerja tanpa harus melanjutkan kuliah, begitu sebagian besar opini orang tua mengapa memilih menyekolahkan anaknya ke SMK. Biaya pendidikan yang semakin melangit, mendorong mainset orang tua untuk menyekolahkan anaknya ke SMK, semua ini tidak terlepas dari masalah ekonomi keluarga.
Sedangkan faktor lain yang berhasil ditemukan adalah kurangnya kesiapan peserta didik (dalam hal ini siswa) dalam memilih jurusan disekolahnya. Mereka cenderung dadakan dalam menentukan jurusan atas keinginan orang tua yang bertolak belakang dengan basic dan minat siswa. Faktor-faktor eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal dari:
1.      Sekolah, antara lain:
      Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
      Terlalu berat beban belajar (murid) dan untuk mengajar (guru)
      Metode mengajar yang kurang memadai
      Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan belajar.
2.      Keluarga (rumah), antara lain:
ü  Keluarga tidak utuh atau kurang harmonis.
ü  Sikap orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya.
ü  Keadaan ekonomi.
Layanan bimbingan karir yang seyogyanya mereka dapatkan ketika memasuki jenjang pendidikan menengah pertama justru mereka tidak dapatkan. Dalam hal ini yang bertugas memberikan bimbingan karir terhadap siswa adalah ketika mereka sedang dalam sekolah menengah tingkat pertama (SMP). Akibatnya mereka kebingungan dalam menentukan jurusan yang mereka harus tempuh selama menjalani pendidikan disekolah selanjutnya. Berbekal keinginan orang tua dan sikap pasrah mereka jalani sehingga dalam prosesnya pun mereka tidak dapat berjalan maksimal. Jika sudah seperti ini, akan timbul masalah belajar pada siswa, siswa cenderung tidak semangat belajar, dan banyak mengalami ketertinggalan pelajarang dengan yang lain. Pun terpaksa jika harus berpindah jurusan, maka harus menunggu satu tahun kemudian, karena di SMKN 6 Surabaya metode penerimaan siswa baru adalah menggunakan system online. Sejak awal pemilihan jurusan ditentukan saat pendaftaran online via internet.

  1. Layanan Home Program
Program ini dilakukan di luar jam perlajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan.
Dengan kondisi tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efsien.
Di SMKN 6 Surabaya setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru BK ditemukan fakta bahwa untuk penerapan layanan home program belum ada atau belum pernah di aplikasikan kedalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini karena untuk jam Bimbingan Konseling tidak disediakan secara khusus. Mengingat bahwa banyaknnya praktek dari pada teori dalam setiap pembelajaran, yang tentunya memakan banyak waktu, jadi untuk jam khusus pemberian layanan di kelas-kelas memang tidak disedikan. Mengingat home program adalah suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
Program hoom room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan sewaktu-waktu. Atau lebih tepatnya di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan home program, karena layanan BK bisa di dapatkan tidak hanya di kelas, melainkan bisa juga di ruang khusus BK.[28]

  1. Program Karya Wisata
Karyawisata dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi yang mereka butuhkan. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri, kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan cita-cita.
Program karya wisata di SMKN 6 Surabaya secara intens dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan karya wisata ini dilakukan guna menunjang pengetahuan dan pengalaman siswa akan dunia kerja. Karena kita ketahui bahwa SMK merupakan sekolah yang mencetak out put yang siap terjun lapangan, oleh sebab itu program karya wisata dilaksanankan sesuai jurusan. Misalnya untuk jurusan Perhotelan, maka program karya wisatanya adalah mengunjungi hotel-hotel yang tersebar di Indonesia. Program karya wisata ini dilaksanakan sesuai kurikulum yang berlaku, akan tetapi secara umum karya wisata dilaksanakan untuk kelas 2 SMK, dan disesuaikan dengan jurusan masing-masing.
Di SMKN 6 Surabaya terdapat banyak bidang kejuruan. Diantaranya adalah jurusan tata busana, jurusan kecantikan kulit, kecantikan rambut, jurusan multimedia, pariwisata, dan tata boga. Setiap jurusan ini objek yang dituju dalam program karya wisata berbeda, menyesuaikan dari setiap jurusannya.
Peran guru BK di SMKN 6 Surabaya dalam memberikan layanan BK khususnya program karya wisata, yakni dengan melakukan kerjasama dengan jurusan kesiswaan. Guru BK hanya sebagai pendamping, mendampingi siswa dan bekerjasama dengan pihak kesiswaan demi mencapai tujuan bersama.

  1. Kegiatan Kelompok dan Diskusi Kelompok
Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran baik teori di dalam kelas maupun praktik diluar kelas selalu membutuhkan diskusi kelompok. Hal ini untuk mengasah kemampuan siswa dalam berdiskusi dan olah pikir. Kegiatan kelompok dan diskusi kelompok yang dilakukan tidaklah  pada persoalan formal sekolah saja, akan tetapi disesuaikan dengan kajian masalah yang sedang hangat ataupun masalah yang muncul dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah.
Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Diskusi kelompok dan Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam  bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok.
Melalui kegiatan kelompok siswa SMKN 6 SURABAYA dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu, melepaskan berbagai ketegangan, dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya.
Hal itu karena, bentuk kegiatan kelompok (group activity) salah satunya dapat dilakukan melalui permainan. Permainan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pemain untuk melakukan ekspresi dan aktualisasi. Ekspresi dapat menjadi sarana pemain untuk melakukan katarsis, aktualisasi diri, memberi kesempatan pemain untuk melaksanakan tugas secara maksimal sesuai dengan kemampuannya. Namun demikian, aturan permainan tetap menjadi pedoman untuk ditaati bersama dalam melakukan kegiatan permainan.  Dengan demikian, muncul tanggung jawab dan percaya diri.
Seyogyanya tugas seorang guru BK adalah untuk membimbing murid-muridnya menemukan jalan keluar dari setiap permasalahan. Pun pada kegiatan kelompok dan diskusi kelompok, guru BK harus mampu mendampingi dan menjadi penengah karena setiap siswa dalam kegiatan kelompok dan diskusi kelompok pada hakikatnya masih memerlukan bimbingan dari pembimbing.

  1. Metode Sosiodrama dan Psikodrama
Metode sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial. Sedangkan metode psikodrama pada awalnya diperkenalkan dan dikembangkan oleh Jacob L. Moreno, seorang Psikiater Dari Rumania. Kata psikodrama sering digunakan sebagai istilah umum ketika berbicara tentang tindakan berbagai metode yang dikembangkan J.L. Moreno. Drama dalam bahasa Yunani berarti aksi atau melakukan sesuatu dengan dorongan jiwa. Jadi, psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah dengan metode drama.
Metode Ini termasuk pendidikan, bisnis, keterampilan sosial pelatihan, agama, rekreasi, struktur masyarakat, dan pengembangan pribadi-perspektif untuk mengoptimalkan potensi individu.Metode ini sangat mempunyai beberapa manfaat yang membantu siswa :[29]
·           Melatih siswa dalam bersosialisasi dengan orang lain
·           Melatih tanggung jawab
·           Menghargai pendapat orang lain dan belajar mengambil keputusan yang tepat
Berdasarkan manfaat tersebut sekolah-sekolah dan program-program pendidikan lanjutan, perlu mendapatkan lebih banyak ketrampilan dalam berkomunikasi, pemecahan masalah interpersonal, dan kesadaran diri demi tercapainya kemapanan pribadi siswa dalam mematangkan diri. Dalam hal ini SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan layanan psikodrama dan sosiodrama walaupun seharusnya bentuk layanan ini seyogyanya harus diterapkan demi menunjang keberhasilan siswa dalam keluar dari setiap bentuk permasalahan.
Dalam penerapannnya psikodrama dan sosiodrama memang memerlukan beberapa persiapan diantaranya penentuan pelaku dan pemeran, permainannya, memahami kondisi psikologis pemain lainnya dan terakhir evaluasi tentang penampilannya. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama sehingga untuk diterapkan di SMKN 6 Surabaya tidak cukup memungkinkan, mengingat jumlah porsi jam yang diberikan dari pihak sekolah untuk jam Bimbingan Konseling terbatas.
Dari hasil observasi kami dilapangan menemukan fakta bahwa program Bimbingan Konseling (BK) tidak diberikan waktu yang lebih, dari kebijakan sekolah memutuskan bahwa jam khusus BK untuk dikelas tidak disediakan. Hanya tempo-tempo tertentu ketika siswa memerlukan bimbingan dari konselor, datang kepada guru pembimbing dan dan pembimbing membantu siswa untuk keluar dari segala permasalahannya maka waktu itulah  fungsi BK benar -  benar difungsikan.
Hal inilah yang menjadi sebab pendukung mengapa di SMKN 6 Surabaya belum menerapkan program layanan BK bentuk psikodrama dan sosiodrama. Terkendala masalah program dari kebijakan Kepala Sekolah maupun terkendala dari persoalan waktu.

  1. Bentuk dan Layanan Informasi  di SMKN 6 Surabaya
Bentuk layanan informasi yang diberikan di SMKN 6 Surabaya merupakan wujud dari Bimbingan konseling (BK) yang memberikan informasi mengenai informasi dunia kerja yang disajaikan dalam bentuk papan informasi yang selalu di update dalam menyajikan lowongan kerja yang bersumber dari koran atau majalah yang bertujuan memberikan informasi terhadap pekerjaan yg mereka ingin coba berdasarkan kemampuan dan kecakapan mereka.
Fasilitas layanan informasi lain yang disediakan yakni penyampaian materi dan gambaran mengenai kesiapan dan orientasi siswa di sekolah tersebut. Bentuk pelayanan informasi tersebut disampaikan dalam bentuk presentasi menggunakan power point. Aktivitas itu diberikan kepada siswa baru yang telah berhasil mengikuti seleksi penerimaan masuk sekolah. Mereka mendapatkan materi saat Masa Orientasi Siswa (MOS) berlangsung. Materi yang diberikan meliputi pengenalan mengenai dunia sekolah dan dunia kerja.
Selain itu pihak guru pembimbing juga menjalin kerja sama dalam memberdayakan siswa SMKN 6 Surabaya dengan perusahaan swasta atau siapa saja yang memerlukan tenaga kerja terdidik. Lulusan SMK yang memang di didik untuk siap kerja diharapkan mampu menjawab segala persoalan di dunia kerja. SMKN 6 Surabaya dapat menjalin kerja sama dengan pihak usaha karena lembaga ini merupakan sekolah SMK favorit terakreditasi A.[30]
  1. Pengajaran Perbaikan
Pada umumnya proses pengajaran bertujuan agar murid dapat mencapai hasil belajar yang optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti murid masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan sehingga diperlukan suatu proses pengajaran perbaikan yang dapat membantu murid agar mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
Pengajaran remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar, khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan.
Mengenai pegajaran perbaikan di SMKN 6 Surabaya pihak pembimbing tidak diberikan wewenang untuk mengurus pengajaran perbaikan. Dalam hal ini yang diberikan wewenang adalah guru pelajaran masing – masing.
Guru pembimbing hanya diberikan wewenang untuk memberikan motivasi belajar siswa, agar siswa mampu menumbuhkan kembali semangad dalam dirinya untuk kembali bangkit dari kegagalan. Sedangkan bentuk pengajaran perbaikan sepenuhnya dikembalikan kepada guru mata pelajaran masing-masing dan guru BK bertugas memantau sejauh mana pengajaran perbaikan dapat berjalan seperti yang di inginkan.
  1. Langkah Guru Pembimbing Dalam Mengidentifikasi Masalah Siswa
Langkah guru pembimbing dalam proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid mungkin beberapa mata pelajaran atau satu mata pelajaran atau satu kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu. Penyembuhan ini mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil saja.
Jadi disini peran guru BK di SMKN 6 Surabaya dalam langkah pengajaran remedial adalah melakukan kerjasama dengan guru mata pelajaran. Melakukan evaluasi dari cara guru mengajar, ataupun mengevaluasi segala macam bentuk penyebab yang mungkin menjadi penghambat dalam proses pembelajaran.
Secara garis besar langkah – langkah yang harus ditempuh dalam remedial teaching adalah sebagai berikut:
1.      analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
2.      menemukan penyebab kesulitan,
3.      menyusun rencana kegiatan remedial,
4.      melaksanakan kegiatan remedial, dan
5.      menilai kegiatan remedial.
Pada intinya dari yang kami amati dilapangan (SMKN 6 Surabaya), harus ada kerjasama yang bagus antara guru pembimbing dengan guru mata pelajaran, sehingga langkah-langkah dalam pengajaran perbaikan demi memperoleh hasil yang lebih baik dapat tercapai.[31]

  1. Langkah Guru Pembimbing Dalam Memfollow Up Masalah Siswa
Sebagaimana pembelajaran pada kelas biasa, maka dalam pembelajaran remedialpun terdapat beberapa langkah kegiatan yang harus ditempuh oleh guru. Langkah tersebut seperti yang telah kita bahas dalam point sebelumnya mulai dari mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar, mencari dan menemukan penyebab kesulitan yang dialami siswa, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan terakhir menilai keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam penerapannya, guru pembimbing di SMKN 6 surabaya melakukan prosedur pembelajaran (kegiatan follow up) seperti teori yang dikemukakan oleh Julaeha (2007), yaitu:[32]
1.                  Analisis hasil diagnosis
2.                  Menemukan penyebab kesulitan
3.                  Menyusun rencana kegiatan remidial
4.                  Melaksanakan kegiatan remidial
5.                  Menilai (evaluasi) kegiatan remidial.
Dalam hal ini yang akan dijelaskan adalah point nomor 5 yakni evaluasi / follow up terhadap masalah siswa. Proses yang dilakukan di SMKN 6 Surabaya adalah pada proses penilaian dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan siswa. Apabila kemajuan yang ditunjukkan siswa sesuai dengan yang diharapkan maka kegiatan yang dilaksanakan sudah cukup efektif. Tetapi apabila siswa tidak mengalami kemajuan atau tidak mencapai kompetensi yang diharapkan maka kegiatan yang dilaksanakan tidak efektif. Singkatnya, kegiatan penilaian ini sebenarnya bertujuan untuk mengetahui keefektifan kegiatan yang telah dilaksanakan. Jika dari hasil evaluasi kegiatan remedial ternyata siswa masih belum bisa mencapai kompetensi yang diharapkan, maka guru harus mengulang merencanakan kegiatan remedial kembali.[33]

BAB IV
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
1.      Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah di mana kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan dan konseling dan sebagai pemegang kebijakan dalam program bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala sekolah memanfaatkan semua personil sekolah (dewan komite sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta kepala sekolah memahami mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
2.      Masalah belajar adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Siswa dituntut untuk mengerti setiap pelajaran yang diajarkan disekolah yang terkadang bukan bidangnnya. Disisi yang lain ada bebagai kendala dan faktor pendukung.
3.      Di SMKN 6 Surabaya setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru BK ditemukan fakta bahwa untuk penerapan layanan home program belum ada atau belum pernah di aplikasikan kedalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini karena untuk jam Bimbingan Konseling tidak disediakan secara khusus. Mengingat bahwa banyaknnya praktek dari pada teori dalam setiap pembelajaran, yang tentunya memakan banyak waktu, jadi untuk jam khusus pemberian layanan di kelas-kelas memang tidak disedikan. Mengingat home program adalah suatu program kegiatan yang dilakukan dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul. Program hoom room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan sewaktu-waktu. Atau lebih tepatnya di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan home program, karena layanan BK bisa di dapatkan tidak hanya di kelas, melainkan bisa juga di ruang khusus BK.
4.      Program karya wisata di SMKN 6 Surabaya secara intens dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan karya wisata ini dilakukan guna menunjang pengetahuan dan pengalaman siswa akan dunia kerja. Karena kita ketahui bahwa SMK merupakan sekolah yang mencetak out put yang siap terjun lapangan, oleh sebab itu program karya wisata dilaksanankan sesuai jurusan. Misalnya untuk jurusan Perhotelan, maka program karya wisatanya adalah mengunjungi hotel-hotel yang tersebar di Indonesia. Program karya wisata ini dilaksanakan sesuai kurikulum yang berlaku, akan tetapi secara umum karya wisata dilaksanakan untuk kelas 2 SMK, dan disesuaikan dengan jurusan masing-masing. Peran guru BK di SMKN 6 Surabaya dalam memberikan layanan BK khususnya program karya wisata, yakni dengan melakukan kerjasama dengan jurusan kesiswaan. Guru BK hanya sebagai pendamping, mendampingi siswa dan bekerjasama dengan pihak kesiswaan demi mencapai tujuan bersama.
5.      Pada dasarnya setiap kegiatan pembelajaran baik teori di dalam kelas maupun praktik diluar kelas selalu membutuhkan diskusi kelompok. Hal ini untuk mengasah kemampuan siswa dalam berdiskusi dan olah pikir. Kegiatan kelompok dan diskusi kelompok yang dilakukan tidak melulu pada persoalan formal sekolah, akan tetapi disesuaikan dengan kajian masalah yang sedang hangat ataupun masalah yang muncul dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Diskusi kelompok merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Diskusi kelompok dan Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam  bimbingan, karena kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok.
6.      Dalam pemberian layanan mengenai psikodrama dan sosiodrama, di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan layanan psikodrama dan sosiodrama walaupun seharusnya bentuk layanan ini seyogyanya harus diterapkan demi menunjang keberhasilan siswa dalam keluar dari setiap bentuk permasalahan. Dalam penerapannnya psikodrama dan sosiodrama memang memerlukan beberapa persiapan diantaranya penentuan pelaku dan pemeran, permainannya, memahami kondisi psikologis pemain lainnya dan terakhir evaluasi tentang penampilannya. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama sehingga untuk diterapkan di SMKN 6 Surabaya tidak cukup memungkinkan, mengingat jumlah porsi jam yang diberikan dari pihak sekolah untuk jam Bimbingan Konseling terbatas. Dari hasil observasi kami dilapangan menemukan fakta bahwa program Bimbingan Konseling (BK) tidak diberikan waktu yang lebih, dari kebijakan sekolah memutuskan bahwa jam khusus BK untuk dikelas tidak disediakan. Hanya tempo-tempo tertentu ketika siswa memerlukan bimbingan dari konselor, datang kepada guru pembimbing dan dan pembimbing membantu siswa untuk keluar dari segala permasalahannya maka waktu itulah  fungsi BK benar -  benar difungsikan. Hal inilah yang menjadi sebab pendukung mengapa di SMKN 6 Surabaya belum menerapkan program layanan BK bentuk psikodrama dan sosiodrama. Terkendala masalah program dari kebijakan Kepala Sekolah maupun terkendala dari persoalan waktu.
7.      Bentuk layanan informasi yang diberikan di SMKN 6 Surabaya merupakan wujud dari Bimbingan konseling (BK) yang memberikan informasi mengenai informasi dunia kerja yang disajaikan dalam bentuk papan informasi yang selalu di update dalam menyajikan lowongan kerja yang bersumber dari koran atau majalah yang bertujuan memberikan informasi terhadap pekerjaan yg mereka ingin coba berdasarkan kemampuan dan kecakapan mereka. Fasilitas layanan informasi lain yang disediakan yakni penyampaian materi dan gambaran mengenai kesiapan dan orientasi siswa di sekolah tersebut. Bentuk pelayanan informasi tersebut disampaikan dalam bentuk presentasi menggunakan power point. Aktivitas itu diberikan kepada siswa baru yang telah berhasil mengikuti seleksi penerimaan masuk sekolah. Mereka mendapatkan materi saat Masa Orientasi Siswa (MOS) berlangsung. Materi yang diberikan meliputi pengenalan mengenai dunia sekolah dan dunia kerja.
8.      Mengenai pegajaran perbaikan di SMKN 6 Surabaya pihak pembimbing tidak diberikan wewenang untuk mengurus pengajaran perbaikan. Dalam hal ini yang diberikan wewenang adalah guru pelajaran masing – masing. Guru pembimbing hanya diberikan wewenang untuk memberikan motivasi belajar siswa, agar siswa mampu menumbuhkan kembali semangad dalam dirinya untuk kembali bangkit dari kegagalan. Sedangkan bentuk pengajaran perbaikan sepenuhnya dikembalikan kepada guru mata pelajaran masing-masing dan guru BK bertugas memantau sejauh mana pengajaran perbaikan dapat berjalan seperti yang di inginkan.
9.      Langkah guru pembimbing dalam proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi murid mungkin beberapa mata pelajaran atau satu mata pelajaran atau satu kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu. Penyembuhan ini mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil saja.
10.  Sebagaimana pembelajaran pada kelas biasa, maka dalam pembelajaran remedialpun terdapat beberapa langkah kegiatan yang harus ditempuh oleh guru. Yakni dengan mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar, mencari dan menemukan penyebab kesulitan yang dialami siswa, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan terakhir menilai keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Langkah dalam pemberian evaluasi / follow up terhadap masalah siswa di SMKN 6 Surabaya dilakukan dengan proses penilaian yang dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan siswa. Apabila kemajuan yang ditunjukkan siswa sesuai dengan yang diharapkan maka kegiatan yang dilaksanakan sudah cukup efektif. Tetapi apabila siswa tidak mengalami kemajuan atau tidak mencapai kompetensi yang diharapkan maka kegiatan yang dilaksanakan tidak efektif. Singkatnya, kegiatan penilaian ini sebenarnya bertujuan untuk mengetahui keefektifan kegiatan yang telah dilaksanakan. Jika dari hasil evaluasi kegiatan remedial ternyata siswa masih belum bisa mencapai kompetensi yang diharapkan, maka guru harus mengulang merencanakan kegiatan remedial kembali.
 
Daftar Pustaka

§  Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
§  Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Pustaka Setia
§  Djalali, As’ad. 1986. Teknik-Teknik Bimbingan Dan Penyuluhan. Surabaya: PT Bina Ilmu
§  Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Manjemen Bimbingan Dan Konseling Disekolah. Bandung: Pustaka Setia
§  Prayitno, Alfabeta dan Erman Anti. 1999. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
§  Sukardi, Dewa Ketut. 2008, Pengantar Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
§  Ahmadi, Abu. 1983. Psikologi Belajar. Surabaya: Bina Ilmu
§  Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta
§  Djumhur  dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: Ilmu Bandung
§  Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers
§  Sumiati, Desak Made. 1990. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
§  Hallen A. 2005, Bimbingan dan Konseling. Ciputat: PT Ciputat Press
§  Nurihsan, Juntika  & Akur Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
§  Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia
§  Singgih D. Gunarsa. 2002. Psikologi untuk membimbing.  Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
§  Tohirin. 2009. Bimbingan Dan Konseling Disekolah Dan Madrasah. Jakarta: Rajawali

























[1] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), Hal. 07
[2] Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), Hal.99
[3] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), Hal. 08
[4] Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), Hal 105
[5] Pengertian Bimbingan dan Konseling « Ilmu Psikologi _ Bimbingan Konseling_files\Pengertian Bimbingan dan Konseling « Ilmu Psikologi _ Bimbingan Konseling.html (diakses pada 25 Desember 2011)
[6] Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm.289
[7] S. Rahman. Hibana, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 58-64
[8] Ibid, hlm. 85
[9] A. Halen, Bimbingan dan Konseling, 2002, hlm. 88
[10] S. Rahman. Hibana, Bimbingan dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 64-66
[11] Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm. 310
[12] A. Hallen, Bimbingan dan Konseling, 2002, hlm. 87-88
 [13] Prayitno, Erman Amti, Dasar-dasar Bimbingan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), 29-31.
[14] Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan konseling. Bandung: Pustaka Setia
[15] Tohirin. 2009, bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. Jakarta: Rajawali
[16] Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd., Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, PT. Refika Aditama – Bandung, hal.10.
[17] Dewa Ketut Sukardi. Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta: 2008. Hal 64
[18] Drs. Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Surabaya:Usaha Nasional.1984.hal 33
[19] Ibid, Hal 34-36
[20] Ibid, Hal. 36
[21] http://iznanew.blogspot.com/2010/01/tehnik-bimbingan-dan-konseling.html
[22] Drs. Desak Made Sumiati. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Hal 31-32
[23] http://smpn2lem.blogspot.com/2011/06/langkah-langkah-dalam-memberikan.html
[24] Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi belajar. Surabaya:Bina Ilmu, 1983, hal 179
[25] Observasi langsung ke SMKN 6 Surabaya, 30 September 2012
[26] Ibid
[27] Wawancara dengan Pak Fadhil selaku guru BK, 11 Oktober 2012
[28] Ibid
[29] http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/
[30] Ibid

[31] Hasil wawancara dengan Pak Fadhil (Guru BK), 22 Oktober 2012
[32] http://www.gurukelas.com/2012/04/prosedur-kegiatan-pembelajaran-remedial.html
[33] Hasil wawancara dengan Pak Fadhil (Guru BK), 22 Oktober 2012.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

terimakasih banyak atas informasinya.....

Unknown mengatakan...

sama-sama, semoga bermanfaat. :)

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates