BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Mengacu pada peraturan pemerintah No. 29/1990 tentang
pendidikan menengah. Setiap manusia pada dasarnya memerlukan bimbingan sejak
kecil untuk mempersiapkan masa dewasanya kelak supaya dapat diterima oleh
lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat dengan bimbingan yang benar akan
berjalan baik dan terarah. Begitu juga kepada para pelajar. Seperti kita telah
ketahui bahwa bimbingan merupakan proses tuntunan, arahan secara terencana dan
terus menerus terhadap peserta didik untuk menuju kedewasan atau kematangan
mampu memecahkan masalah-masalah problem yang dihadapi guna mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Bimbingan pada dasarnya
adalah upaya pengoptimalan individu yang dilakukan oleh pembimbing.[1]
Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli
kepada seorang atau beberapa individu, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri.[2] Bimbingan yang diberikan di
lingkungan pendidikan merupakan pemberian bantuan kepada seluruh peserta didik
yang dilakukan secara terus menerus agar peserta didik dapat menemukan
penyelesaian untuk setiap permasalahannya. Setidaknya peserta didik akan mulai
memahami dirinya sendiri, lingkungan dimana dia tinggal, serta mengetahui
tugas-tugasnya sehingga peserta didik mampu mengarahkan diri, menyesuaikan
diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan lembaga
pendidikan, lingkungan keluarga dan masyarakat, serta lingkungan kerja yang
akan dimasukinya kelak.[3]
Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan
secara tatap muka antara dua orang yakni antara konselor dengan konseli (klien). Dalam hal ini konseli dibantu
untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya
masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya,
demi untuk mencapai kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut
konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan
kebutuhan-kebutuhan yang akan datang.[4]
Jadi Bimbingan Konseling
adalah Proses pemberian bimbingan yang dilakukan oleh seorang pembimbing dalam
hal ini bisa kita katakan sebagai konselor kepada klien yang membutuhkan
bantuan atau bimbingan, yang selanjutnya kita sebut sebagai konseli. [5] Atau secara garis besar bisa
diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling (face
to face) oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami sesuatu masalah (disebut konseli) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi konseli serta dapat memanfaatkan berbagai potensi yang
dimiliki dan sarana yang ada, sehingga individu atau kelompok individu itu
dapat memahami dirinya sendiri untuk mencapai perkembangan yang optimal,
mandiri serta dapat merencanakan masa depan yang lebih baik untuk mencapai
kesejahteraan hidup.
Dalam bimbingan konseling
ada beberapa layanan, dan yang akan kita bahas disini adalah layanan bimbingan
konseling individu dan kelompok. Layanan bimbingan konseling perorangan atau individu merupakan
bentuk layanan bimbingan dan konseling khusus antara peserta didik (klien)
dengan konselor atau guru pembimbing dan mendapat layanan langsung tatap muka
(secara perorangan) dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan
pribadi yang diderita peserta didik (klien).
Konseling perorangan
merupakan bentuk layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan
masalah klien. Dengan demikian konseling perorangan merupakan “jantung hati”. Implikasi lain
pengertian “jantung hati” adalah
apabila seorang konselor telah menguasai dengan baik apa, mengapa dan bagaimana
pelayanan konseling itu (memahami, menghayati dan menerapkan wawasan,
pengetahuan dan ketrampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka
diharapkan ia dapat menyelenggarakan layanan-layanan bimbingan lainnya tanpa
mengalami banyak kesulitan.[6] Langkah
konselor untuk dapat menguasai “jantung
hati” bimbingan yaitu perlu mempelajari dan menerapkan berbagai teknik
konseling yang didukung dengan pengalaman yang luas dalam pelayanan konseling.
Hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:[7]
- Layanan konseling diselenggarakan secara resmi. Artinya teratur, terarah dan terkontrol serta tidak diselenggarakan secara acak atau seadanya saja. Hal pokok dalam pelaksanaan konseling antara lain: kerahasiaan, keterbukaan, tanggung jawab pribadi.
2.
Mengatasi masalah melalui konseling. Melalui proses konseling, klien
berharap masalah yang dihadapi dapat terselesaikan. Langkah-angkah umum dalam
upaya pengentasan masalah melalui konseling antara lain:
a.
Memahami masalah yang dialami klien.
b.
Menganalisis sebab timbulnya masalah klien.
c.
Menggunakan metode khusus dengan menciptakan suasana yang penuh
kekeluargaan.
d.
Melakukan evaluasi kepada klien dengan meminta kesan-kesan dan perasaannya
terhadap prses konseling yang telah dijalani.
e.
Mengadakan tindak lanjut yang berupa penyelenggaraan kegiatan yang
mendukung.
Tahap-tahap mengatasi
masalah melalui konseling, yaitu:
a. Klien menyadari bahwa dirinya mengalami masalah.
b. Klien menyadari dirinya tidak mampu menyelesaikan
masalahnya sendiri sehingga ia memerlukan bantuan orang lain.
c. Klien mau mencari orang yang mau, mampu dan
bertanggung jawab dalam membantu memecahkan masalah yang dialami.
d. Klien dituntut untuk berperan aktif dalam proses
konseling.
e. Klien benar-benar menerapkan hasil konseling dalam
kehidupan sehari-hari.
Menerapkan dari teori
konseling, antara lain:
a. Konseling direktif adalah konseling yang dilakukan
dengan berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung.
b. Konseling non direktif adalah upaya pemecahan masalah
dengan memberi kesempatan pada klien untuk mengungkapkan masalahnya secara
bebas.
Materi yang dapat diangkat
melalui layanan konseling perorangan ini ada berbagai macam, yang pada dasarnya
tidak terbatas. Layanan ini dlilaksanakan untuk seluruh masalah peserta didik
secara perrangan (dalam berbagai bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi,
sosial, belajar dan karier).[8]
Sedangkan layanan bimbingan
konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan
peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk pembahasan pengentasan
permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok; masalah yang dihadapi
itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.[9]
Keuntungan layanan konseling kelompok adalah efisiensi waktu, tenaga, biaya dan
pikiran serta lebih intensif dan dinamis dalam interaksi selama layanan
berlangsung. Manfaat lain adalah dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan
ketrampilan sosial pada umumnya, meningkatkan kemampuan pengendalian diri,
tenggang rasa atau tepo seliro.
Dengan demikian, proses pengentasan masalah individu dalam konseling kelompok
mendapatkan dimensi yang lebih luas.
Layanan konseling kelompok
tidak hanya diberikan kepada sekedar sejumlah orang, melainkan kelompok atau
kumpulan orang tersebut perlu memenuhi kriteria-kriteria sehingga bisa
dikatakan sebagai suatu kelompok. Kriteria tersebut adalah:[10]
1. Mempunyai tujuan yang sama.
2. Keanggotaan tidak harus secara resmi, melainkan
memiliki rasa kebersamaan yang diikat dengan tujuan yang sama tersebut.
3. Mempunyai pemimpin kelompok yang bertugas
mempersatukan seluruh anggota.
4. Memiliki aturan, baik tertulis maupun tidak tertulis.
Bimbingan dan konseling
kelompok ini bertujuan untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada
sekelompok individu yang homogen. Masalah-masalah yang dibahas merupakan
masalah perorangan yang muncul didalam kelompok itu, meliputi berbagai masalah
(pribadi, sosial, belajar dan karier). Seperti dalam konseling perorangan,
setiap anggota kelompok menampilkan masalah yang dirasakannya. Masalah-masalah
tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota
kelompok, masalah demi masalah satu persatu, sehingga semua masalah
terbicarakan.
Dalam layanan bimbingan
kelompok terdapat homogenitas. Hal-hal yang menunjukkan adanya homogenitas
dalam kelmpok, antara lain:[11]
1.
beranggotakan kelompok yang homogen, yaitu siswa-siswi satu kelas atau satu
tingkat kelas yang sama,
2.
masalah yang dialami semua anggota kelompok adalah sama,
3.
tindak lanjut dari diterimanya informasi juga sama, yaitu untuk menyusun
rencana dan membuat keputusan,
4.
kegiatan yang dilakukan oleh para anggota dalam proses pemberian informasi
secara reatif sama (seperti mendengarkan, mencatat, bertanya).
Melalui layanan bimbingan
kelompok yang melahirkan dinamika kelompok, dapat membahas berbagai materi dalam
kehidupan sehari-hari. Materi-materi tersebut meliputi:[12]
1.
Pemahaman dan pemantapan kehidupan keberagamaan dan hidup sehat.
2.
Pemahaman dan penerimaan diri sendiri dan orang lain sebagaimana adanya
(termasuk perbedaan individu, sosial dan upaya serta permasalahannya)
3.
Pemahaman tentang emosi, prasangka, konflik dan peristiwa yang terjadi di
masyarakat serta pengendaliannya.
4.
Pengaturan dan penggunaan waktu secara efektif.
5.
Pemahaman tentang adanya berbagai alternatif pengambilan keputusan dan
berbagai konsekuensinya.
6.
Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar, pemahaman hasil belajar,
timbulnya kegagalan belajar dan cara-cara penanggulangannya.
7.
Pengembangan hubungan sosial yang efektif dan produktif.
8.
Pemahaman tentang dunia kerja, pilihan dan pengembangan karier serta
perencanaan masa depan.
9.
Pemahaman tentang pilihan dan persiapan memasuki jabatan atau program studi
lanjutan dan pendidikan lanjutan.
Dari uraian diatas deapat
kita ketahui betapa pentingnya layanan bimbingan konseling individu dan
kelompok si sebuah instansi sekolah. Apalagi keberadaan BK telah ada legalitas
dari perundang-undangan, Karena sebenarnya keberadaan bimbingan dan konseling
di sekolah di Indonesia telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975
secara resmi memasuki sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan
konseling pada kurikulum 1975 yang berlaku di sekolah-sekolah di seluruh
Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Kemudian kurikulum tersebut
disempurnakan lagi pada kurikulum 1984. Keberadaan bimbingan dan konseling di
sekolah juga dipertegas oleh peraturan pemerintah No. 28 tahun 1990 (tentang
pendidikan dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang pendidikan menengah).
Dengan dicantumkan bimbingan
dan konseling pada kurikulum sekolah serta didukung oleh peraturan perundangan
pemerintah, maka memberikan legalitas yang cukup mantap tentang keberadaan
bimbingan dan konseling di sekolah boleh dikatakan pekerjaan bimbingan dan
konseling tidak dapat diganggu lagi keberadaannya.[13]
Penulis memilih SMKN 6
Surabaya sebagai objek dari penelitian karena sekolah ini merupakan salah satu
dari sekolah kejuruan negeri yang terakreditasi A. Selain itu penulis juga
ingin mengetahui sejauh mana keberhasilan guru pembimbing dalam menerapkan teknik
layanan Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok. Oleh sebab itu
penulis akan membahas mengenai bimbingan dan konseling individu dan kelompok
agar bisa menambah pengetahuan mendalam mengenai bimbingan dan konseling pada
anak didik sehingga akan menjadi pencerahan tersendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja masalah-masalah yang sering
dihadapi siswa baik individu maupun kelompok di SMKN 6 Surabaya?
2.
Sejauh mana
peran guru BK dalam Bimbingan Konselling Individu dan Kelompok di SMKN 6
Surabaya?
3.
Teknik-teknik apa saja yang digunakan guru pembimbing dalam
Bimbingan Konseling Individu di
SMKN 6 Surabaya?
4.
Teknik-teknik apa saja yang digunakan guru pembimbing dalam
Bimbingan Konseling Kelompok di
SMKN 6 Surabaya?
5.
Teknik apakah yang digunakan oleh guru pembimbing untuk memberikan layanan informasi di SMKN 6 Surabaya?
6.
Bagaimana langkah-langkah pemberian bantuan dalam Bimbingan
Konseling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
7.
Bagaimana pengajaran perbaikan
yang diterapkan di SMKN 6 Surabaya?
8.
Bagaimana bentuk pemberian
pengajaran pengayaan di SMKN 6 Surabaya?
9.
Apa saja
perlengkapan dan bagaimana tata laksana Bimbingan Konseling Individu dan
Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
10.
Bagaimana bentuk
evaluasi program Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok di SMKN 6 Surabaya?
C. Tujuan
Penelitian
dan Kegunaan Penelitian
a.
Tujuan Penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
sejauh mana keefektivan Layanan Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok dalam
penerapan teknik layanan Bimbingan Konseling Individu dan kelompok di SMKN 6
Surabaya.
b.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1.
Akademis
Untuk menyumbang khazanah ilmu pengetahuan,
khususnya dalam Pendidikan di Indonesia.
Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu pendidikan
terutama dikaitkan dengan hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan belajar anak.
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka
penyempurnaan konsep maupun implementasi praktik pendidikan sebagai upaya yang
strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia.
2.
Individu
a.
Sebagai bahan pembelajaran bagi peneliti serta tambahan
pengetahuan sekaligus untuk mengembangkan pengetahuan penulis dengan landasan
dan kerangka teoritis yang ilmiah atau pengintegrasian ilmu pengetahuan dengan
praktek serta melatih diri dalam penelitian Deskriptif Kualitatif.
b.
Sebagai tugas akhir Mata Kuliah Bimbingan Konseling
Individu dan kelompok.
3.
Sosial
a.
Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan mutu Layanan BK
khususnya pada mata pelajaran BK di SMKN 6 Surabaya.
b.
Bagi para pendidik, merupakan hasil pemikiran yang dapat dipakai sebagai pedoman untuk
meningkatkan kualitas layanan BK di sekolah demi tercapainya tujuan yang
dicita-citakan. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
guru BK sebagai bahan evaluasi sekaligus sebagai masukan dalam meningkatkan
kegiatan pembelajaran yang dapat mempengaruhi secara positif terhadap aktivitas
belajar siswa di kelas.
D.
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang dilakukan di SMKN
6 Surabaya menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yakni suatu bentuk
penelitian yang menghasilkan data deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan
atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada.
Pada penelitian
ini, peneliti langsung terjun ke lapangan untuk menyelidiki objek penelitian
yaitu SMKN 6 Surabaya,
sedangkan dalam pengumpulan data-datanya peneliti menggunakan metode
sebagai berikut:
1.
Metode observasi
Metode observasi
diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala
yang tampak pada obyek penelitian.
2.
Metode interview
(wawancara)
Metode Interviw
merupakan pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan sejumlah
pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Dalam interviw ini
peneliti secara langsung dengan menggunakan pertanyaan yang sesuai dengan
kajian yang ditujukan kepada pelaksanaan Bimbingan dan Konseling.
BAB II
KAJIAN TEORI
1. Konsep Bimbingan
Konseling Individu dan Kelompok
a. Pengertian bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan
untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan
bisa berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, social, belajar maupun
karier melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma
– norma yang berlaku (SK Mendikbud No. 025/D/1995 ).[14]
Bimbingan konseling adalah suatu proses pemberian
bantuan kepada individu secara berkelanjutan dan sistematis, yang dilakukan
oleh seorang ahli yang telah mendapat latihan khusus untuk itu, dengan tujuan
agar individu dapat memahami dirinya, lingkungannya, serta dapat mengarahkan
diri dan menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mengembangkan potensi dirinya
secara optimal untuk kesejateraan dirinya dan kesejahteraan masyarakat.[15]
b. Pengertian bimbingan konseling individu
Yang dimaksud layanan konseling individu adalah
proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara
seorang konselor dan seorang konseli (siswa).[16]
Bimbingan konseling individu yaitu bimbingan
konseling yang memungkinkan klien mendapat layanan langsung tatap muka dalam
rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan yang sifatnya pribadi yang dialaminya.
c. Pengertian bimbingan konseling kelompok
Bimbingan dan
konseling kelompok adalah kegiatan dalam membantu murid atau sekelompok murid
memecahkan masalah-masalah dengan melalui kegiatan kelompok, yaitu yang
dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu dirasakan oleh
individu sebagai anggota kelompok.[17]
2. Jenis - Jenis
Masalah Yang Dihadapi Individu dan Kelompok
a. Masalah belajar
Dalam masalah ini individu merasakan kesulitan dalam
menghadapi kegiatan pelajaran. Misalnya dalam cara membagi waktu belajar,
memilih materi yang sesuai, menggunakan buku, mempersiapkan ujian, belajar
sendiri, belajar berkelompok, menerima pelajaran disekolah, menyusun catatan,
mengerjakan tugas-tugas dan pekerjaan rumah, menyesuaikan dengan pelajaran
baru, lingkungan sekolah, guru-guru tata tertib sekolah dan sebagainya.
b. Masalah
pendidikan
Ketika anak memasuki situasi sekolah yang baru ia dihadapkan
pada berbagai masalah, seperti: menyesuaikan diri dengan pelajaran baru,
lingkungan sekolah, guru-guru, tata tertib sekolah, cara belajar dan
sebagainya.
Pada akhir pendidikan murid-murid akan berhadapan
dengan berbagai masalah, seperti: memilih studi lanjutan, memilih jenis-jenis
latihan tertentu, merencanakan pendidikan lanjutan, memilih pendidikan tertentu
untuk pekerjaan tertentu, menggunakan keterampilan-keterampilan tertentu untuk
kegiatan-kegiatan tertentu.
Demikian pula masalah-masalah kelambatan dalam
belajar yang di alami oleh murid-murid yang tergolong lambat dan yang terlampau
cepat dalam belajar. Semuanya termasuk dalam masalah-masalah pendidikan.
Masalah-masalah ini banyak dialami oleh murid sekolah pada umumnya.[18]
c. Masalah
pekerjaan
Masalah-masalah ini berhubungan dengan pemilihan
pekerjaan. Misalnya dalam memilih jenis-jenis pekerjaan yang cocok dengan
dirinya, memilih latihan-latihan tertentu untuk pekerjaan tertentu, mendapatkan
penjelasan tentang jenis pekerjaan, memperoleh penyesuaian yang baik dalam
lingkungan pekerjaan tertentu, penempatan dalam pekerjaan tertentu.
d. Masalah
penggunaan waktu luang
Yang menjadi problema dalam masalah ini adalah
bagaimana pada waktu libur-libur, pada waktu jam-jam bebas dan waktu diluar jam
pelajaran, dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi individu yang
bersangkutan ataupun bagi masyarakat.
e. Masalah sosial
Kita sering mendapatkan murid-murid yang sebetulnya
pandai dalam pelajaran, tetapi kurang mampu untuk berhubungan dengan
teman-temannya. Ia kurang disenangi dalam pergaulan, bahkan diasingkan.
Masalah-masalah tersebut sering disebut sebagai masalah sosial dan merupakan
salah satu jenis maslaah yang sering dihadapi oleh murid-murid.[19]
f. Masalah pribadi
Di dalam hidup ini akan dijumpai situasi pasang
surut dan mungkin pula penuh dengan kegagalan-kegagalan. Dalam hal demikian itu
mungkin individu akan menimbulkan stress psikologis bahkan mungkin akan
menimbulkan gangguan neorosa baginya.
Gangguan-gangguan tersebut akan menyebabkan individu
mengalami ketidakseimbangan pribadi (mal ajustnment). Masalah semacam ini
biasanya banyak dialami oleh para remaja yang sedang menjelang masa pubertas,
dengan ditandai adanya perubahan-perubahan yang cepat baik fisik atau psikis.[20]
3. Teknik – Teknik Memahami
Murid
a. Interview
Interview atau wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan
dengan dialog (tanya-jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung.
b.
Observasi
Dalam rangka usaha bimbingan observasi merupakan teknik untuk mengamati
secara langsung atau tidak langsung terhadap tindakan atau kegiatan-kegiatan
individu yang dibimbing baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Observasi ini
dalam pelaksanaannya ada beberapa macam, yaitu:
·
Observasi partisipasi dan non partisipasi.
·
Observasi sistematis dan non
sistematis.
·
Observasi eksperimental dan non eksperimental.
c. Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan
komunikasi dengan sumber data. Jika wawancara dilakukan dengan komunikasi
secara lisan, maka dalam angket komunikasi tersebut dilakukan secara tertulis.
Data yeng ingin dikumpulkan dijabarkan dalam bentuk pertanyaan secara tertulis
dan responden memberikan jawaban secara tertulis pula. Seperti halnya dalam
wawancara, angketpun dapat bersifat langsung dan tidak langsung.
d. Sosiometri
Adalah salah satu teknik dalam usaha pengenalan
terhadap diri klien, yang dimaksud untuk melihat hubungan sosial anak dalam
suatu kelompok. Sosiometri ini juga disebut dengan ukuran berteman. Dengan
sosiometri ini dapat dilihat atau diketahui baik tidaknya hubungan sosial atau
baik tidaknya hubungan berteman anak. Hubungan sosial atau ukuran berteman yang
dilihat dalam sosiometri antara lain adalah:
1. Frekuensi
Yaitu sering tidaknya individu itu bergaul. Semakin
sering individu bergaul, ini bisa diartikan bahwa ia semakin baik hubungan
sosialnya. Sedangkan bagi individu yang suka mengisolir diri, maka ia
menunjukkan bahwa ia kurang baik hunbungan sosialnya.
2. Intensited
Yaitu mendalam (intim) atau tidaknya individu bergaul.
Semakin mendalam seseorang dalam hubungan sosialnya dapatlah diartikan bahwa
hubungan sosialnya semakin baik. Tetapi hal ini pembimbing janganlah terlalu
terburu-buru dalam mengambil suatu kesimpulan.
Karena keintimannya tadi mungkin hanya
berlaku untuk beberapa teman saja. Kalau demikian halnya, maka tidaklah dapat
dijadikan suatu kriteria hubungan sosial yang baik.
3. Popularited
Yaitu banyak sedikitnya teman bergaul dari individu.
Semakin banyak teman bergaul individu, maka dapatlah diartikan bahwa semakin
baik pula hubungan sosial mereka. Banyak sedikitnya teman bergaul individu
dapat dilihat dari kepopuleran individu di kalangan
teman-temannya.
e. Pemeriksaan
fisik dan kesehatan
Teknik pengumpulan data mengenai keadaan
fisik dan kesehatan ialah dengan memeriksakan fisik dan kesehatannya.
Pemeriksaan secara medis dilakukan oleh ahli kesehatan seperti dokter, perawat
dan sebaginya. Sedangkan untuk aspek-aspek tertentu yang tidak bersifat medis
dapat dilakukan oleh guru, seperti menimbang badan, mengukur tinggi badan,
mencatat ciri-ciri fisik. Sedangkan kegiatan seperti pemeriksaan penglihatan,
pendengaran, penyakit-penyakit tertentu, hendaknya dilakukan oleh petugas
kesehatan.
Pemeriksaan fisik dan kesehatan ini
dapat dilakukan secara periodic (berencana), misalnya pada awal tahun, tengah
tahun atau akhir tahun atau mungkin pula dilakukan secara insidentil (sewaktu-waktu)
sesuai dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapinya.
f. Tes hasil
belajar
Data yang amat penting dalam rangka memberikan
bimbingan kepada murid. Dengan melihat hasil belajar yang dicapai kita dapat
menetapkan jenis bimbingan yang diperlukan oleh murid. Angka hasil belajar yang
dicapai murid menggambarkan masalah yang dihadapinya. Misalnya anak yang
menunjukkan hasil belajar yang kurang, menggambarkan kemungkinan anak itu
menghadapi suatu kesulitan dalam belajar.
Biasanya konselor atau guru pembimbing anak itu
mengalami kesulitan belajarnya dari raportnya, dari nilai-nilai yang kurang .
makin banyak nilai yang kurang makin menunjukkan murid itu memerlukan bantuan.
Murid-murid yang memiliki rata-rata raport di bawah rata-rata keseluruhan,
diperkirakan lebih banyak membutuhkan bantuan.
g. Tes psikologi
Test psikologi dipergunakan untuk mengumpulkan data
yang bersifat potensi seperti: intelegensi, bakat, minat, kepribadian, sikap
dan sebagainya. Untuk melaksanakannya dapat dipergunakan test psikologis yang
sudah tersedia. Test psikologi tidak dapat diselenggarakan oleh sembarangan
orang, tetapi harus oleh yang berwenang untuk itu. Test-test psikologi merupakan
test yang sudah distandarisasikan, artinya sudah ditetapkan tingkat
kebaikannya.
Sekolah dapat menyelenggarakan test psikologi ini
dengan meminta bantuan kepada lembaga-lembaga pendidikan yang telah memiliki
test tersebut, seperti: IKIP, fakultas psikologi dan sebagianya. Test dapat
diselenggarkan secara berencana, misalnya awal tahun atau akhir tahun atau
dapat pula diselenggarakan sewaktu-waktu menurut kebutuhan.
h. Biografi dan
cacatan harian
Biografi atau riwayat hidup catatan harian dapat merupakan salah satu
tekhnik untuk mengumpulkan data tentang murid. Murid disuruh untuk mencatatkan
berbagai kejadian tentang tentang dirinya baik yang sudah teralami, sedang
dialami atau yang masih dicita-citakan. Bentuk yang paling sederhana dalam
teknik ini ialah dengan meminta agar membuat karangan yang menyangkut tentang
dirinya. Judul-judul karangan tersebut misalnya:
·
keadaan keluarga
·
cita-citaku dimasa mendatang.
·
pengalamanku ketika di Taman kanak-kanak
·
orang-orang yang paling kusenangi
·
Hobiku sekarang
i.
Study documenter
Banyak data tentang murid yang sudah dicatat dalam beberapa dokumen seperti
dalam buku induk, raport, buku pribadi, surat-surat keterangan, dan sebagainya.
Data tersebut sangat berguna untuk dijadikan bahan pemahaman murid. Untuk itu
data murid yang sudah didukomentasikan perlu sekali dianalisa dengan
secermat-cermatnya. Teknik mempelajari data yang sudah didokumentasikan ini disebut teknik
study dukomenter. Untuk menjamin kebenaran data documenter itu perlu sekali
dicek dengan teknik-teknik lain seperti angket, wawancara dan observasi. Dengan
studi documenter kita dapat membandingkan data yeng telah ada dengan data yang
akan dikumpulkan.
j.
Study kasus
Studi kasus adalah
metode pengumpulan data
yang bersifat integratif dan komprehensif.
Integratif artinya menggunakan berbagai tehnik pendekatan dan bersifat
komprehensif artinya data yang dikumpulkan meliputi seluruh aspek pribadi
individu secara lengkap.
Data yang dikumpulkan dalam study kasus ini ialah
antara lain:
§ Identifikasi diri, seperti nama,
kelamin, tanggal lahir, alamat, nomor pokok dan sebagainya.
§ Latar belakang keluarga, yang meliputi
data mengenai: besarnya keluarga, status social keluarga, pekerjaan orang tua,
keadaan saudara-saudaranya, situasi dirumah, bantuan orang tua dan sebagainya.
§ Keadaan kesehatan dan perkembangan
jasmani, yang meliputi keterangan tentang ciri-ciri jasmani, penyakit yang
diderita dan sebagainya.
§ Latar belakang pendidikan, seperti hasil
belajar, pengalaman pendidikan, kegagalan dalam pendidikan, minat belajar,
cita-cita pendidikan, dan sebagainya.
§ Kemampuan dasar, seperti kecerdasan,
bakat, minat, sikap dan sebagainya.
§ Tingkah laku social, latar belakang
pergaulan, kelompoknya, sikap terhadap orang lain, peranan dalam kelompoknya,
dan sebagainya.
4. Teknik Bimbingan
Kelompok dan Individu
a. Home room program
Yaitu suatu program kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga dapat
membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam bentuk
pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan
beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid
dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan
Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh
digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid
diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.[21]
Program hoom room dapat diadakan secara periodic
(berencana) atau dapat pula dilakukan sewaktu-waktu.
b. Karya wisata
Karyawisata atau field trip selain berfungsi sebagai
kegiatan rekreasi atau metode mengajar, dapat pula berfungsi sebagai salah satu
tehnik dalam bimbingan kelompok. Dengan berkaryawisata murid mendapat
kesempatan meninjau objek-objek yang menarik dan mereka mendapat informasi yang
lebih baik dari objek itu. Disamping itu murid-murid mendapat kesempatan untuk
memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, misalnya dalam berorganisasi,
kerja sama, rasa tanggungjawab, percaya pada diri sendiri. Juga dapat mengembangkan bakat dan cita-cita yang ada.
Dalam contoh seorang anak dapat kesempatan untuk
mengembangkan kesenangannya dan bakatnya dalam peninjauan keproyek jalan raya.
Ia dapat menunjukkan kemampuannya kepada teman-temannya dan mengembalikan harga
dirinya.
c. Diskusi
kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana
murid-murid akanmendapat kesempatan untuk memecahkan masalah bersama-sama.
Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-masing dalam memecahkan suatu
masalah. Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga
diri. Masalah yang mungkin dapat diduskusikan antara lain:
a.
pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
b.
perencanaan suatu kegiatan
c.
masalah-masalah pekerjaan
d. masalah
belajar
e.
masalah penggunaan waktu senggang
f.
masalah persahabatan, keluarga dsb.
d. Sosiodrama
Adalah suatu teknik dalam bimbingan untuk memecahkan
masalah social yang dihadapioleh individu dengan jalan bermain peranan. Dalam
hal ini individu memerankan suatu peranan tertentu dari suatu gambaran situasi
social yang sedang meraka hadapi.
Dalam kesempatan berperan ini individu akan dapat
menghayati secara langsung seperti betul-betul terjadi dalam situasi yang
sebenarnya.
e. Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan teknik untuk memecahkan
masalah-masalah sosial, maka psikodrama adalah teknik untuk memecahkan
masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan suatu
peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat
dikurangi atau dihindarkan. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita
yang didalamnya tergambarkan adanya suatu ketengan psychis yang alami oleh
individu. Kemudian, murid-murid diminta untuk memainkan di muka kelas. Bagi murid
yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan itu dapat mengurangi
ketegangannya.
5.
Layanan
Pemberian Informasi
a. Konsep
informasi
Layanan yang memberikan sejumlah informasi kepada peserta didik. Tujuan
layanan ini agar peserta memiliki informasi yang memadai, baik informasi
tentang dirinya atau tentang lingkungannya. Informasi yang diterima oleh siswa
merupakan bantuan dalam membuat keputusan secara tepat.
b. Layanan
informasi kehidupan sekolah atau perguruan tinggi
Layanan bimbingan yang
memungkinkan peserta didik dan pihak – pihak lain yang dapat memberikan
pengaruh yang besar kepada peserta didik dalam menerima dan memahami informasi
yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan
sahari–hari sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat.
c. Langkah-langkah
pemberian informasi
o Metode ceramah
Ceramah merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah,
dan murah. Dalam arti bahwa metode ini dapat dilakukan hampir oleh setiap
petugas bimbingan disekolah. Disamping itu, teknik ini juga tidak memerlukan
prosedur dan biaya yang banyak.
o Diskusi
Penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan
melalui diskusi, diskusi semacam ini dapat diorganisasikan baik oleh siswa
sendiri maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaranya
dilakukan oleh para siswa, maka perlu dibuat persiapan yang matang. Siswa
hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin bahan informasi yang akan
disajikannya itu, dari tangan yang lebih mengetahuinya.
Konselor, guru bertindak sebagai pengamat
sedapat-dapatnya memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasi-informasi
yang dibahas didalam diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian
para peserta dapat ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.
o Karyawisata
Karyawisata merupakan salah satu bentuk kegiatan belajar mengajar yang
telah dikenal secara meluas, baik oleh masyarakat sekolah maupun masyarakat
umum. Dalam bidang bimbingan dan konseling, karyawisata mempunyai dua sumbangan
pokok. Pertama, membantu siswa belajar dengan menggunakan berbagai
sumber yang ada dalam masyarakat yang dapat menunjang perkembangan mereka. Kedua,
memungkinkan diperolehnya informasi yang dapat membantu pengembangan
sikap-sikap terhadap pendidikan, pekerjaan, dan berbagai masalah dalam
masyarakat.
o Buku panduan
Buku-buku panduan (seperti buku panduan sekolah atau perguruan tinggi, buku
panduan kerja bagi para karyawan) dapat membantu siswa dalam mendapatkan banyak
informasi yang berguna. Selain itu siswa juga dapat diajak membuat “buku
karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan
dari Koran-koran dan media cetak lainnya.
o
Konferensi karier
Konferensi karier dilakukan dengan mengikuti salah satu pola dibawah ini,
yaitu:
a) Pola pertama, menyisihkan waktu selama
satu jam atau lebih diluar hari-hari sekolah setiap semester. Selama waktu ini
siswa dibagi atas beberapa kelompok, dan masing-masing kelompok mengadakan
diskusi dengan narasumber yang ditentukan sebelumnya.
b) Pola kedua, menyediakan waktu sehari
penuh atau lebih setiap semester untuk mengadakan konferensi. Pelaksanaan
konferensi diawali dengan pertemuan umum, kemudian dilanjutkan dengan pertemuan
kelompok. Dalam kesempatan ini siswa diberi kesempatan untuk mengikuti sejuimlah
pertemuan yang berbeda.
c) Pola ketiga, menyediakan jadwal
konferensi dengan mengadakan pertemuan sekali setiap minggu. Siswa dapat
mengikuti diskusi sesuai dengan bidangh-bidang yang diminatinya. Pola seperti
ini tidak saja menguntungkan siswa untuk berperan serta dalam berbagai kelompok
diskusi yang diminatinya, tetapi juga prosedur administrasinya tidak terlalu
merepotkan.
d) Pola keempat, mengadakan pekan bimbingan
karier selama satu minggu terus menerus.
6. Langkah – Langkah Pemberian Bantuan Dalam Konseling Kelompok dan Individu
a. Identifikasi kasus
Pada langkah ini yang harus diperhatikan guru adalah
mengenal gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi siswa. Maksud dari
gejala awal disini adalah apabila siswa menujukkan tingkah laku berbeda atau
menyimpang dari biasanya. Untuk mengetahui gejala awal tidaklah mudah, karena
harus dilakukan secara teliti dan hati-hati dengan memperhatikan gejala-gejala
yang nampak, kemudian dianalisis dan selanjutnya dievaluasi.
b. Diagnosis
Pada langkah diagnosis yang dilakukan
adalah menetapkan ”masalah” berdasarkan analisis latar belakang yang menjadi
penyebab timbulnya masalah. Dalam langkah ini dilakukan kegiatan pengumpulan data
mengenai berbagai hal yang menjadi latar belakang atau yang melatarbelakangi
gejala yang muncul. Pada kasus Benin, dilakukan pengumpulan informasi dari
berbagai pihak. Yaitu dari orang tua, teman dekat, guru dan juga Benin sendiri.
Dari informasi yang terkumpul, kemudian dilakukan analisis maupun sistesis dan
dilanjutkan dengan menelaah keterkaitan informasi latar belakang dengan gejala
yang nampak.[22]
c. Prognosis
Langkah prognosis, yaitu langkah untuk menetapkan
jenios bantuan yang akan dilaksanakan untuk membimbing anak. Langkah prognosis
ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosis, yaitu setelah
ditetapkan masalahnya dan latar belakangnya. Langkah prognosis inio, ditetapkan
bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai factor.
Dalam menetapkan prognosis, pembimbing perlu
memperhatikan:
a. Pendekatan yang akan diberikan dilakukan
secara perorangan atau kelompok.
b. Siapa yang akan memberikan bantuan,
apakah guru, konselor, dokter atau individu lain yang lebih ahli.
c. Kapan bantuan akan dilaksanakan, atau
hal-hal apa yang perlu dipertimbangkan.
Apabila dalam
memberi bimbingan guru mengalami kendala, yaitu tidak bisa diselesaikan karena
terlalu sulit atau tidak bisa ditangani oleh pembimbing, maka penanganan kasus
tersebut perlu dialihkan penyelesainnya kepada orang yang lebih berwenang,
seperti dokter, psikiater atau lembaga lainnya. Layanan pemindahtanganan karena
masalahnya tidak mampu diselesaikan oleh pembimbing tersebut dinamakan dengan
layanan referal.
d. Pemecahan terapi /
tretmeant
Setelah guru merencanakan pemberian
bantuan, maka dilanjutkan dengan merealisasikan langkah-langkah alternatif
bentuk bantuan berdasarakn masalah dan latar belakang yang menjadi penyebanya.
Langkah pemberian bantuan ini dilaksanakan dengan berbagai pendekatan dan
teknik pemberian bantuan.
Oleh sebab itu seorang pembimbing harus
dapat menumbuhkan transferensi yang positif dimana klien mau memproyeksikan
perasaan ketergantungannya kepada pembimbing (konselor).
e. Langkah-langkah
evaluasi dan follow up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai
untuk mengetahui sejauh mana terapi yang telah dilakukan dan telah mencapai
hasilnya. Dalam langkah follow up atau tindak lanjut, dilihat perkembangan
selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
7.
Bentuk –
Bentuk Bimbingan Konseling Kelompok
a. Jenis-jenis
kelompok
a) Kelompok Bebas
Dalam kegiatannya para anggota bebas mengemukakan
segala pikiran dan perasaanya dalam kelompok. Selanjutnya apa yang disampaikan
mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
b) Kelompok Tugas
Dalam penyelenggaraan bimbingan kelompok tugas arah
dan isi kegaiatannya tidak ditentukan oleh para anggota, melainkan diarahkan
kepada penyelesaiannya suatu tugas. Pemimpin kelompok mengemukakan suatu tugas
untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
b.
Anggota kelompok
Keanggotaan merupakan salah satu unsur pokok dalam
proses kehidupan kelompok. Peranan kelompok ini tidak akan terwujud tanpa
keikutsertaan aktif para angota kelompok, dan bahkan lebih dari itu.
c. Pembimbing atau Pemimpin kelompok
Pembimbing atau Pemimpin kelompok
adalah orang yang mampu menciptakan suasana sehingga para anggota kelompok
dapat belajar bagaimana mengatasi masalah-masalah mereka sendiri.
d. Langkah-langkah
bimbingan dan konseling dan evaluasi bimbingan kelompok
a. Kegiatan
kelompok bebas
·
Pengemukaan
masalah
·
Pemilihan
masalah/topik
·
Pembahasan
masalah/topik
b. Kegiatan kelompok tugas
·
Mengemukakan
masalah
·
Tanya
jawab tentang masalah yang diajukan
·
Pembahasan
8. Bentuk – Bentuk Bimbingan Konseling Individu
a.
Directive konseling
Konseling directiv ini di
pelopori oleh E.G Williamson dan J.G Darley yang berasumsi dasar bahwa klien
tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinya. Karena itu, klien
membutuhkan bantuan dari oreng lain, yaitu konselor. Dalam directive ini, klien
bersifat pasif dan yang aktif adalah konselor. Dengan demikian, inisiatif dan peranan
utama pemecahan masalah lebih banyak dilakukan oleh konselor. Klien bersifat
menerima perlakuan dan keputusan yang dibuat oleh konselor. Dalam konseling
direktif diperlukan data yang lengkap tentang klien untuk dipergunakan dalam
usaha diagnosis.
b.
Non-directing konseling
Konseling non direktif dikembangkan oleh Carl R.
Rogers guru besar dalam psikologi dan psikiatri, universitas Wisconsin, dan
dipandang sebagai bapak konseling non direktif ( clien-centered counseling ).
konseling ini memberikan suatu gambaran bahwa yang menjadi pusat dari proses
konseling adalah klien bukan konselor . karena itu dalam proses konseling klien
itu sendiri didorong untuk mencari dan menemukan cara yang terbaik dalam
pemecahan masalah.
c.
Eclective konseling
Konseling ini merupakan campuran dari directive dan non-directive. Pada
elective konseling, konselor menampung pembicaraan dan penyaluran semua
perasaan kekesalan disamping konselor juga memberikan pengarahan dalam mencari
dan menemukan pemecahan persoalannya.[23]
9. Bentuk-Bentuk Bimbingan Konseling Individu dan Kelompok dalam Pembelajaran
Perbaikan
a.
Konsep pembelajaran perbaikan
Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk bantuan
yang diberikan kepada seorang (individu) atau sekolompok siswa yang menghadapi
masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
proses dan hasil belajar mereka. Dalam hal ini bentuk kesalahan yang paling
pokok berupa kesalah pengertian dan tidak menguasai konsep-konsep dasar,
apabila kesalahan-kesalahan itu diperbaiki, maka siswa mempunyai kesempatan
untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Dibandingkan dengan pengajaran biasa, pengajaran
perbaikan sifatnya lebih khusus, karena bahan, metode dan pelaksanaannya
disesuaikan dengan jenis, sifat dan latar belakang masalah yang dihadapi siswa.
Disamping itu, bekerja dengan siswa-siswa yang mengikuti pelajaran di kelas
biasa. Kalau di dalam kelas biasa unsur emosional dapat dikurangi sedemikian
rupa, maka siswa yang sedang menghadapi masalah belajar justru sebaliknya. Ia
(mereka) mungkin dihinggapi oleh berbagai perasaan takut, cemas, tidak tentram,
bingung, bimbang, dan sebagainya.
Dalam hal ini, adalah amat yang penting adalah guru dan
konselor memahami perasaan-perasaan siswa yang seperti itu. Tingkah laku yang ditampilkan
oleh siswa menghendaki adanya perhatian dari guru dan konselor. Tidak dapat
disangsikan bahwa yang utama harus di upayakan oleh guru dan konselor adalah
mendorong siswa untuk mau belajar.[24]
b.
Pendekatan pembelajaran perbaikan
1. Pendekatan
yang bersifat kuratif
Pendekatan ini diadakan
mengingat kenyataannya ada seseorang atau sejumlah siswa, bahkan mungkin
seluruh anggota kelompok belajar tidak mampu menyelesaikan program secara
sempurna sesuai kriteria keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Program
dalam proses itu dapat diartikan untuk setiap pertemuan, unit pelajaran, atau
satuan waktu tertentu.
Untuk mencapai sasaran
pencapaian dapat menggunakan pendekatan:
§ Pengulangan
Pengulangan ini dapat dilakukan dengan berbagai
tingkatan sesuai dengan diagnostinya, yaitu: pada setiap akhir pertemuan, pada
setiap akhir unit pelajaran tertentu, pada akhir setiap satuan program study.
§ Pengayaan/pengukuhan
Layanan ini dikenakan pada siswa yang
kelemahannya ringan dengan secara akademik mungkin termasuk berbakat dengan
cara: pemberian tugas/pekerjaan rumah, pemberian tugas/soal dikerjakan dikelas.
§ Pencepatan
Layanan ini ditujukan kepada siswa yang berbakat
tetapi menunjukkan kesulitan psikososial (ego emosional).
2. Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatakan ini ditujukan kepada siswa tertentu
yang berdasarkan data/informasi diprediksikan atau patut diduga akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan suatu program study tertentu yang akan
ditempuhnya. Prediksi itu dikategorikan menjadi tiga , yaitu:
b) Bagi yang
termasuk kategori normal mampu menyelesaikan program belajar mengajar biasa
sesuai dengan waktu yang disediakan.
c) Bagi mereka
yang diperkirakan terlambat atau tidak menyelesaikan program dengan batas waktu
yang ditetapkan. Berdasarkan prediksi tersebut maka layanan pembelajaran
perbaikan dapat dalam bentuk:
·
Bentuk kelompok belajar
homogen
·
Bentuk individual
·
Bentuk kelompok dengan kelas
remedial
3. Pendekatan
yang bersifat pengembangan
Pendekatan ini merupakan
upaya yang dilakukan guru selama proses belajar mengajar berlangsung. Sasaran
pokok dari pendekatan ini adalah agar siswa dapat mengatasi hambatan-hambatan
atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami selama proses belajar mengajar
berlangsung. Karena itu diperlukan peranan bimbingan dan konseling agar tujuan
pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil.
c. Macam-macam pendekatan pembelajaran perbaikan
§ Pendekatan
yang bersifat kuratif
§ Pendekatan
yang bersifat preventif
§ Pendekatan
yang bersifat pengembangan
d. Metode Pembelajaran Perbaikan
1. Tanya jawab
2. Metode ini digunakan dalam rangka pengenalan kasus untuk mengetahui jenis
dan sifat kesulitannya.
3. Diskusi
4. Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi antar individu dalam
kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar yang dialami oleh kelompok siswa.
5. Metode Tugas
6. Metode ini dapat digunakan dalam rangka mengenal kasus dan dalam rangka
pemberian bantuan. Dengan pemberian tugas tentu baik bagi individu maupun
secara kelompok siswa yang mengalami kesulitan dapat ditolong.
7. Kerja Kelompok
8. Metode ini hampir bersamaan dengan metode pemberian tugas dan metode
diskusi. Yang penting adalah interaksi diantara kelompok dengan harapan terjadi
perbaikan pada diri siswa yang mengalami kesulitan belajar.
9. Metode Tutor
10. Tutor adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk/ditugaskan membantu temannya
yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara teman umumnya lebih
dekat dibandingkan hubungan guru siswa.
11. Pengajaran Individual
12.
Pengajaran
individual adalah interaksi antara guru-siswa secara individual dalam proses
belajar mengajar. Pendekatan metode ini bersifat individual sesuai dengan
kesuliatan yang dihadapi siswa.
e. Prosedur pembelajaran
perbaikan
Remedial teaching yang
merupakan salah satu bentuk bimbingan belajar dapat dilaksanakan melalui
prosedur sebagai berikut:
1)
Meneliti kasus dengan
permasalahannya sebagai titik tolak kegiatan-kegiatan berikutnya. Tujuan
penelitian kasus ini adalah agar memperoleh gambaran yang jelas mengenai kasus
tersebut, seta cara dan kemungkinan pemecahannya. Berdasarkan atas penelitian
kasus akan dapat ditentukan murid-murid perlu mendapatkan remedial teaching.
Dalam langkah pertama ini juga dibahas mengenai
factor-faktor penyebab kesulitan murid, baik yang berasal dari diri sendiri
maupun yang berasal dari luar dirinya. Yang berasal dari dalam diri misalnya:
a. Tingkat
kecerdasan
b. Motivasi untuk
berprestasi
c. Sikap dalam
belajar
d. Penguasaan
pengetahuan belajar
Sedangkan penyebab yang berasal dari luar, yaitu:
a. Keterbatasan
sumber belajar
b. Kecocokannya
dengan program yang diambil
c. Kurang tepat
cara mengajar
d. Fasilitas yang
terbatas
e. Kurang serasi
hubungan guru dan murid
f. Pengaruh
lingkungan terhadap belajar
2)
Menentukan tindakan yang
harus dilakukan. Dalam langkah ini sebagai kelanjutan langkah pertama diatas
dilakukan usaha-usaha untuk menetukan karakteristik kasus yang ditangani
tersebut. Setelah karakteristik harus ditentukan, maka tindakan pemecahan perlu
dipikirkan, yaitu sebaga berikut:
§ Kalau kasusnya
ringan tindakan yang ditentukan adalah memberikan remedial teaching
§ Kalau kasunya
cukup dan berat, maka sebelum diberikan remedial teaching harus diberika
layanan konseling terlebh dahulu, yaitu untuk mengatasi hambatan-hambatan
emosional yang memengaruhi cara belajarnya.
§ Pemberian
layanan khusus yaitu bimbingan dan konseling. Tujuan dari layanan khusus
bimbingan konseling ini adalah mengusahakan agar murid menjadi kasus tersebut
terbatas dari hambatan mental emosional (ketegangan batin), sehingga kemudian
siap menghadapi kegiatan belajar secara belajar.
§ Langkah-langkah
pelaksanaan remedial teaching. Sasaran poko pada langkah ini adalah peingkatan
prestasi maupun kemmapuan menyesuaikan diri sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan sebalum oleh guru.
§ Melakukan
pengukuran kembali terhadap prestasi belajar. Dengan diselesainya pelaksanaan
remedial teaching, maka selanjutnya dilakukan pengukuran terhadap perubahan
pada diri murid yang bersangkutan.
§ Melakukan
re-evaluasi dan re-diagnostik. Hasil pengukuran yang dilakukan padalangkah
kelima kemudian ditafsirkan dengan membandingkan dengan criteria seperti proses
belajar mengajar yang sesungguhnya.
f. Factor-faktor yang dipertimbangkan
di pembelajaran perbaikan
Faktor-faktor yang
dipertimbangkan di pembelajaran perbaikan, yaitu:
1. Factor
efektivitas, yaitu ketepatan tercapainya tujuan remedial teaching
2. Faktor
efesiensi, yaitu sedikitnya tenaga, bea dan waktu yang dipergunakan, namun
hasilnya seoptimal mugkin.
3. Faktor
kesusilaan, dengan jenis masalah, sifat individu, fasilitas dan kesempatan yang
tersedia.
4. Berdasarkan
atas pertimbangan-pertimbangan tersebut, dan dengan mempermasalakan masalah
etika dan moral, maka langkah ke2 dilakukan.
g. Evaluasi dalam pembelajaran perbaikan
Langkah ini merupakan penilaian terhadap
langkah-langkah pembelajaran perbaikan yang telah dilakukan. Evaluasi ini dilakukan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha pembelajaran perbaikan yang
dilakukan oleh guru atau konselor. Langkah evaluasi ini dilakukan juga untuk
mengambil tindak lanjut terhadap pelaksanaan pembelajaran perbaikan yang telah
dilakukan.
10. Bentuk - Bentuk Bimbingan Konseling
Kelompok dan Individu dan Assessment
a.
Pengerian assessment
Assessment merupakan suatu
proses pengukuran atau penelitian yang diadakan pada sebelum, sedang dan
sesudah proses konseling sebagai penyedia informasi yang nyata agar konselor
dapat menganalisis permasalahan yang terjadi pada konseli. Assesmen harus ada
dalam suatu layanan BK agar konselor dapat menganalisis dan mengetahui
kebutuhan dan permasalahan konseli sesungguhnya.
b. Tujuan dan kegunaan
asismen kelas
Assessment mempunyai banyak fungsi dalam
proses konseling. Memberikan pendekatan yang sistematis untuk memperoleh dan
mengorganisasi informasi yang relevan tentang klien. Mengidentifikasi
peristiwa-peristiwa apa yang memberi kontribusi pada timbulnya masalah klien.
Selain itu di bawah ini terdapat tujuan assessment, antara lain:
Ø Orientasi masalah, yaitu untuk membuat konseli mengenali dan menerima
permasalahan yang dihadapinya, tidak mengingkari bahwa ia bermasalah.
Ø Identifikasi masalah, yaitu membantu baik bagi konseli
maupun konselor dalam mengetahui masalah yang dihadapi konseli secara mendetil.
Ø Memilih alternatif solusi dari berbagai alternatif
penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh konseli.
Ø Pembuatan keputusan alternatif pemecahan masalah yang
paling menguntungkan dengan memperhatikan konsekuensi paling kecil dari
beberapa alternatif tersebut.
Ø Verifikasi untuk menilai apakah konseling telah
berjalan efektif dan telah mengurangi beban masalah konseli atau belum.
Ø Instrumen ini bisa digunakan oleh para pengawas BK
dalam rangka menilai penyelenggaraan BK di sekolah-sekolah yang menjadi
binaannya dan juga bisa digunakan oleh kepala sekolah dan guru BK di sekolah
masing-masing untuk kepentingan evaluasi diri.
c. Kegunaan
asessment
Hackney dan Cormier (2007, hal. 75),
mengutip tulisan Seligman mengenai 12 hal proses assessment yang dapat meningkatkan
hubungan konselor-klien:
1.
Mengukur kemajuan anak-anak sebagai bentuk evaluasi program.
2.
Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan staf dan perencanaan
pembelajaran di masa yang akan datang.
3.
Membantu anak-anak berkembang secara optimal, baik fisik, sosial,
emosional, intelektual maupun spiritual.
4.
Melancarkan proses pengumpulan informasi.
5.
Memungkinkan konselor membuat diagnosis yang akurat.
6.
Memfasilitasi perkembangan dari suatu rencana tindakan
yang efektif.
7.
Menentukan tepat atau tidaknya seseorang untuk suatu
program tindakan tertentu.
8.
Menyederhanakan pencapaian sasaran dan pengukuran
kemajuan.
9.
Meningkatkan wawasan mengenai kepribadian seseorang
dan mengklarifikasi konsep diri.
10.
Menilai lingkungan atau konteks.
11.
Meningkatkan konseling dan diskusi yang lebih terfokus
dan relevan.
12.
Mengindikasikan kemungkinan bahwa peristiwa tertentu
akan terjadi, seperti sukses dalam usaha okupasional atau akademik.
13.
Meningkatkan terjemahan dari minat, kemamapuan dan
dimensi kepribadian dalam peristilahan okupasional.
14.
Menghasilkan opsi dan alternative.
15.
Memfasilitasi perencanaan dan pembuatan keputusan.
d. Penyusunan
instrument assessment
Menurut Hackney dan Cormier, komponen assessment
adalah: Interview intake riwayat hidup
Dalam memperoleh wawancara intake riwayat hidup ini, yang harus
diperoleh adalah:
1.
Data identifikasi
2.
Presentasi problem oleh klien
3.
Tatanan kehidupan klien saat ini
4.
Riwayat keluarga
5.
Riwayat pribadi
6.
Deskripsi tentang klien selama interview
11. Perlengkapan dan Tata Laksana Bimbingan Kelompok dan Individu
a. Instrument pengumpulan data
Agar pelayanan program itu dapat berjalan dengan baik
maka kita perlu mempersiapkan alat-alat atau perlengkapan yang berhubungan
dengan itu. Perlengkapan tersebut ialah alat-alat pengumpul data, yaitu antara
lain:
1. Pedoman wawancara
2. Pedoman observasi
3. Angket
4. Daftar isian
5. Chek list
6. Sosiometri
7. Kartu pemesiksaan kesehatan
8. Blanko laporan study kasus
9. Tes intelegensi
10. Test kepribadian
11. Test hasil belajar
Alat-alat
tersebut dapat dipersiapkan secara bertahap oleh staf bimbingan.
b. Perlengkapan penyimpanan data BK kelompok
dan individu
Data murid yang telah terkumpul perlu disimpan
dengan baik dan sistimatis agar mempermudah jika sewaktu-waktu diperlukan. Alat
penyimpanan data ini dapat bersifat kelompok. (misalnya menurut kelas, kelamin,
jurusan, masalah dan sebagainya). Alat penyimpanan data itu dapat berupa:
a) Kartu
Penggunaan kartu ini untuk mencatat data murid
mengenai aspek-aspek tertentu misalnya: kesehatan, absensi, kemajuan akademis,
kejadian-kejadian khusus, data sosiometris, masalah-masalah khusus, dan
sebagainya.
b) Folders
Bentuknya hampir sama dengan kartu tetapi dapat
dilipat sehingga menjadi empat halaman. Folder ini pun hampir sama dengan kartu
yaitu, untuk mencatat aspek-aspek tertentu yang lebih luas. Folder memungkinkan
dapat mencatat data yang lebih banyak daripada kartu. Seperti halnya kartu
folder ini pun dapat dibuat dalam bentuk dan ukuran, serta warna tertentu dan
disusun dalam suatu kotak secara teratur.
c) Booklets
Booklets lebih lengkap dari folder, karena merupakan
suatu buku yang kecil, artinya lembaran lebih dari empat halaman, dalam
booklets ini dapat dicacat mengenai aspek-aspek khusus yang lebih luas, seperti
nilai-nilai hasil belajar, kegiatan-kegiatan kelompok, kegiatan
ekstrakulikuler, dan sebagainya. Salah satu bentuk booklets misalnya buku raport.
d) Cummulative
record atau buku pribadi
Mengingat banyak sekali data yang harus dicatat maka
dirasakan perlunya ada suatu alat pencacatan yang menampung seluruh aspek data
murid. Alat ini disebut Cummulative record (catatan kumulatif) dalam bentuk buku
dan disebut buku pribadi. Buku tersebut disebut kumulatif karena semua aspek
dicatat dalam satu buku. Buku ini dapat terdiri atas beberapa halaman,
tergantung kepada jumlah aspek data yang dapat dicatat di dalamnya.
e) Map
Map digunakan untuk menyimpan data-data tertentu yang
tidak dapat tersimpan dalam alat seperti tersebut diatas. Dalam map ini dapat
disimpan berbagai data murid seperti, surat-surat, keterangan dokter, karangan,
gambar-gambar, surat pernyataan, dan sebagainya. Map ini dapat dibuatkan untuk
setiap murid (individual) dan dapat pula dibuat map kelompok, misalnya di
setiap kelas ada satu map.
c. Perlengkapan pelaksanaan BK
kelompok dan individu
Untuk kelancaran pelaksanaan teknis bimbingan
konseling individu dan kelompok, maka perlu dipersiapkan alat-alat sebagai
berikut:
§ Blanko surat, seperti surat panggilan murid, surat
panggilan orang tua, surat pemberitahuan home visit, surat panggilan guru, dan
sebagainya.
§ Kartu
konseling,
yang digunakan untuk mencatat segala kegiatan dan proses konseling untuk setiap
murid.
§ Kartu
konsultasi,
yang dipergunakan untuk mencatat kegiatan dan proses konsultasi baik dengan
orang tua, guru-guru dan pihak-pihak lain.
§ Daftar kasus, yang berisi nama-nama kasus beserta
masalahnya serta jadwal bimbingannya.
§ Catatan case
conference,
yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses case conference
§ Catatan
bimbingan kelompok, yang digunakan untuk mencatat kegiatan dan proses bimbingan kelompok.
§ Kotak masalah, yaitu suatu kotak yang disediakan
untuk menampung masalah baik dari murid, guru, ataupun dari pihak lain. Mereka
yang merasakan adan masalah, diminta menuliskannya dalam selembar kertas yang
kemudian dimasukkan kedalam kotak itu.
§ Papan
pengumuman,
digunakan untuk mengumumkan segala sesuatu yang dianggap perlu dalam hubungan
dengan kegiatan bimbingan.
d. Perlengkapan administrasi BK kelompok dan
individu
Untuk kelancaran kegiatan administrasi bimbingan dan
konseling individu dan kelompok perlu disiapkan perlengkapan administrasi
seperti:
ü
Alat tulis menulis.
ü
Blanko surat seperti laporan bulanan, laporan
mingguan, surat undangan, dan sebagainya.
ü
Agenda surat keluar masuk.
ü
Arsip surat-surat.
ü
Catatan kegiatan harian dan buku tamu
12. Evaluasi Bimbingan Konseling Kelompok dan Individu
a. Konsep evaluasi
Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas akan
evaluasi pelaksanaan bimbingan dan konseling terlebih dahulu perlu dibahas dan
dikaji pengertian tentang eveluasi bimbingan dan konseling sebagai berikut:
1)
Menurut Nana Sudjana, 1991.
Evaluasi adalah memberikan pertimbangan atau nilai
berdasarkan kriteria tertentu.
2)
Menurut Moh. Surya dan Rochman Natawidjaja, 1986.
Evaluasi adalah upaya menelaah atau menganalisis
program layanan BK yang telah dan sedang dilaksanakan untuk mengembangkan dan
memperbaiki program bimbingan secara khusus dan program pendidikan di sekolah (
termasuk madrasah ) secara umum.
3)
Menurut W.S Winkel, 1991: 135.
Evaluasi program bimbingan adalah mencakup usaha
menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan itu sendiri demi
peningkatan mutu program bimbingan. Pelaksanaan evaluasi menuntut diadakan
penelitian, dengan mengumpulkan data secara sistematis, mengadakan penafsiran
dan merencanakan langkah-langkah perbaikan.
4)
Menurut Sukardi, 1990: 47.
Menyatakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling disekolah adalah segala upaya tindakan atau proses untuk menentukan
derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu pada kriteria atau
patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan yang dilaksanakan.
5)
Menurut Dewa Ketut Sukardi, 1990: 47.
Evaluasi program bimbingan adalah segala upaya
tindakan atau proses untuk menentukan derajat kualitas kemajuan kegiatan yang berkaitan
dengan pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dengan mengacu
pada kriteria atau patokan-patokan tertentu sesuai dengan program bimbingan
yang dilaksanakan.
Jadi pelaksanaan program bimbingan merupakan salah
satu usaha untuk menilai efesiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan dan
konseling demi peningkatakn mutu program bimbingan dan konseling.
b. Tujuan dan kegunaan evaluasi
1. Tujuan evaluasi
Kegiatan
evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan
dari program yang telah ditetapkan.
1.
Tujuan Umum
Secara umum,
penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan
sebagai berikut:
a. Mengetahui kemajuan program bimbingan
dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbinga dan
konseling.
b. Mengetahui tingakt efesiensi dan
efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah
dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
c. Secara operasional, penyelenggaraan
evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk:
·
Meneliti
secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·
Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas dari
layanan bimbingan dan konseling.
·
Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum
dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
·
Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak
dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·
Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat
terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
·
Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program
bimbingan dan konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK
dan TIU pada khususnya.
·
Mendapat informasi yang kuat dalam rangka perencanaan
langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
·
Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk
kesesuaian dan kebutuhan.
2. Tujuan Khusus
Sedangkan
secara khusus tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling adalah:
a) Untuk mengetahui jenis-jenis layanan
bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di
sekolah ( madrasah ).
b) Untuk mengetahui efektivitas dan
efesiensi layanan yang diberikan itu dalam fungsinya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan semua individu disekolah ( madrasah ) dan diluar sekolah (
madrasah ).
c) Untuk mengetahui apakah teknik-teknik
atau program yang digunakan berjalan secara efektif dalam mencapai
tujuan-tujuan bimbingan.
d) Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah
yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang
diberikan.
e) Untuk mengetahui dalam bagian-bagian
manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.
f) Untuk mendorong semua personil bimbinga
agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
g) Menunjukkan sampai sejauh manakah
sumber-sumber masyarakat telah digunakan atau diikutsertakan dalam program
bimbingan untuk tujuan-tujuan pengembangan serta perbaikan program dan
pelayanan bimbingan.
c. Teknik-teknik evaluasi dalam BK
kelompok dan individu
a. Melaksanakan administrasi test
kecerdasan dan test bakat
Administrasi
test-test ini, yang hasilnya dipergunakan murid-murid untuk tujuan-tujuan
intruksionil dan konseling, adalah penting sekali. Hasil-hasil tersebut
melengkapi guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data yang
obyektif dan dapat dipercaya yang besar pula faedahnya bagi pelaksanaan
konseling yang efektif.
b. Menggunakan test hasil belajar
Sebagaimana
kita alami test ini diberikan secara berkala dengan tujuan untuk mengukur hasil
pengajaran dalam berbagai mata pelajaran. Hasil test ini akan melengkapi
guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan data mengenai hasil
belajar yang telah dicapai murid-murid secara individual.
c. Menggunakan “ case study “
(study kasus) dan wawancara
Case study
dengan wawancara merupakan salah satu kegiatan konseling yang fungsinya
memperkenalkan kepada guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya dengan
kebutuhan-kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapi murid, dan juga dengan
beberapa teknik sintesis dan diagnosis dengan jalan mempelajari data murid
tertentu.
d. Mempelajari contoh-contoh pekerjaan
murid
Contoh-contoh
pekerjaan murid juga memberi data yang obyektif pada guru dan petugas bimbingan
lainnya mengenai hasil yang telah dicapai secara individual. Contoh-contoh
tersebut mmeperlihatkan kepada kita buka saja kemampuan murid untuk melakukan
suatu pekerjaan tertentu, tetapi juga kebiasaan-kebiasaan dan sikap mereka
dalam mengerjakan sesuatu.
e. Menyelesaikan daftar catatan
minat siswa dan skala penilaian (rating scale)
Daftar catatan minat siswa, yang diselesaikan dengan
baik, akan sangat membantu guru-guru dan petugas-petugas bimbingan lainnya
dalam usaha memberi konseling kepada murid-murid mengenai pilihan jabatan
atau profesi dikemudian hari.
Skala penilaian dipergunakan dalam menilai hasil
belajar murid, sikapnya dan sifat-sifatnya. Kelima teknik yang dikemukakan
diatas itu dipergunakan untuk mengevaluasi aspek-aspek tertentu dari program
bimbingan seperti, aspek intruksionil, perkembangan kebiasaan, keterampilan,
dan sikap.
f. Menggunakan daftar cek ( chek
list )
Ini merupakan daftar yang memuat hal-hal yang telah
disiapkan dan yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi program
bimbingan, peranan guru dan petuga sbimbingan lainnya, teknik-teknik konseling
yang digunakan, catatan kumulatif dan sebagainya. Daftar ini dipergunakan untuk
tujuan observasi dan evaluasi dengan jalan menunjukkan ada tidaknya tiap-tiap
hal yang sedang diteliti
BAB III
LAPORAN PENELITIAN
A. Profil SMKN 6 Surabaya
SMK
Negeri 6 Surabaya merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan di Surabaya
khususnya untuk Kelompok Pariwisata. Nama SMK Negeri 6 Surabaya tidak terlepas
dari nama sebelumnya yaitu SMTK (Sekolah Menengah Tehnologi Kerumahtanggaan)
yang keberadaannya di Indonesia hanya ada 6 buah yaitu: (1) SMTK Negeri Medan,
(2) SMTK Negeri Yogyakarta; (3) SMTK Negeri Surabaya; (4) SMTK Negeri Jakarta;
(5) SMTK Negeri Denpasar dan (6) SMTK Negeri Ujung Pandang dengan lama masa
pendidikannya 4 tahun. Hal ini semata-mata untuk menghasilkan tamatan sekolah
kejuruan yang handal. SMK
Negeri 6 Surabaya berdiri sejak tahun 1975 dengan nama SMTK, No. Pendirian
0311/0/1975 tanggal 31 Desember 1975 masih bergabung dengan SKKA di jalan
Kamboja Surabaya, sebelum gedung selesai dibangun. Namun setelah pembangunan
gedung SMTK Negeri Surabaya selesai maka pada tanggal 8 April 1982 diresmikan
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI yaitu Bp. Dr. Daoed Yoesoef. Seiring dengan perkembangan situasi dan
kondisi maka SMTK yang semula mempunyai 3 jurusan terdiri atas :
1.
Jurusan Tata
Boga
2.
Jurusan Tata
Busana
3.
Jurusan Tata
Graha
Bertambah 1 jurusan yaitu jurusan kecantikan, sehingga menjadi 4 jurusan yaitu
1.
Jurusan Tata
Boga
2.
Jurusan Tata
Busana
3.
Jurusan Tata
Graha/Akomodasi Perhotelan
4.
Jurusan Tata
Kecantikan Rambut
Namun sejak tahun 1998 nama SMTK Negeri Surabaya berubah menjadi SMK Negeri 6 Surabaya yang beralokasi di jalan Margorejo, Wonocolo, Surabaya dengan. Bidang Keahlian sebagai berikut :
1.
Bidang Keahlian
Tata Boga (Restoran dan Patiseri)
2.
Bidang Keahlian
Busana Butik
3.
Bidang Keahlian
Kecantikan (Tata Kecantikan Rambut dan Kulit)
4.
Bidang Keahlian
Akomodasi Perhotelan
Berkat keuletan para pengelola, dan didorong oleh kemauan
dan semangat pengabdian yang kuat, SMK Negeri 6 Surabaya yang dulunya bernama
SMTK Negeri Surabaya yang pada mulanya hanya memiliki 3 jurusan, bertambah
menjadi 4 jurusan yaitu sejak tahun 1998, yang sekarang berubah nama menjadi
bidang keahlian.Saat ini, bidang keahlian yang dimiliki oleh SMK Negeri 6
Surabaya bertambah lagi dengan dibukanya Bidang Keahlian Usaha Perjalanan
Wisata dan Bidang Keahlian Multimedia.[25]
Dinamika
dan perkembangan SMK Negeri 6 Surabaya diiringi dengan pergantian pimpinan
sekolah sebanyak 7 kali yaitu :
1.
S.
Soetoyo (1975 - 1988)
2.
Wahyoeni Agoes
Soeyanto (1988 - 1993)
3.
Dra. Deetje
Indiani (1993 - 1998)
4.
Dra. RA.
Sutiarini (1998 - 2005)
5.
Drs. Moch.
Basoeki, MM (2005 -
2007)
6.
Dra. Ninik
Sulistianik, M.Pd (2007 - 2012)
7.
Dra. Siti
Rochanah, M.M. (2012 - Sekarang)
B.
Visi dan Misi SMKN 6 Surabaya
Visi:
Mewujudkan SMK Negeri 6 Surabaya sebagai lembaga Diklat Kejuruan yang
berstandar Nasional dan Internasional untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
tingkat menengah yang profesional dalam memasuki era perdagangan bebas sejak
2003 (AFTA).
Misi:
1. Memberikan
pendidikan dan pelatihan terbaik yang mengacu pada konsep life skill. Baik generik skill
maupun vokasional skill yang berorientasi pada masa
depan bangsa.
2. Mengantarkan siswa
menjadi tenaga kerja tingkat menengah yang bertaqwa
pada Allah SWT, berdedikasi, beretos kerja, dan memiliki profesionalitas tinggi
terhadap pekerjaan.[26]
C. Struktur
Organisasi BK di SMKN 6 Surabaya
Keterangan Organisasi :
a. Kepala sekolah sebagai coordinator
bimbingan dan konseling adalah penanggung jawab langsung serta pemegang
kebijakan dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
b. Kepala sekolah dalam melaksanakan
teknis bimbingan dan konseling di sekolah dapat mengadakan kerjasama dengan pihak
dari Komite Sekolah.
c. Guru Pembimbing (konselor) dalam
melaksanakan tugasnya dapat mengadakan kerjasama dengan staf guru mata
pelajaran atau mengadakan konsultasi-konsultasi tertentu dengan staf dewan
sekoah lainnya, atau dengan arti lain guru pembimbing (konselor) berperan
melaksanakan administrasi dan pengorganisasian kegiatan bimbingan dan konseling
di sekolah dengan mendayagunakan semua potensi yang ada dalam membantu para
siswa yang menghadapi masalah.
Untuk melaksanakan program layanan bimbingan dan
konseling di sekolah di mana kepala sekolah berfungsi sebagai koordinator
bimbingan dan konseling dan sebagai pemegang
kebijakan dalam program bimbingan dan konseling, akan berfungsi efektif
apabila kepala sekolah memanfaatkan semua personel sekolah (dewan komite
sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya), serta
kepala sekolah memahami mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah.
Tugas dari Komite Sekolah hanya memberikan
nasehat-nasehat yang dibutuhkan oleh kepala sekolah. Sedangkan guru pembimbing
(konselor) dan satf sekolah lainnya merupakan pembantu kepala sekolah dan
bertanggung jawab kepada kepala sekolah.[27]
D. Masalah Belajar
Masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran
proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya
yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Siswa
dituntut untuk mengerti setiap pelajaran yang diajarkan disekolah yang
terkadang bukan bidangnnya. Disisi yang lain ada bebagai kendala dan faktor
pendukung. Berikut berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
proses belajar mengajar yang penulis temukan dalam studi kasus di SMKN 6
Surabaya.
Secara garis
besar persoalan yang dimiliki siswa adalah masalah ekonomi (strata sosial dari kalangan menengah kebawah), hal ini berdampak
pada animo anak dan orang tua
terhadap pendidikan masih rendah sehingga kecenderungan untuk melanjutkan
kejenjang pendidikan yang lebih tinggi masih rendah. Karena SMK adalah sekolah
kejuruan, maka siswa di didik dengan ketrampilan supaya nanti ketika lulus dari
SMK sudah langsung bisa bekerja tanpa harus melanjutkan kuliah, begitu sebagian
besar opini orang tua mengapa memilih menyekolahkan anaknya ke SMK. Biaya
pendidikan yang semakin melangit, mendorong mainset orang tua untuk
menyekolahkan anaknya ke SMK, semua ini tidak terlepas dari masalah ekonomi
keluarga.
Sedangkan faktor
lain yang berhasil ditemukan adalah kurangnya kesiapan peserta didik (dalam hal
ini siswa) dalam memilih jurusan disekolahnya. Mereka cenderung dadakan dalam
menentukan jurusan atas keinginan orang tua yang bertolak belakang dengan basic dan minat siswa. Faktor-faktor
eksternal (faktor-faktor yang timbul dari luar diri individu), yaitu berasal
dari:
1.
Sekolah, antara
lain:
• Sifat kurikulum yang kurang fleksibel
• Terlalu berat beban belajar (murid) dan
untuk mengajar (guru)
• Metode mengajar yang kurang memadai
• Kurangnya alat dan sumber untuk kegiatan
belajar.
2.
Keluarga
(rumah), antara lain:
ü
Keluarga tidak
utuh atau kurang harmonis.
ü
Sikap orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anaknya.
ü
Keadaan ekonomi.
Layanan bimbingan karir yang seyogyanya mereka dapatkan
ketika memasuki jenjang pendidikan menengah pertama justru mereka tidak
dapatkan. Dalam hal ini yang bertugas memberikan bimbingan
karir terhadap siswa adalah ketika mereka sedang dalam sekolah menengah tingkat
pertama (SMP). Akibatnya mereka kebingungan dalam menentukan jurusan yang
mereka harus tempuh selama menjalani pendidikan disekolah selanjutnya. Berbekal
keinginan orang tua dan sikap pasrah mereka jalani sehingga dalam prosesnya pun
mereka tidak dapat berjalan maksimal. Jika sudah seperti ini, akan timbul
masalah belajar pada siswa, siswa cenderung tidak semangat belajar, dan banyak
mengalami ketertinggalan pelajarang dengan yang lain. Pun terpaksa jika harus
berpindah jurusan, maka harus menunggu satu tahun kemudian, karena di SMKN 6
Surabaya metode penerimaan siswa baru adalah menggunakan system online. Sejak
awal pemilihan jurusan ditentukan saat pendaftaran online via internet.
- Layanan Home Program
Program ini
dilakukan di luar jam perlajaran dengan menciptakan kondisi sekolah atau kelas
seperti di rumah sehingga tercipta kondisi yang bebas dan menyenangkan.
Dengan kondisi
tersebut siswa dapat mengutarakan perasaannya seperti di rumah sehingga timbul
suasana keakraban. Tujuan utama program ini adalah agar guru dapat mengenal
siswanya secara lebih dekat sehingga dapat membantunya secara efsien.
Di SMKN 6 Surabaya
setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru BK ditemukan
fakta bahwa untuk penerapan layanan home program belum ada atau belum pernah di
aplikasikan kedalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini karena untuk jam
Bimbingan Konseling tidak disediakan secara khusus. Mengingat bahwa banyaknnya
praktek dari pada teori dalam setiap pembelajaran, yang tentunya memakan banyak
waktu, jadi untuk jam khusus pemberian layanan di kelas-kelas memang tidak
disedikan. Mengingat home program adalah suatu program kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga
dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk membicarakan
beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid
dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan
Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh
digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid
diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul.
Program hoom
room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan
sewaktu-waktu. Atau lebih tepatnya di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan
home program, karena layanan BK bisa di dapatkan tidak hanya di kelas,
melainkan bisa juga di ruang khusus BK.[28]
- Program Karya Wisata
Karyawisata
dilaksanakan dengan mengunjungi dan mengadakan peninjauan pada objek-objek yang
menarik yang berkaitan dengan pelajaran tertentu. Mereka mendapatkan informasi
yang mereka butuhkan. Hal ini akan mendorong aktivitas penyesuaian diri,
kerjasama, tanggung jawab, kepercayaan diri serta mengembangkan bakat dan
cita-cita.
Program karya
wisata di SMKN 6 Surabaya secara intens dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan
karya wisata ini dilakukan guna menunjang pengetahuan dan pengalaman siswa akan
dunia kerja. Karena kita ketahui bahwa SMK merupakan sekolah yang mencetak out
put yang siap terjun lapangan, oleh sebab itu program karya wisata
dilaksanankan sesuai jurusan. Misalnya untuk jurusan Perhotelan, maka program
karya wisatanya adalah mengunjungi hotel-hotel yang tersebar di Indonesia.
Program karya wisata ini dilaksanakan sesuai kurikulum yang berlaku, akan
tetapi secara umum karya wisata dilaksanakan untuk kelas 2 SMK, dan disesuaikan
dengan jurusan masing-masing.
Di SMKN 6
Surabaya terdapat banyak bidang kejuruan. Diantaranya adalah jurusan tata
busana, jurusan kecantikan kulit, kecantikan rambut, jurusan multimedia,
pariwisata, dan tata boga. Setiap jurusan ini objek yang dituju dalam program
karya wisata berbeda, menyesuaikan dari setiap jurusannya.
Peran guru BK di
SMKN 6 Surabaya dalam memberikan layanan BK khususnya program karya wisata,
yakni dengan melakukan kerjasama dengan jurusan kesiswaan. Guru BK hanya
sebagai pendamping, mendampingi siswa dan bekerjasama dengan pihak kesiswaan
demi mencapai tujuan bersama.
- Kegiatan Kelompok dan Diskusi Kelompok
Pada dasarnya
setiap kegiatan pembelajaran baik teori di dalam kelas maupun praktik diluar
kelas selalu membutuhkan diskusi kelompok. Hal ini untuk mengasah kemampuan
siswa dalam berdiskusi dan olah pikir. Kegiatan kelompok dan diskusi kelompok
yang dilakukan tidaklah
pada persoalan formal sekolah saja, akan tetapi disesuaikan dengan
kajian masalah yang sedang hangat ataupun masalah yang muncul dilingkungan
sekolah maupun diluar sekolah.
Diskusi kelompok
merupakan suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan
masalah secara bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk
mengemukakan pikirannya masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam
melakukan diskusi siswa diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi
dan notulis dan siswa lain menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan
timbul rasa tanggung jawab dan harga diri. Diskusi kelompok dan Kegiatan
kelompok dapat menjadi suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat memberikan
kesempatan pada individu (para siswa) untuk berpartisipasi secara baik. Banyak
kegiatan tertentu yang lebih berhasil apabila dilakukan secara kelompok.
Melalui kegiatan
kelompok siswa SMKN 6
SURABAYA dapat mengembangkan bakat dan menyalurkan
dorongan-dorongan tertentu, melepaskan berbagai ketegangan, dan siswa dapat
menyumbangkan pemikirannya.
Hal itu karena,
bentuk kegiatan kelompok (group activity) salah satunya dapat dilakukan melalui
permainan. Permainan
memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pemain untuk melakukan ekspresi dan
aktualisasi. Ekspresi dapat menjadi sarana pemain untuk melakukan katarsis,
aktualisasi diri, memberi
kesempatan pemain untuk melaksanakan tugas secara maksimal sesuai dengan
kemampuannya. Namun demikian, aturan permainan tetap menjadi pedoman untuk
ditaati bersama dalam melakukan kegiatan permainan. Dengan demikian, muncul tanggung jawab dan
percaya diri.
Seyogyanya tugas
seorang guru BK adalah untuk membimbing murid-muridnya menemukan jalan keluar
dari setiap permasalahan. Pun pada kegiatan kelompok dan diskusi kelompok, guru
BK harus mampu mendampingi dan menjadi penengah karena setiap siswa dalam
kegiatan kelompok dan diskusi kelompok pada hakikatnya masih memerlukan
bimbingan dari pembimbing.
- Metode Sosiodrama dan Psikodrama
Metode
sosiodrama berarti cara menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan atau
mempertontonkan atau mendemontrasikan cara tingkah laku dalam hubungan sosial.
Sedangkan metode psikodrama pada awalnya diperkenalkan dan dikembangkan oleh
Jacob L. Moreno, seorang Psikiater Dari Rumania.
Kata “psikodrama“ sering digunakan sebagai istilah umum ketika berbicara
tentang tindakan berbagai metode yang dikembangkan J.L. Moreno. Drama dalam
bahasa Yunani berarti aksi atau melakukan sesuatu dengan dorongan jiwa. Jadi,
psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah dengan metode drama.
Metode Ini
termasuk pendidikan, bisnis, keterampilan sosial pelatihan, agama, rekreasi,
struktur masyarakat, dan pengembangan pribadi-perspektif untuk mengoptimalkan
potensi individu.Metode ini sangat mempunyai beberapa manfaat yang membantu
siswa :[29]
·
Melatih siswa dalam bersosialisasi dengan orang lain
·
Melatih tanggung jawab
·
Menghargai pendapat orang lain dan belajar mengambil
keputusan yang tepat
Berdasarkan
manfaat tersebut sekolah-sekolah dan program-program pendidikan lanjutan, perlu
mendapatkan lebih banyak ketrampilan dalam berkomunikasi, pemecahan masalah
interpersonal, dan kesadaran diri demi tercapainya kemapanan pribadi siswa
dalam mematangkan diri. Dalam hal ini SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan
layanan psikodrama dan sosiodrama walaupun seharusnya bentuk layanan ini
seyogyanya harus diterapkan demi menunjang keberhasilan siswa dalam keluar dari
setiap bentuk permasalahan.
Dalam penerapannnya
psikodrama dan sosiodrama memang memerlukan beberapa persiapan diantaranya penentuan
pelaku dan pemeran, permainannya, memahami kondisi psikologis pemain lainnya
dan terakhir evaluasi tentang penampilannya. Hal ini memerlukan waktu yang
cukup lama sehingga untuk diterapkan di SMKN 6 Surabaya tidak cukup
memungkinkan, mengingat jumlah porsi jam yang diberikan dari pihak sekolah untuk
jam Bimbingan Konseling terbatas.
Dari hasil
observasi kami dilapangan menemukan fakta bahwa program Bimbingan Konseling
(BK) tidak diberikan waktu yang lebih, dari kebijakan sekolah memutuskan bahwa
jam khusus BK untuk dikelas tidak disediakan. Hanya tempo-tempo tertentu ketika
siswa memerlukan bimbingan dari konselor, datang kepada guru pembimbing dan dan
pembimbing membantu siswa untuk keluar dari segala permasalahannya maka waktu
itulah fungsi BK benar - benar difungsikan.
Hal inilah yang menjadi sebab pendukung
mengapa di SMKN 6 Surabaya belum menerapkan program layanan BK bentuk
psikodrama dan sosiodrama. Terkendala masalah program dari kebijakan Kepala
Sekolah maupun terkendala dari persoalan waktu.
- Bentuk dan Layanan Informasi di SMKN 6 Surabaya
Bentuk layanan
informasi yang diberikan di SMKN 6 Surabaya merupakan wujud dari Bimbingan
konseling (BK) yang memberikan informasi mengenai informasi dunia kerja yang
disajaikan dalam bentuk papan informasi yang selalu di update dalam menyajikan
lowongan kerja yang bersumber dari koran atau majalah yang bertujuan memberikan
informasi terhadap pekerjaan yg mereka ingin coba berdasarkan kemampuan dan
kecakapan mereka.
Fasilitas layanan
informasi lain yang
disediakan yakni penyampaian materi dan gambaran mengenai kesiapan dan
orientasi siswa di sekolah tersebut. Bentuk pelayanan informasi tersebut disampaikan
dalam bentuk presentasi menggunakan power point. Aktivitas itu diberikan kepada
siswa baru yang telah berhasil mengikuti seleksi penerimaan masuk sekolah.
Mereka mendapatkan materi saat Masa Orientasi Siswa (MOS) berlangsung. Materi yang diberikan meliputi
pengenalan mengenai dunia sekolah dan dunia kerja.
Selain itu
pihak guru pembimbing juga menjalin kerja sama dalam memberdayakan siswa SMKN 6
Surabaya dengan perusahaan swasta atau siapa saja yang memerlukan tenaga kerja
terdidik. Lulusan SMK yang memang di didik untuk siap kerja diharapkan mampu menjawab segala
persoalan di dunia kerja. SMKN 6 Surabaya dapat menjalin kerja sama dengan
pihak usaha karena lembaga ini merupakan sekolah SMK favorit terakreditasi A.[30]
- Pengajaran Perbaikan
Pada umumnya
proses pengajaran bertujuan agar murid dapat mencapai hasil belajar yang
optimal, jika ternyata hasil belajar yang dicapai tidak memuaskan berarti murid
masih dianggap belum mencapai hasil belajar yang diharapkan sehingga diperlukan
suatu proses pengajaran perbaikan yang dapat membantu murid agar mencapai hasil
belajar seperti yang diharapkan.
Pengajaran
remedial mempunyai peranan penting dalam keseluruhan proses belajar mengajar,
khususnya dalam mencapai hasil belajar yang optimal. Pengajaran remedial
merupakan pelengkap dari proses pengajaran secara keseluruhan.
Mengenai
pegajaran perbaikan di SMKN 6 Surabaya pihak pembimbing tidak diberikan
wewenang untuk mengurus pengajaran perbaikan. Dalam hal ini yang diberikan
wewenang adalah guru pelajaran masing – masing.
Guru pembimbing hanya diberikan wewenang
untuk memberikan motivasi belajar siswa, agar siswa mampu menumbuhkan kembali
semangad dalam dirinya untuk kembali bangkit dari kegagalan. Sedangkan bentuk
pengajaran perbaikan sepenuhnya dikembalikan kepada guru mata pelajaran masing-masing
dan guru BK bertugas memantau sejauh mana pengajaran perbaikan dapat berjalan
seperti yang di inginkan.
- Langkah Guru Pembimbing Dalam Mengidentifikasi Masalah Siswa
Langkah guru pembimbing dalam proses pengajaran remedial ini
sifatnya lebih khusus karena disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar
yang dihadapi murid. Proses bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara
mengajar, menyesuaikan materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan
hambatan-hambatan yang dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang diperbaiki
atau yang disembuhkan adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi
metode mengajar, materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn
turut mempengaruhi proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid
yang mengalami kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga
dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar
yang dihadapi murid mungkin beberapa mata pelajaran atau satu mata pelajaran
atau satu kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu. Penyembuhan ini
mungkin mencakup sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil saja.
Jadi disini peran guru BK di SMKN 6
Surabaya dalam langkah pengajaran remedial adalah melakukan kerjasama dengan
guru mata pelajaran. Melakukan evaluasi dari cara guru mengajar, ataupun
mengevaluasi segala macam bentuk penyebab yang mungkin menjadi penghambat dalam
proses pembelajaran.
Secara garis besar langkah – langkah
yang harus ditempuh dalam remedial teaching adalah sebagai berikut:
1.
analisis hasil diagnosis kesulitan belajar,
2.
menemukan penyebab kesulitan,
3.
menyusun rencana kegiatan remedial,
4.
melaksanakan kegiatan remedial, dan
5.
menilai kegiatan remedial.
Pada intinya dari yang kami amati
dilapangan (SMKN 6 Surabaya), harus ada kerjasama yang bagus antara guru
pembimbing dengan guru mata pelajaran, sehingga langkah-langkah dalam
pengajaran perbaikan demi memperoleh hasil yang lebih baik dapat tercapai.[31]
- Langkah Guru Pembimbing Dalam Memfollow Up Masalah Siswa
Sebagaimana pembelajaran
pada kelas biasa, maka dalam pembelajaran remedialpun terdapat beberapa langkah
kegiatan yang harus ditempuh oleh guru. Langkah tersebut seperti yang telah
kita bahas dalam point sebelumnya mulai dari mengidentifikasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar, mencari dan menemukan penyebab kesulitan yang
dialami siswa, merencanakan kegiatan, melaksanakan kegiatan, dan terakhir
menilai keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan.
Dalam
penerapannya, guru pembimbing di SMKN 6 surabaya melakukan prosedur
pembelajaran (kegiatan follow up) seperti teori yang dikemukakan oleh Julaeha
(2007), yaitu:[32]
1.
Analisis hasil diagnosis
2.
Menemukan penyebab kesulitan
3.
Menyusun rencana kegiatan remidial
4.
Melaksanakan kegiatan remidial
5.
Menilai (evaluasi) kegiatan remidial.
Dalam hal
ini yang akan dijelaskan adalah point nomor 5 yakni
evaluasi / follow up terhadap masalah siswa. Proses yang dilakukan
di SMKN 6 Surabaya adalah pada
proses penilaian dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan siswa. Apabila
kemajuan yang ditunjukkan siswa sesuai dengan yang diharapkan maka kegiatan
yang dilaksanakan sudah cukup efektif. Tetapi apabila siswa tidak mengalami
kemajuan atau tidak mencapai kompetensi yang diharapkan maka kegiatan yang
dilaksanakan tidak efektif. Singkatnya, kegiatan penilaian ini sebenarnya
bertujuan untuk mengetahui keefektifan kegiatan yang telah dilaksanakan. Jika
dari hasil evaluasi kegiatan remedial ternyata siswa masih belum bisa mencapai
kompetensi yang diharapkan, maka guru harus mengulang merencanakan kegiatan
remedial kembali.[33]
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Untuk
melaksanakan program layanan bimbingan dan konseling di sekolah di mana kepala
sekolah berfungsi sebagai koordinator bimbingan dan konseling dan sebagai
pemegang kebijakan dalam program bimbingan dan
konseling, akan berfungsi efektif apabila kepala sekolah memanfaatkan semua
personil sekolah (dewan
komite sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas dan staf sekolah lainnya),
serta kepala sekolah memahami mekanisme kegiatan administrasi dan organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah.
2.
Masalah belajar
adalah suatu kondisi tertentu yang dialami oleh murid dan menghambat kelancaran
proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya
yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan
dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya. Masalah-masalah
belajar ini tidak hanya dialami oleh murid-murid yang lambat saja dalam
belajarnya, tetapi juga dapat menimpa murid-murid yang pandai atau cerdas. Siswa
dituntut untuk mengerti setiap pelajaran yang diajarkan disekolah yang
terkadang bukan bidangnnya. Disisi yang lain ada bebagai kendala dan faktor
pendukung.
3.
Di SMKN 6
Surabaya setelah penulis melakukan observasi dan wawancara dengan guru BK ditemukan
fakta bahwa untuk penerapan layanan home program belum ada atau belum pernah di
aplikasikan kedalam pembelajaran sehari-hari. Hal ini karena untuk jam
Bimbingan Konseling tidak disediakan secara khusus. Mengingat bahwa banyaknnya
praktek dari pada teori dalam setiap pembelajaran, yang tentunya memakan banyak
waktu, jadi untuk jam khusus pemberian layanan di kelas-kelas memang tidak
disedikan. Mengingat home program adalah suatu program kegiatan yang dilakukan
dengan tujuan agar guru dapat mengenal murid-muridnya lebih baik, sehingga
dapat membantunya secara efisien. Kegiatan ini dilakukan dalam kelas dalam
bentuk pertemuan antara guru dengan murid diluar jam-jam pelajaran untuk
membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Dalam program home room ini hendaknya
diciptakan suatu situasi yang bebas dan menyenangkan, sehingga murid-murid
dapat mengutarakan perasaannya seperti dirumah. Dalam kesempatan ini diadakan
Tanya jawab, merencanakan suatu kegiatan, menampung pendapat,dsb. Dalam contoh
digambarkan guru merencanakan peninjauan keproyek jalan raya. Murid-murid
diberikan kebebasan untuk berbicara, bertanya dan mengajukan usul. Program hoom
room dapat diadakan secara periodic (berencana) atau dapat pula dilakukan
sewaktu-waktu. Atau lebih tepatnya di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan
home program, karena layanan BK bisa di dapatkan tidak hanya di kelas,
melainkan bisa juga di ruang khusus BK.
4.
Program karya
wisata di SMKN 6 Surabaya secara intens dilakukan setiap tahunnya. Kegiatan
karya wisata ini dilakukan guna menunjang pengetahuan dan pengalaman siswa akan
dunia kerja. Karena kita ketahui bahwa SMK merupakan sekolah yang mencetak out
put yang siap terjun lapangan, oleh sebab itu program karya wisata
dilaksanankan sesuai jurusan. Misalnya untuk jurusan Perhotelan, maka program
karya wisatanya adalah mengunjungi hotel-hotel yang tersebar di Indonesia.
Program karya wisata ini dilaksanakan sesuai kurikulum yang berlaku, akan
tetapi secara umum karya wisata dilaksanakan untuk kelas 2 SMK, dan disesuaikan
dengan jurusan masing-masing. Peran guru BK di SMKN 6 Surabaya dalam memberikan
layanan BK khususnya program karya wisata, yakni dengan melakukan kerjasama
dengan jurusan kesiswaan. Guru BK hanya sebagai pendamping, mendampingi siswa
dan bekerjasama dengan pihak kesiswaan demi mencapai tujuan bersama.
5.
Pada dasarnya
setiap kegiatan pembelajaran baik teori di dalam kelas maupun praktik diluar
kelas selalu membutuhkan diskusi kelompok. Hal ini untuk mengasah kemampuan
siswa dalam berdiskusi dan olah pikir. Kegiatan kelompok dan diskusi kelompok
yang dilakukan tidak melulu pada persoalan formal sekolah, akan tetapi
disesuaikan dengan kajian masalah yang sedang hangat ataupun masalah yang
muncul dilingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Diskusi kelompok merupakan
suatu cara di mana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan masalah secara
bersama-sama. Setiap siswa memperoleh kesempatan untuk mengemukakan pikirannya
masing-masing dalam memecahkan suatu masalah. Dalam melakukan diskusi siswa
diberi peran-peran tertentu seperti pemimpin diskusi dan notulis dan siswa lain
menjadi peserta atau anggota. Dengan demikian akan timbul rasa tanggung jawab
dan harga diri. Diskusi kelompok dan Kegiatan kelompok dapat menjadi suatu
teknik yang baik dalam bimbingan, karena
kelompok dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa) untuk
berpartisipasi secara baik. Banyak kegiatan tertentu yang lebih berhasil
apabila dilakukan secara kelompok.
6.
Dalam pemberian
layanan mengenai psikodrama dan sosiodrama, di SMKN 6 Surabaya memang tidak menerapkan layanan psikodrama dan sosiodrama walaupun seharusnya bentuk layanan ini seyogyanya
harus diterapkan demi menunjang keberhasilan siswa dalam keluar dari setiap
bentuk permasalahan.
Dalam penerapannnya psikodrama dan sosiodrama memang memerlukan beberapa persiapan diantaranya penentuan
pelaku dan pemeran, permainannya, memahami kondisi psikologis pemain lainnya
dan terakhir evaluasi tentang penampilannya. Hal ini memerlukan waktu yang
cukup lama sehingga untuk diterapkan di SMKN 6 Surabaya tidak cukup
memungkinkan, mengingat jumlah porsi jam yang diberikan dari pihak sekolah untuk
jam Bimbingan Konseling terbatas. Dari hasil observasi kami dilapangan
menemukan fakta bahwa program Bimbingan Konseling (BK) tidak diberikan waktu
yang lebih, dari kebijakan sekolah memutuskan bahwa jam khusus BK untuk dikelas
tidak disediakan. Hanya tempo-tempo tertentu ketika siswa memerlukan bimbingan
dari konselor, datang kepada guru pembimbing dan dan pembimbing membantu siswa
untuk keluar dari segala permasalahannya maka waktu itulah fungsi BK benar - benar difungsikan. Hal
inilah yang menjadi sebab pendukung mengapa di SMKN 6 Surabaya belum menerapkan
program layanan BK bentuk psikodrama dan sosiodrama. Terkendala masalah program
dari kebijakan Kepala Sekolah maupun terkendala dari persoalan waktu.
7.
Bentuk layanan
informasi yang diberikan di SMKN 6 Surabaya merupakan wujud dari Bimbingan
konseling (BK) yang memberikan informasi mengenai informasi dunia kerja yang
disajaikan dalam bentuk papan informasi yang selalu di update dalam menyajikan
lowongan kerja yang bersumber dari koran atau majalah yang bertujuan memberikan
informasi terhadap pekerjaan yg mereka ingin coba berdasarkan kemampuan dan
kecakapan mereka. Fasilitas layanan informasi lain yang disediakan yakni
penyampaian materi dan gambaran mengenai kesiapan dan orientasi siswa di
sekolah tersebut. Bentuk pelayanan informasi tersebut disampaikan dalam bentuk
presentasi menggunakan power point. Aktivitas itu diberikan kepada siswa baru
yang telah berhasil mengikuti seleksi penerimaan masuk sekolah. Mereka
mendapatkan materi saat Masa Orientasi Siswa (MOS) berlangsung. Materi yang
diberikan meliputi pengenalan mengenai dunia sekolah dan dunia kerja.
8.
Mengenai
pegajaran perbaikan di SMKN 6 Surabaya pihak pembimbing tidak diberikan
wewenang untuk mengurus pengajaran perbaikan. Dalam hal ini yang diberikan
wewenang adalah guru pelajaran masing – masing. Guru pembimbing hanya diberikan
wewenang untuk memberikan motivasi belajar siswa, agar siswa mampu menumbuhkan
kembali semangad dalam dirinya untuk kembali bangkit dari kegagalan. Sedangkan
bentuk pengajaran perbaikan sepenuhnya dikembalikan kepada guru mata pelajaran
masing-masing dan guru BK bertugas memantau sejauh mana pengajaran perbaikan
dapat berjalan seperti yang di inginkan.
9.
Langkah guru
pembimbing dalam proses pengajaran remedial ini sifatnya lebih khusus karena
disesuaikan dengan karakteristik kesulitan belajar yang dihadapi murid. Proses
bantuan lebih ditekankan pada usaha perbaikan cara mengajar, menyesuaikan
materi pelajaran, arah belajar dan menyembuhkan hambatan-hambatan yang
dihadapi. Jadi dalam pengajaran remedial yang diperbaiki atau yang disembuhkan
adalah keseluruhan proses belajar mengajar yang meliputi metode mengajar,
materi pelajaran, cara belajar, alat belajar dan lingkunagn turut mempengaruhi
proses belajar mengajar. Melalui pengajaran remedial, murid yang mengalami
kesulitan belajar dapat diperbaiki atau disembuhkan sehingga dapat mencapai
hasil yang diharapkan sesuai dengan kemampuan. Kesulitan belajar yang dihadapi
murid mungkin beberapa mata pelajaran atau satu mata pelajaran atau satu
kemampuan khusus dari mata pelajaran tertentu. Penyembuhan ini mungkin mencakup
sebagian aspek kepribadian atau sebagian kecil saja.
10. Sebagaimana
pembelajaran pada kelas biasa, maka dalam pembelajaran remedialpun terdapat
beberapa langkah kegiatan yang harus ditempuh oleh guru. Yakni dengan
mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar, mencari dan menemukan
penyebab kesulitan yang dialami siswa, merencanakan kegiatan, melaksanakan
kegiatan, dan terakhir menilai keberhasilan kegiatan yang dilaksanakan. Langkah
dalam pemberian evaluasi / follow up terhadap masalah siswa di SMKN 6 Surabaya
dilakukan dengan proses penilaian yang dapat dilakukan dengan mengkaji kemajuan
siswa. Apabila kemajuan yang ditunjukkan siswa sesuai dengan yang diharapkan
maka kegiatan yang dilaksanakan sudah cukup efektif. Tetapi apabila siswa tidak
mengalami kemajuan atau tidak mencapai kompetensi yang diharapkan maka kegiatan
yang dilaksanakan tidak efektif. Singkatnya, kegiatan penilaian ini sebenarnya
bertujuan untuk mengetahui keefektifan kegiatan yang telah dilaksanakan. Jika
dari hasil evaluasi kegiatan remedial ternyata siswa masih belum bisa mencapai
kompetensi yang diharapkan, maka guru harus mengulang merencanakan kegiatan
remedial kembali.
Daftar Pustaka
§ Ahmadi, Abu & Widodo Supriyono.
2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
§ Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan dan
Konseling. Bandung: Pustaka Setia
§ Djalali, As’ad. 1986. Teknik-Teknik
Bimbingan Dan Penyuluhan. Surabaya: PT Bina Ilmu
§ Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Manjemen
Bimbingan Dan Konseling Disekolah. Bandung: Pustaka Setia
§ Prayitno, Alfabeta dan Erman Anti. 1999.
Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
§ Sukardi, Dewa Ketut. 2008, Pengantar Pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: Rineka Cipta
§ Ahmadi, Abu. 1983. Psikologi
Belajar. Surabaya: Bina Ilmu
§ Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar Pelaksanaan
Program Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta: Rineka cipta
§ Djumhur dan Moh. Surya. 1975. Bimbingan
Dan Penyuluhan Di Sekolah. Bandung: Ilmu Bandung
§ Hikmawati, Fenti. 2010. Bimbingan
Konseling. Jakarta: Rajawali Pers
§ Sumiati, Desak Made. 1990. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
§ Hallen A. 2005, Bimbingan dan
Konseling. Ciputat: PT Ciputat Press
§ Nurihsan, Juntika & Akur
Sudianto. 2005. Manajemen Bimbingan dan Konseling di SMA. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
§ Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan
Konseling Kelompok Dasar dan Profil. Jakarta: Ghalia Indonesia
§ Singgih D. Gunarsa. 2002. Psikologi
untuk membimbing. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
§ Tohirin. 2009. Bimbingan Dan
Konseling Disekolah Dan Madrasah. Jakarta: Rajawali
[1]
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan
dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung : PT Refika Aditama,
2006), Hal. 07
[2]
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), Hal.99
[3]
Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar
Kehidupan, (Bandung : PT Refika Aditama, 2006), Hal.
08
[4]
Prayitno, Erman Amti, Dasar-Dasar
Bimbingan dan Konseling, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999), Hal 105
[5]
Pengertian Bimbingan dan
Konseling « Ilmu Psikologi _ Bimbingan Konseling_files\Pengertian Bimbingan dan
Konseling « Ilmu Psikologi _ Bimbingan Konseling.html (diakses pada 25 Desember
2011)
[6] Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm.289
[7] S. Rahman. Hibana, Bimbingan
dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 58-64
[8] Ibid, hlm.
85
[9] A. Halen, Bimbingan
dan Konseling, 2002, hlm. 88
[10] S. Rahman. Hibana, Bimbingan
dan Konseling Pola 17, 2003, hlm. 64-66
[11] Amtierman. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, 1990, hlm. 310
[12] A. Hallen, Bimbingan
dan Konseling, 2002, hlm. 87-88
[14]
Anas Salahudin. 2010. Bimbingan dan konseling. Bandung: Pustaka Setia
[15]
Tohirin. 2009, bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah. Jakarta:
Rajawali
[16]
Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M.Pd., Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling,
PT. Refika Aditama – Bandung, hal.10.
[17]
Dewa Ketut Sukardi. Bimbingan dan konseling di Sekolah. Jakarta: 2008. Hal 64
[18]
Drs. Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah,Surabaya:Usaha
Nasional.1984.hal 33
[19]
Ibid, Hal 34-36
[20]
Ibid, Hal. 36
[21]
http://iznanew.blogspot.com/2010/01/tehnik-bimbingan-dan-konseling.html
[22]
Drs. Desak Made Sumiati. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka
Cipta, 1990. Hal 31-32
[23]
http://smpn2lem.blogspot.com/2011/06/langkah-langkah-dalam-memberikan.html
[24]
Drs. H. Abu Ahmadi. Psikologi belajar. Surabaya:Bina Ilmu, 1983, hal 179
[25]
Observasi langsung ke SMKN 6 Surabaya, 30 September 2012
[26]
Ibid
[27]
Wawancara dengan Pak Fadhil selaku guru BK, 11 Oktober 2012
[28]
Ibid
[29]
http://alhafizh84.wordpress.com/2010/01/16/metode-sosiodrama-dan-bermain-peranan-role-playing-method/
[30]
Ibid
[31]
Hasil wawancara dengan Pak Fadhil (Guru BK), 22 Oktober 2012
[32]
http://www.gurukelas.com/2012/04/prosedur-kegiatan-pembelajaran-remedial.html
[33]
Hasil wawancara dengan Pak Fadhil (Guru BK), 22 Oktober 2012.
2 komentar:
terimakasih banyak atas informasinya.....
sama-sama, semoga bermanfaat. :)
Posting Komentar