Pendahuluan
Dalam Paket 1(satu) ini, pembahasannya
difokuskan pada konsep dasar organisasi bimbingan dan konseling di sekolah. Organisasi
merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan bimbingan dan konsling di sekolah
yang tidak bisa dikesampingkan keberadaannya, karena organisasi
sebagai institusi penyelenggara yang diharapkan dapat memuaskan suatu outcome pendidikan.
Konsep
dasar organisasi bimbingan dan konseling di sekolah ini kajiannya
meliputi: pengertian organisasi,
tujuan, fungsi dan manfaatnya, serta
dasar dan prinsip dalam organisasi. Pengertian organisasi disajikan
pengertian secara bahasa dan istilah dari beberapa pendapat para ahli. Sedang tujuannya
ada beberapa hal yang diharapkan menjadi suatu outcome
pendidikan yang memuaskan. Sedangkan fungsi organisasi sebagai media menyatukan
persepsi dan tujuan yang hendak dicapaidan
manfaat-manfaatnya. Dasar organisasi yang berupa kesepakatan bersama, baik guru-guru yang merangkap
konselor, guru mata pelajaran, wali kelas maupun kepala sekolah,
serta prinsip-prinsip organisasi
yang meliputi: tujuan yang jelas, garis kewenangan yang jelas, kesatuan perintah,
pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, job
description,
rentang pengendalian
(jumlah staf yang rasional), fungsional, pmisahan,
keseimbangan, fleksibilitas, dan adanya kepemimpinan.
Dalam
paket ini dilengkapi pula dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dosen,
yang di dalamnya berisi: kompetensi dasar yang harus dikuasai mahasiswa,
indicator kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran, rincian waktu menyampaikann materi kepada mahasiswa, serta
kegiatan pembelajarannya yang meliputi pembukaannya, kegiatan inti dan penutup.
Untuk menciptakan pembelajaran yang aktif dan kreatif dicantumkan pula lembar
kerja mahasiswa serta beberapa lathan yang dikerjakan secara mandiri oleh
mahasiswa.
Rencana Pelaksanaan
Perkuliahan
Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami konsep dasar organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah.
Indikator
Pada akhir
perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian
organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Menyebutkan tujuan dari organisasi bimbingan dan konseling
di sekolah.
3. Mengidentifikasi fungsi dan manfaat organisasi bimbingan
dan konseling di sekolah.
4. Menganalisis dasar dan prinsip dalam organisasi bimbingan dan konseling
di sekolah.
Waktu
2x50 menit
Materi Pokok
Konsep dasar organinasi bimbingan dan konseling di sekolah:
1. Pengertian organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah.
2. Tujuan
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
3. Fungsi
dan manfaat organisasi bimbingan dan konseling di sekolah.
4. Dasar dan prinsip dalam organisasi bimbingan dan konseling
di sekolah.
Kegiatan Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Brainstorming dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan maraknya tawuran pada para pelajar
2. Penjelasan tujuan dan pentingnya mempelajari materi
tentang organisasi bimbingan dan konseling di sekolah, melalui slide.
Kegiatan Inti (70
menit)
1. Dosen
mengajukan beberapa pertanyaan diantaranya:
a.
pengertian organisasi bimbingan dan konseling di sekolah, dan unsure-unsur yang
yang harus dipenuhi.
b. tujuan dari organisasinya
c. fungsi dan manfaat
organisasinya
d.
dasar dan prinsip-prinsip yang harus dipakai landasan dalam organisasi
2. Membagi
mahasiswa dalam 4 kelompok, dan masing-masing kelompok diberi materi yang
berupa modul/bahan perkuliahan tentang organisasi bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Masing-masing
kelompok mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan yang yang diajukan oleh dosen.
4. Presentasi
hasil diskusi dari masing-masing kelompok diwakili oleh seorang foluntir.
5. Selesai
presentasi setiap kelompok, kelompok lain memberikan klarifikasi.
6. Penguatan
hasil diskusi dari dosen
7.
Dosen memberi kesempatan kepada
mahasiswa untuk menanyanyakan sesuatu yang belum paham atau menyampaikan
konfirmasi
Kegiatan Penutup (10
menit)
1.
Menyimpulkan hasil perkuliahan
2.
Merefleksikan hasil perkuliahan
oleh mahasiswa
3.
Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat
dari dosen
Kegiatan Tindak lanjut
(5 menit)
1. Memberi
tugas latihan
2. Mempersiapkan
perkuliahan selanjutnya.
Lembar
Kegiatan
Mencatat hasil diskusi dari 4
kelompok yang telah dibentuk, yang berisi konsep dasar organinasi bimbingan dan
konseling di sekolah.
Tujuan
Mahasiswa dapat membangun
pemahaman tentang konsep dasar organinasi bimbingan dan
konseling di sekolah melalui kreatifitas ungkapan ide dari anggota kelompok diskusi.
Bahan dan
Alat
Kertas plano, spidol berwarna, dan solasi.
Langkah
Kegiatan
1.
Pilihlah seorang moderator dan
penulis hasil kerja dalam setiap kelompok!
2.
Diskusikan persoalan-persoalan
yang telah diutarakan oleh dosen!
3.
Tuliskan hasil diskusi dalam lembar
kerja yang telah disediakan!
4.
Tempelkan hasil kerja kelompok di
papan tulis/dinding kelas!
5.
Pilihlah satu anggota kelompok
untuk presentasi!
6.
Presentasikan hasil kerja kelompok secara bergiliran, dengan waktu
masing-masing +7 menit!
7.
Berikan tanggapan/klarifikasi dari
presentasi kelompok lain!
Uraian
Materi
ORGANISASI
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH
A.
Pengertian Organisasi Bimbingan dan Konseling di
Sekolah
Organisasi berasal dari kata organon dalam bahasa Yunani yang berarti
alat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata organisasi berarti kesatuan
(susunan) yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan sebagainya) di dalam
perkumpulan dan lainnya untuk mencapai tujuan tertentu, atau kelompok kerja
sama antara orang yang diadakan dibentuk untuk mencapai tujuan bersama[1].
Para ahli telah banyak menyampaikan pendapatnya yang pada
dasarnya, tidak ada perbedaan yang prinsip. Sebagai bahan perbandingan, berikut
ini akan disampaikan beberapa pendapat mereka, sebagaimana yang dikemukakan
oleh Yayat Hayati Djatmiko sebagai
berikut :
1.
Chester
I, Bernard dalam bukunya, “The Executive
Functions” mengemukakan, “I define
organization as a system of cooperatives of two more persons” (Organisasi
adalah sistem kerja sama antara dua orang atau lebih)
2.
James
D. Mooney mengatakan, “Organization is
the from of every human association for the attainment of common purpose”
(Organisasi adalah setiap bentuk kerja sama untuk mencapai tujuan bersama)
3.
Menurut
Dimock, “Organization is the form of
every human interdependent part to form a unifed wahole through which
authority, coordination, and control may be exercised to achive a give
purppose” (Organisasi adalah perpaduan secara sistematis bagian-bagian yang
saling bergantung/berkaitan untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui
kewenangan, koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah
ditentukan).[2]
Dari beberapa pengertian organisasi
di atas, dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi harus memiliki tiga unsur
dasar, yaitu :
- Orang-orang (sekumpulan orang)
- Kerja sama
- Tujuan yang ingin dicapai.
4.
Sedangkan menurut W.S. Winkel
dkk. pengertian organisasi bimbingan sama dengan mengorganisasi bimbingan,
berarti mengatur dan menyusun bagian-bagian (orang dan sebagainya) sehigga
seluruhnya menjadi kesatuan yang teratur.[3]
Dengan demikian, organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah sekumpulan orang (kepala sekolah,
guru bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan tenaga administrasi) yang
melakukan kerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama, dengan
mendayagunakan sumber daya yang dimiliki.
B.
Tujuan Organisasi Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Dalam suatu organisasi, ada
beberapa tujuan yang hendak dicapai, khususnya dalam organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah, yaitu mengharapkan suatu outcome pendidikan yang memuaskan, yaitu meliputi hal berikut :
- Pemerataan pendidikan, yang berkenaan dengan seberapa banyak anak-anak yang berada pada usia sekolah mendapatkan layanan pendidikan
- Kualitas pendidikan, berkenaan dengan bagaimana meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga dapat mempertahankan esksistensinya
- Relevansi pendidikan, berkenaan dengan hubungan antara sistem pendidikan dan pembangunan nasional serta kepentingan perseorangan keluarga dan masyarakat. Hal ini memerlukan keterpaduan dalam perencanaan pendidikan
- Efisiensi pendidikan, berkenaan dengan sumber-sumber potensial pendidikan, baik yang bersifat manusiawi maupun non-manusiawi yang sangat terbatas dapat dioptimalkan penggunaannya.
- Efektifitas pendidikan, berkenaan dengan keampuhan pelaksanaan sistem pendidikan nasional, kemampuan sistem bersentuhan dengan kurikulum secara konseptual dan kurikulum secara praktikal.[4]
Manurut Fasli Jalal, organisasi
penyelenggara pendidikan sudah tentu melibatkan masyarakat, pemerintah dan
orangtua dalam memperoleh outcome
atau produktifitas pendidikan sebagaimana tersebut di atas. Hal ini terjadi
apabila outcome tersebut diperoleh
dengan memuaskan, sehingga semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pendidikan akan merasa puas.[5]
Khusus bagi ketenagaan pendidikan dan non-ketenagaan kependidikan (birokrasi
pendidikan), hal tersebut merupakan suatu kepuasan kerja yang positif.
Sebaliknya, apabila outcome tersebut
kurang memuaskan akan timbul ketidakpuasan kerja.
Kepuasan dan ketidakpuasan kerja
dalam penyelenggaraan pendidikan akan menimbulkan perilaku individu dalam
organisasi, yang merupakan interaksi dari karakteristik individu dan
karakteristik organisasi pendidikan. Dengan perkataan lain, kepuasan harus
menjadi tujuan utama organisasi diikuti produktivitas atau outcome pendidikan.
C.
Fungsi dan Manfaat Organisasi
Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Dari tujuan-tujuan organisasi di
atas, maka dapat diketahui bahwa fungsi organisasi sebagai media menyatukan
persepsi dan tujuan bersama yang hendak dicapai, yang ini biasanya dicanangkan
pada visi dan misi organisasi, maka kehadiran organisasi profesi khususnya
dibidang bimbingan dan konseling di lingkungan lembaga pendidikan, menjadi
sangat penting. Hal ini karena sebagaimana telah diketahui kegiatan program
bimbingan ialah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana,
terorganisasi dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu, misalnya satu
tahun ajaran. Kegiatan bimbingan ini terfokuskan pada pelayanan yang diberikan
kepada para siswa (layanan-layanan bimbingan) dan rekan tenaga pendidik serta
orangtua siswa dan evaluasi program bimbingan.
Dengan demikian, kehadiran suatu
organisasi profesi bimbingan dan konseling tampaknya menjadi suatu tuntutan
alami untuk menjawab kebutuhan pelaksanaan program pelayanan, khususnya kepada
siswa. Sebetulnya kebutuhan terhadap organisasi bimbingan dan konseling
terlihat dari adanya kepentingan di tingkat sekolah hingga tingkat yang lebih
luas lagi. Sekalipun di sekolah ada pimpinan seperti kepala sekolah, beberapa
tugasnya harus didelegasikan kepada bawahannya. Sebab, tanggung jawab kepala
sekolah tentu sangat besar jika sebagian kewajibannya tidak didelegasikan
kepada bawahannya yang menguasai bidang-bidang tertentu, seperti bimbingan dan
konseling.
Dengan adanya pendelegasian tugas
ini, dalam wujud praktik berorganisasi di bidang bimbingan dan konseling, maka
proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah tidak terlalu berat dan juga
dapat ditangani dengan baik. Dan hal ini
akan berdampak positif pula bagi pemenuhan kewajiban kerja.
Adapun manfaat organisasi
bimbingan dan konseling, khususnya di sekolah dapat dikemukakan, antara lain
sebagai berikut :
- Ruang lingkup pelayanan bimbingan jauh lebih luas dan semua siswa harus mendapatkan pelayanan bimbingan, terutama melalui bimbingan kelompok
- Pelayanan bimbingan menjadi usaha yang dilakukan bersama oleh staf bimbingan sebagai tim kerja
- Sarana personal dan materiil dapat dimanfaatkan secara optimal sehingga dari segi finansial lebih dapat dipertanggungjawabkan dan efisien
- Sifat bimbingan yang lebih ditonjolkan ialah sifat preventif dan perseveratif
- Pelayanan bimbingan dalam semua komponen program bimbingan mendarah daging dalam kehidupan sekolah
- Kedudukan, wewenang dan tugas konselor diakui oleh staf pendidik di sekolah dan dinilai lebih positif karena disamping program pengajaran, terdapat program bimbingan yang sama-sama di kelola secara profesional
- Dibuktikan bahwa pelayanan bimbingan tidak hanya meliputi wawancara konseling, tetapi mencakup berbagai kegiatan lainnya untuk semua satuan kelas
- Lebih mudah menentukan urutan prioritas, yaitu layanan bimbingan yang diutamakan di institusi pendidikan tertentu pada jenjang pendidikan tertentu
- Tenaga bimbingan oleh para siswa tidak dipandang sebagai satpam sekolah, petugas pembina disiplin, guru cadangan, ahli menangani kasus kenakalan serta kasus keabnormalan dan sebagainya
- Diperjelas bahwa pelayanan bimbingan mengandung unsur proses, yang membawa hasil secara gradual sebagai akibat dan usaha tenaga bimbingan dan siswa bersama-sama, sama seperti pengajaran yang juga mengenal unsur proses
- Lebih didasari oleh pihak yang mengangkat tenaga bimbingan bahwa untuk melakukan rangkain kegiatan bimbingan dibutuhkan orang yang telah mendapat pendidikan prajabatan yang memadai. Misalnya, seorang tamatan fakultas psikologi akan menemui kesulitan dalam memberikan bimbingan karir secara kelompok kalau dia tidak menguasai cara menyusun silabus dan membuat satuan pelayanan bimbingan serta kurang mengenal seluk-beluk jalannya suatu lembaga pendidikan.
- Evaluasi program lebih dimungkinkan karena ada rumpun sasaran tertentu yang harus dicapai dan direncanakan sejumlah kegiatan tertentu untuk mencapai seluruh sasaran itu.[6]
Jadi, ada baiknya jika setiap
sekolah, terutama pada tingkat menengah pertama, didirikan organisasi bimbingan
dan konseling, terutama untuk mengantisipasi bertumpuknya beban pelayanan
bimbingan pada satu orang, baik seorang kepala sekolah sebagai top leader maupun seorang konselor
karena dipandang memiliki kemampuan formal dibidang bimbingan dan konseling.
D.
Landasan Dasar Perlunya Organisasi Bimbingan dan
Konseling di Sekolah
Organisasi bimbingan dan konseling
di sekolah mutlak diperlukan, hal ini disebabkan beberapa hal:
1.
Pelayanan
bimbingan dan konseling adalah merupakan bagian yang tak terpisahkan
(integral) dari keseluruhan program
pendidikan. Ini artinya seluruh staf sekolah, baik kepala sekolah, wakilnya,
guru mata pelajaran, wali kelas dan staf lainnya perlu melibatkan diri dalam
layanan bimbingan dan konseling.
2.
Pembinaan
bimbingan dan konseling di sekolah berada pada kepala sekolah sebagai
administrator sekolah yang memegang peran kunci. Maka dari itu guru yang
diberikan tugas tambahan sebagai kepala sekolah harus memiliki cukup pemahaman
dan ketrampilan dalam bidang bimbingan dan konseling agar dapat memberikan
pimpinan, bantuan, atau pengentasan yang diperlukan oleh guru pembimbing dan
staf bimbingan lainnya.
3.
Tanggung
jawab langsung dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah
hrndaknya dilimpahkan kepada staf yang berwenang yang memilki kompetensi dan
kualifikasi tertentu baik dalam segi pendidikan formal, sifat, sikap,
kepribadian, ketrampilan dan pengalaman, serta mempunyai cukup waktu untuk
melaksanakan tugas kepembimbingan. Dalam beberapa hal, terutama sekolah yang
tidak terlalu besar kepala sekolah sendiri dapat memegang tanggung jawab ini.
4.
Program
bimbingan dan konseling merupakan suatu bentuk kegiatan yang cukup luas bidang
geraknya. Untuk dapat mewujudkan secara nyata bidang gerak bimbingan dan
konseling yang cukup luas ini diperlukan mekanisme kerja yang mantap.
5.
Program
layanan bimbingan dan konseling di sekolah perlu hendaknya diadakan penilaian
(evaluasi) untuk mengetahui efektivitas dan efisiensi program bimbingan dan
konseling, dan selanjutnya dipergunakan sebagai bahan revisi program layanan
bimbingan dan konseling selanjutnya.
6.
Petugas-petugas
yang diserahi tanggung jawab bimbingan yang bersifat khusus, seperti kegiatan
konseling atau tes psikologis hendaknya ditangani oleh petugas professional dan berkompeten
mengerjakan jenis tugas tersebut, berkompeten dari aspek keahliannya maupun
dari aspek pribadinya.
7.
Petugas-petugas
bimbingan dan konseling dan seluruh staf bimbingan dan konseling mutlak perlu
diberikan pelatihan /pendidikan dalam jabatan (inservice training), sebagai
suatu sarana untuk memperbaiki layanan bimbingan dan konseling di sekolah.[7]
Sekolah adalah organisasi formal
yang didalamnya terdapat usaha-usaha administrasi dalam usaha mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran nasional. Adapun bimbingan dan konseling adalah
suborganisasi dari organisasi sekolah.
Karena organisasi bimbingan dan konseling
sebagai suatu beban, banyak ahli yang menawarkan mode atau pola organisasi yang
cocok yang diterapkan di sekolah. Pola organisasi yang dipilih harus didasarkan
atas kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terkait di sekolah, yang
dilanjutkan dengan usaha-usaha perencanaan untuk mencapai tujuan, pembagian
tugas, pengendalian proses dan penggunaan sumber-sumber bimbingan. Usaha-usaha
tersebut disebut sebagai administrasi bimbingan dan konseling.
Jadi, dasar bagi organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah adanya kesepakatan bersama, baik
guru-guru merangkap konselor, guru mata pelajaran, wali kelas maupun kepala
sekolah. Atas dasar kesepakatan itu, pengelolaan dan penyelenggaraan bimbingan
dan konseling dapat melibatkan semua pihak yang ada di sekolah sebagai sumber
organisasi. Dan tentu saja, yang paling utama adalah para pengurus organisasi
yang harus paling aktif.
Adapun prinsip-prinsip organisasi,
secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut :
1.
Organisasi
harus Mempunyai Tujuan yang Jelas
Organisasi dibentuk atas
dasar adanyan tujuan yang ingin dicapai,
sehingga tidak mungkin suatu organisasi tanpa adanya tujuan, misalnya:
organisasi pelayanan bimbingan dan konseling sebagai suatu organisasi,
mempunyai tujuan antara lain; memberikan pelayanan bimbingan, khususnya kepada
siswa-siswa peserta didik, terutama yang dipandang bermasalah dengan prestasi
belajarnya
2.
Prinsip
Skala Hierarki
Dalam suatu organisasi, harus ada
garis kewenangan yang jelas dari pimpinan, pembantu pimpinan sampai pelaksana,
sehingga dapat mempertegas dalam
pendelegasian wewenang dan pertanggungjawaban dan akan menunjang efektivitas
jalannya organisasi secara keseluruhan
3.
Prinsip
Kesatuan Perintah
Dalam hal ini, seseorang hanya
menerima perintah atau bertanggung jawab kepada seorang atasan saja.
4.
Prinsip
Pendelegasian Wewenang
Seorang pemimpin mempunyai
kemampuan terbatas dalam menjalankan pekerjaannya, sehingg perlu dilakukan
pendelegasian wewenang kepada bawahannya. Pejabat yang diberi wewenang harus
dapat menjamin tercapainya hasil yang diharapkan. Dalam pendelegasian, wewenang
yang dilimpahkan meliputi kewenangan dalam pengambilan keputusan, melakukan
hubungan dengan orang lain dan mengadakan tindakan tanpa minta persetujuan
lebih dahulu kepada atasannya.
5.
Prinsip
Pertanggungjawaban
Dalam menjalankan tugasnya, setiap
pegawai harus bertanggung jawab sepenuhnya kepada atasan.
6.
Prinsip
Pembagian Pekerjaan
Suatu organisasi, untuk mencapati
tujuannya, melakukan berbagai aktifitas atau kegiatan. Agar kegiatan dapat
berjalan optimal, dilakukan pembagian tugas/pekerjaan yang didasarkan pada
kemampuan dan keahlian dari tiap-tiap pegawai. Adanya kejelasan dalam pembagian
tugas akan memperjelas dalam pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban serta
menunjang efektivitas jalannya organisasi.
7.
Prinsip
Rentang Pengendalian
Artinya bahwa jumlah bawahan atau
staf yang harus dikendalikan oleh seorang atasan perlu dibatasi secara
rasional. Rentang kendali ini sesuai dengan bentuk dan tipe organisasi. Semakin
besar suatu organisasi dengan jumlah pegawai yang cukup banyak, semakin
kompleks rentang pengendaliannya.
8.
Prinsip
Fungsional
Secara fungsional, tugas dan
wewenang, kegiatan, hubungan kerja, serta tanggungjawab seorang pegawai harus
jelas.
9.
Prinsip Pemisahan
Tanggung jawab tugas pekerjaan
seseorang tidak dapat dibebankan kepada orang lain.
10.
Prinsip
Keseimbangan
Keseimbangan di sini adalah
keseimbangan antara struktur organisasi yang efektif dan tujuan organisasi.
Dalam hal ini, penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan tujuan
organisasi tersebut. Tujuan organisasi akan diwujudkan melalui aktifitas/kegiatan
yang akan dilakukan. Organisasi yang aktifitasnya sederhana (tidak kompleks),
misalnya ‘koperasi di suatu desa terpencil’, struktur organisasinya akan berada
dengan organisasi koperasi yang ada di kota besar, seperti di Jakarta, Bandung
atau Surabaya.
11.
Prinsip
Fleksibilitas
Organisasi harus senantiasa
melakukan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan dinamika organisasi
sendiri (internal faktor) dan karena
adanya pengaruh di luar organisasi (external
faktor), sehingga organisasi mampu menjalankan fungsi dalam mencapai
tujuannya.
12.
Prinsip
Kepemimpinan
Dalam organisasi, apa pun
bentuknya, diperlukan pemimpin, atau dengan kata lain, organisasi mampu
menjalankan aktivitasnya karena adanya proses kepemimpinan yang digerakkan oleh
pemimpin organisasi tersebut[8].
Menurut A. Dale Timpe (ed.) dalam
bukunya, “Seri Manajemen Sumberdaya
Manusia Kepemimpinan (2000)”, dalam sebuah organisasi, peran terpenting
dari pengelolaan organisasi adalah menyediakan kepemimpinan. Disamping
itu, organisasi harus menetapkan tujuan
dan sasaran organisasi serta mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada.
Berkaitan dengan kepemimpinan ini, sekurang-kurangnya ada delapan sifat yang
menjadi pertimbangan dalam sebuah organisasi yang akan mempengaruhi lahirnya
sebuah kebijakan, yaitu sebagai berikut:
1.
Kemampuan untuk memusatkan.
Pemimpin harus dapat menangkap perhatian
setiap insan dalam organisasi dan dapat memancarkan pemikiran tunggal yang
sangat tinggi dan memiliki dedikasi terhadap suatu pandangan
2.
Pendekatan pada nilai yang sederhana.
Pemimpin menganut seperangkat nilai dasar yang sederhana. Nilai itu dapat
menjadi kerangka untuk membantu manajer (pembantu utamanya) mengambil
keputusan. Nilai dasar yang diberikan pada setiap orang dalam organisasi
merupakan sarana untuk memahami peristiwa
3.
Selalu bergaul dengan orang.
Pergaulan dengan pegawai di luar organisasi sama pentingnya dengan pergaulan
didalam organisasi. Pemimpin yang efektif biasanya mempunyai jaringan kontak
eksternal
4.
Menghindari profesionalisme tiruan.
Mengingat cepatnya perubahan sekarang ini, organisasi harus mengadakan
perencanaan matang yang memaksa mereka untuk mempelajari tujuan jangka menengah
dan jangka panjang, serta langkah-langkah untuk mencapainya. Pemimpin sejati
mengetahui ke arah mana oraganisasi harus bergerak dan menghindari gerakan tidak
produktif.
5.
Mengelola perubahan.
Sifat ini melengkapi sifat berpandangan luas. Selain memiliki bayangan dari
masa depan oraganisasi, pemimpin harus terampil dalam mengadakan perubahan.
Pemimpin yang pandai harus dapat “membuatnya terjadi”
6.
Memilih orang.
Setiap pemimpin yang efektif mahir mengidentifikasi dan mempertahankan bawahan
yang berbakat, mempromosikan mereka dari dalam organisasi
7.
Hindari “mengerjakan semua sendiri”.
Pemimpin yang berhasil, menyadari bahwa mereka tidak mengetahui semuanya; sebagai
manusia biasa, mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan terbatas. Pemimpin
organisasi yang berhasil cenderung mengarahkan perhatian mereka pada sejumlah
indikator performa yang relatif terbatas
8.
Menghadapi Kegagalan.
Salah satu sifat dari pemimpin yang berhasil adalah kemampuan untuk menangani
kegagalan. Bukan tidak mungkin, jika seorang pemimpin organisasi terpandang
yang telah memperoleh serangkaian keberhasilan, mengalami beberapa kegagalan
yang berakibat kemunduran perusahaan atau organisasinya. Akan tetapi, pemimpin
yang sejati tidak akan ragu-ragu untuk menghadapi kemunduran ini dan akan
mengakui tanggung jawabnya. Satu bidang yang memisahkan pemimpin organisasi
dengan pemimpin sejati adalah naluri untuk tahu kapan harus menghentikan kegiatan
penunjang maupun kegiatan utamanya.
Dengan demikian, secara teoritis
prinsip-prinsip dalam organisasi pelayanan bimbingan dan konseling itu mengacu
pada uraian-uraian di atas.
Rangkuman
1. Organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah adalah perpaduan secara sistematis
bagian-bagian yang saling bergantung/berkaitan, yaitu kepala sekolah, guru
bimbingan dan konseling, guru mata pelajaran dan semua tenaga tata usaha dan
lainnya untuk membentuk suatu kesatuan yang bulat melalui kewenangan,
koordinasi dan pengawasan dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.
2.
Tujuan organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah dibentuk untuk mencapai: pemerataan pendidikan, kualitas
pendidikan, relevansi pendidikan, efisiensi pendidikan, dan efektifitas
pendidikan.
3.
Fungsi organisasi sebagai media yang
menyatukan persepsi dan tujuan bersama yang akan dicapai, sedangkan manfaatnya
antara lain:
a.
ruang lingkup pelayanan
bimbingan jauh lebih luas.
b.
Pelayanan
bimbingan dilakukan bersama oleh tim kerja
c.
Sarana personal dan materiil
dapat dimanfaatkan secara optimal
d.
Sifat bimbingan yang lebih
ditonjolkan
e.
Pelayanan
bimbingan mendarah daging dalam kehidupan sekolah .
f.
Kedudukan, wewenang dan tugas
konselor diakui oleh staf pendidik di sekolah
g.
pelayanan bimbingan tidak hanya
meliputi wawancara konseling
h.
Lebih mudah menentukan urutan
prioritas
i.
Tenaga bimbingan tidak dipandang
sebagai satpam sekolah oleh para siswa.
j.
pelayanan bimbingan mengandung
unsur proses
k.
dibutuhkan orang yang telah
mendapat pendidikan prajabatan yang memadai.
4.
Dasar pola organisasi harus dipilih
atas kesepakatan bersama di antara pihak-pihak yang terkait di sekolah. Sedangkan
prinsip yang harus dipegangi antara lain:
a.
Organisasi
harus mempunyai tujuan yang jelas
b.
Prinsip
skala hierarki, artinya harus ada garis kewenangan yang jelas
c. Prinsip kesatuan
perintah
d. Prinsip pendelegasian
wewenang
e. Prinsip pertanggungjawaban
f. Prinsip pembagian
pekerjaan
g. Prinsip rentang
pengendalian (rasionalisasi jumlah pegawai).
h. Prinsip fungsional
i.
Prinsip pemisahan
j.
Prinsip keseimbangan
k. Prinsip fleksibilitas
l.
Prinsip kepemimpinan
Latihan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di
bawah ini!
1.
Jelaskan pengertian pengertian
organisasi bimbingan dan konseling di sekolah! Unsure apa saja yang ada
organisasi tersebut!
2.
Jelaskan tujuan-tujuan
dibentuknya organisasi bimbingan dan konseling di sekolah baik secara umum
maupun khususnya!
3.
Fungsi organisasi bimbingan dan
konseling di sekolah adalah media yang menyatukan persepsi dan tujuan bersama
yang hendak dicapai. Jelaskan dan beri contoh!.
4.
Sebutkan 5 manfaat dibentuk organisasi
bimbingan dan konseling di sekolah dan jelaskan!
5.
Carilah sekolah yang terdekat,
dan cermatilah organisasi bimbingan konselingnya! Catatlah berapa
prisip-prinsip organisasi yang telah diterapkan dalam organisasi tersebut!
Daftar
Pustaka
Depdiknas,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002).
Fasli
Jalal dan Dedi Supriyadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah
(Yogyakarta: Adicita, 2001), 29.
Salahuddin,
Anas, Bimbingan & Konseling,
mengutip dari Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung: Pustaka
Setia, 2010).
Sukardi,
Dewa Ketut, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Bandung:
Alfabeta, 2003).
Wingkel,
W.S. & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan
dan Konseling di Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2010).
[1]Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), 650.
[2] Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling, mengutip dari
Yayat Hayati Djatmiko, Perilaku Organisasi (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 163.
[3] W.S. Wingkel & M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di
Institusi Pendidikan (Yogyakarta: Media Abadi, 2010), 793.
[4] Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling…,164
[5] Fasli Jalal dan Dedi Supriyadi, Reformasi Pendidikan dalam Konteks
Otonomi Daerah (Yogyakarta: Adicita, 2001), 29.
[6] Anas Salahuddin, Bimbingan & Konseling,…, 166
[7] Dewa Ketut Sukardi, Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah
(Bandung: Alfabeta, 2003), 98-99.
[8] Anas Salahuddin, Bimbingan &
Konseling, …167-169
0 komentar:
Posting Komentar