Selasa, 05 Februari 2013

Paket 5 ADMINISTRASI KEGIATAN LAYANAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING (SATLAN)



Pendahuluan
Setelah dipahami pengertian, dasar-dasar dan prinsip organisasi BK di sekolah, pola organisasi dan personil serta pembagian tugas dalam bimbingan dan konseling disekolah. Perkuliahan pada paket ini difokuskan pada administrasi kegiatan dan layanan dalam  bimbingan dan konseling di sekolah. Kajian dalam paket ini membahas jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi layanan orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar, konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, serta kegiatan penunjang. Adapun uraian materi ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan yang mendasari pemahaman awal tentang masing-masing jenis layanan dan kegiatan dimaksudkan.
Untuk setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada paket ini menyajikan uraian tentang pengertian, tujuan, pokok-pokok layanan atau kegiatan, kemungkinan pelaksanaanya, dan hal-hal khusus yang perlu mendapat perhatian berkenaan dengan layanan atau kegiatan layanan itu. Uraian itu diharapka menjadi dasar dan titik tolak pembahasan tentang layanan dan kegiatan yang dimaksudkan, yang selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan pendalaman dan pengembangan keterampilannya dalam pembahasan dan pelatihan tersendiri.
Sebelum perkuliahan berlangsung, dosen menampilkan slide materi organisasi, administrasi dan supervise bimbingan dan konseling di sekolah untuk memancing ide-ide kreatif mahasiswa dalam upaya memahami materi yang dimaksudkan. Mahasiswa juga diberi tugas untuk membaca uraian materi dan mendiskusikannya dengan panduan lembar kegiatan. Dengan dikuasainya administrasi kegiatan layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah dari Paket 5 ini diharapkan dapat menjadi modal bagi mahasiswa untuk mempelajari paket selanjutnya.
Penyiapan media pembelajaran dalam perkuliahan ini sangat penting. Perkuliahan ini memerlukan media pembelajaran berupa LCD dan laptop sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat mengefektifkan perkuliahan, serta kertas plano, spidol dan solasi sebagai alat menuangkan kreatifitas hasil perkuliahan dengan membuat peta konsep. 



Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
Kompetensi Dasar
Mahasiswa mendeskripsikan  administrasi kegiatan layanan dalam bimbingan dan konseling di sekolah.

Indikator
Pada akhir perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat: 
1.      menjelaskan pengertian administrasi bimbingan konseling di sekolah,
2.      menjelaskan jenis-jenis kegiatan layanan BK di sekolah
3.      mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan layanan BK di sekolah
4.        menganalisis berbagai macam jenis-jenis kegiatan layanan BK di sekolah

Waktu
3 x 50 menit

Materi Pokok
Administrasi kegiatan layanan dalam BK di sekolah:
1.      Pengertian administrasi
2.      Jenis-jenis kegiatan layanan orientasi dan informasi, layanan penempatan dan penyaluran  serta layanan bimbingan belajar dalam bimbingan dan konseling di sekolah
3.      Urgensi kegiatan layanan orientasi dan informasi , layanan penempatan dan penyaluran  serta layanan bimbingan belajar dalam 4bimbingan dan konseling di sekolah

Kegiatan Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1.      Brainstorming dengan cara mencermati beberapa data dalam satuan layanan antara lain kegiatan layanan orientasi dan informasi bimbingan dan konseling di sekolah yang ditampilkan melaui slide power point
2.      Memotivasi mahasiswa melalui informasi tentang gambaran pelaksanaan layanan konseling yang menyenangkan.
3.      Menyampaikan tujuan perkuliahan dan urgensi dari paket 5 ini.

Kegiatan Inti (70 menit)
1.      Membagi mahasiswa dalam 4 kelompok dengan cara menghitung secara urut angka 1 s/d 4 dan masing-masing angka yang sama membentuk kelompok.
2.      Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema untuk dibuat mind map dengan pembagian:
Kelompok 1: jenis layanan orientasi
Kelompok 2: jenis layanan informasi
Kelompok 3 : Layanan Penempatan dan penyaluran.
Kelompok 4 : Layanan Bimbingan belajar.
3.      Hasil diskusi yang telah di tulis di kertas plano dipajang disekitar kelas dan dijaga oleh ketua kelompoknya agar  hasil itu dapat diamati oleh kelompok lainnya
4.      Ketua kelompok bertugas membantu menjelaskan apabila dari kelompok lain yang melakukan pengamatan hasil menanyakan sesuatu yang dieasa belum jelas
5.      Penguatan hasil diskusi dari dosen
6.      Dosen memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan sesuatu yang belum paham atau menyampaikan konfirmasi
Kegiatan Penutup (10 menit)
1.      Menyimpulkan hasil perkuliahan
2.      Memberi dorongan psikologis/saran/nasehat tentang  kegiatan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran serta layanan belajar sebagai funsi prefentif 
3.      Refleksi hasil perkuliahan oleh mahasiswa
Kegiatan Tindak lanjut (5 menit)
1.       Memberi tugas latihan
2.      Mempersiapkan perkuliahan selanjutnya.

Lembar Kegiatan
Membuat Peta Konsep (Mind Map), Simulasi jenis-jenis layanan kegiatan dalam bimbingan dan konseling di sekolah.

Tujuan
Mahasiswa dapat membuat peta konsep untuk membangun pemahaman tentang administrasi kegiatan layanan dalam bimbingan konseling di sekolah melalui kreatifitas ungkapan ide dari anggota kelompok yang dituangkan  dalam bentuk mind maping.

Bahan dan Alat
Kertas plano, spidol berwarna, dan isolasi.

Langkah Kegiatan
1.      Bekerjalah anda dalam kelas untuk mendiskusikan materi administrasi kegiatan layanan ini dengan membagi menjadi 4 kelompok dengan cara menghitung secara urut angka 1 s/d 4 dan masing-masing angka yang sama membentuk kelompok.
2.      Pilihlah seorang pemandu kerja kelompok dan penulis konsep hasil kerja yang sekaligus akan menjadi informan pada bazaar hasil diskusi
3.      Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema untuk dibuat mind map dengan pembagian:
Kelompok 1: jenis layanan orientasi
Kelompok 2: jenis layanan informasi
Kelompok 3 : Layanan Penempatan dan penyaluran.
Kelompok 4 : Layanan Bimbingan belajar.
4.      Hal-hal yang harus dilakukan oleh masing-masing kelompok adalah : a. Mendefinisikan makna layanannya
       b. Menjelaskan tujuan layanannya
       c. Mengidentifikasi isi layanannya
       d. Menjelaskan tekhnik layannannya.
5.      Diskusikan materi yang telah ditentukan dengan anggota kelompok!
6.      Tuliskan hasil diskusi dalam bentuk Peta Konsep sebagaimana dalam contoh gambar di atas!
7.      Hasil diskusi yang telah di tulis di kertas plano dipajang disekitar kelas dan dijaga oleh ketua kelompoknya agar  hasil itu dapat diamati oleh kelompok lainnya
8.      Ketua kelompok bertugas membantu menjelaskan apabila dari kelompok lain yang melakukan pengamatan hasil menanyakan sesuatu yang dieasa belum jelas


Uraian Materi

ADMINISTRASI KEGIATAN LAYANAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH (SATLAN 1)

  1. Pengertian Administrasi BK di sekolah
       Administrasi merupakan proses pengurusan yaitu, mengadakan perencanaan tugas-tugas eksekutif; pengawasan pengarahan dan pelaksanaan prinsip-prinsipp untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kegiatan administrasi ini meliputi perencanaan, pengarahan, pengkontrolan, dan pengawasan, pelaksanaan organisasi itu untuk mencapai tujuannya. Administrator adalah pembuat keputusan. Simon menekankan keputusan harus mencerminkan pemikiran orang banyak.
Adapun petugas administrasi bimbingan konseling disekolah;
Ø  mengisi kartu pribadi siswa
Ø  menyimpan catatan-catatan (record) dan data lainnya
Ø  menyelesaikan laporan dan pengumpulan data tentang siswa
Ø  mengirim dan menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan
Ø  menyiapkan alat-alat atau formulir pengumpulan data siswa, seperti; angket, observasi, wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan orang tua, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis[1].

2. Administrasi Kegiatan Layanan dalam Bimbingan dan Konseling disekolah
a. Layanan Orientasi
             Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali dating ke sebuah kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta” buta tentang ara yang hendak dituju, buta tentang jalan-jalan, dan buta tentang itu dan ini. Akibat dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dan tidak mencapai apa yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal lingkungan yang baru dimasukinya[2].

     Adapun macam-macam layanan orientasi adalah;
     1). Layanan orientasi di sekolah
                bagi siswa, ketidakkenalan atau ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.

                  Allan & McKean menegaskan bahwa tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan & McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu;
Ø  Program orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan    juga memberikan kemudahan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Ø  Murid-murid yang mengalami mesalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah.
Ø  Anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi[3]
         
                 Individu yang memasuki lingkungan baru perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang perlu diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkunga fisik (seperti gedung-gedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan berlangsung, syarat-syarat bekerja, suasana kerja), peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti disiplin, hak dan kewajiban), jenis personal yang ada tugas masing-masing dan saling hubungan diantara mereka. Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi orientasi yang mendapat penekanan adalah;
1)                  System penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
2)                  Kurikulum yang ada
3)                  Penyelenggaraan pengajaran
4)                  Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
5)                  System penilaian, ujian, dan kenaikan kelas
Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti ruang kelas,   laboratorium, perpustakaan, ruang praktek)
6)                  Fasilitas penunjang (sarana olah raga dan rekreasi, pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata usaha)
7)                  Staf pengajar dan tata usaha
8)                  Hak dan kewajiban siswa
9)                  Organisasi siswa
10)              Organisasi orang tua siswa
11)              Organisasi sekolah secara menyeluruh[4]

          2). Metode layanan orientasi sekolah
                 keluasan dan kedalaman masing-masing pokok materi di atas yang disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah dan tingkat perkembangan anak. Untuk anank-anak yang baru memasuki kelas satu SD, tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat) disampaikan kepada anak-anak yang masih sangat mudah itu. Pokok-pokok materi itu sebaiknya disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagai meteri itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan sebaik-baiknya[5].

           3). layanan orientasi di luar sekolah
                demikian juga individu-individu yang memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu organisasi, bekas narapidana yang kembali ke masyarakat setelah sekian lama menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru), memerlukan orientasi tentang lingkungan barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian diri atau penyesuaian diri kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.

                  Cara penyajian orientasi di luar sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasehat Perkawinan”, “Pusat Rehabilitasi Narapidana”, “Pusat orientasi Tenaga Kerja”, dan lain-lain dapat dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan khusus di masyarakat itu[6].

b. layanan Informasi
           Secara umum, bersama dengan layanan orientasi dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan orientasi dan informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, layanan orientasi dan informasi akan dapat menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling lainnya dalam kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan individu.

      Di dalam masyarakat tersedia banyak kesempatan-kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan berhubungan antara satu sama lain—tetapi tidak semua individu yang sebenarnya berkepentingan dengan kesempatan itu mengetahui dan memahaminya dengan baik. Kekurangtahuan dan kekurangpahaman itu sering membuat mereka kehilangan kesempatan, salah pilih atau salah arah, seperti salah pilih sekolah, salah pilih jurusan, salah pilih pekerjaan, dan tidak dapat meraih kesempatan dengan baik sesuai dengan cita-cita, bakat, dan minat-minatnya. Sudah tentu kejadian-kejadian ini akan sangat merugikan, tidak saja bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan. Untuk menghindari kejadian-kejadian yang dapat merugikan itu mereka perlu dibekali dengan informasi yang cukup dan akurat[7].

       Ada tiga alasan utama mengapa pemberian informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu dengan berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan, maupun sosial-budaya. Dalam masyarakat yang serba majemuk dan semakin kompleks, pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagian besar terletak di tangan individu itu sendiri. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha merangsang individu untuk dapat secara kritis  mempelajari berbagai informasi berkaitan dengan hajat hidup dan perkembangannya. Kedua, memungkinkan individu dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia ingin pergi”. Syarat dasar untuk dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. Dengan kata lain, berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan dapat membuat rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggungjawab atas rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Ketiga, setiap individu adalah unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian masing-masing individu. Pertemuan antara keunikan individu dan variasi kondisi yang ada di lingkungan dan masyarakat yang lebih luas, diharapkan dapat menciptakan berbagai kondisi baru baik bagi individu yang bersangkutan maupun bagi masyarakat, yang semuanya itu sesuai dengan keinginan individu dan masyarakat. Dengan demikian akan terciptalah dinamika perkembangan individu dan masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri individu dan masyarakat[8].

       Dengan ketiga alas an itu, layanan informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi tingkatannya. Lebih-lebih apabila diingat  bahwa “masa depan adalah abad informasi”, maka barang siapa tidak memperoleh informasi, maka ia akan tertinggal dan akan kehilangan masa depan.

    1. Jenis-jenis informasi
         1).      informasi pedidikan; meliputi data dan keterangan yang sahih dan    berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat berkenaan dengan berbagai jenis pendidikan yang ada sekarang dan yang akan datang. Materi kurikuler dan ko-kurikuler yang disajikan, syarat-syarat untuk memasuki pendidikan latihan, kondisi dan kemungkinan-kemungkinan masalah yang timbul, semuanya merupakan butir-butir pokok informasi yang amat penting. Informasi pendidikan dan latihan seperti itu perlu disebarluaskan kepada individu anggota masyarakat untuk semua umur, khususnya bagi yang masih menduduki bangku pendidikan formal. Mereka perlu mengidentifikasi tingkat-tingkat informasi pendidikan, khususnya dikatkan dengan keperluan mereka yang baru saja memasuki sekolah untuk pertama kali, memasuki SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi (PT)[9].
          2).      informasi jabatan; informasi ini dibutuhkan saat-saat transisi dari   dunia pendidikan ke dunia kerja, sering merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri selanjutnya.
Untuk memungkinkan mereka dapat dengan mudah dan aman melalui saat-saat transisi ini, mereka membutuhkan banyak pengetahuan dan penghayatan tenyang pekerjaan atau jabatan yang akan di masukinya itu.
  3).    informasi social budaya; masyarakat Indonesia dikatakan juga    masyarakat yang majemuk, karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama, dan adat istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari, namun demikian, perbedaan-perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaimana tertera dalam Lambang Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki itu hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya bercerai berai, tetapi justru menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat, yang dapat hidup berdampingan antara yang satu dengan yang lain.
                 Untuk memungkinkan setiap warga Negara Indonesia dapat hidup seperti yang dimaksud di atas, sejak dini mereka perlu dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang keadaan social budaya berbagai daerah.

    2). Metode layanan informasi di sekolah
a).   Ceramah; merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah, dalam arti metode ini dapat dilakukan hamper oleh setiap petugas bimbingan di sekolah. Disamping itu, teknik ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya yang banyak. Penyajian informasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, konselor, guru-guru, dan staf sekolah lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan narasumber, misalnya dari lembaga-lembaga pendidikan , departemen tenaga kerja, badan-badan usaha, dan lain-lain.
b).  Diskusi; penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi semacam ini dapat di organisasikan baik oleh siswa sendiri maupun oleh konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraannya dilakukan oleh para siswa, maka perlu dibuat persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk mendapatkan sebanyak mungkin  bahan informasi yang akan disajikannya, dari tangan yang lebih mengetahuinya. Konselor, guru, bertindak sebagai pengamat dan sedapt-dapatnya memberikan pengarahan ataupun melengkapi informasi –informasi yang dibahas dalam diskusi tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat ditampilkan berbagai contoh dan peragaan lainnya.
c)     Karyawisata; penggunaan karyawisata untuk maksud membantu siswa mengumpulkan informasi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara penuh baik dalam persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek yang dikunjungi. Kegiatan karyawisata dapat dilakukan diberbagai lapangan. Untuk itu, perlu dibuat variasi objek-objek yang akan dikunjungi dari waktu ke waktu. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan siswa-siswa mempunyai kesempatan mengenal banyak objek yang berbeda. Kunjungan yang bervariasi itu merupakan salah satu cara untuk memperluas minat dan mengembangkan sikap-sikap yang konstruktif.
d).  Buku panduan; buku panduan dapat membantu  siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna, selain itu siswa juga dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari Koran-koran dan media cetak lainnya. Pembuatan “buku-buku dibawah bimbingan langsung konselor”. Versi lain dari  “buku karier” itu menempelkan potongan atau guntingan rubric yang mengandung nilai informasi pendidikan jabatan dari Koran/majalah pada “papan bimbingan”.
e). Konferensi karier; selain melalui teknik-teknik yang telah diutarakan di atas, penyampaian informasi kepada siswa dapat juga dapat dilakukan melalui konferensi karier. Kadang-kadang konferensi ini juga disebut “konferensi jabatan”. Dalam konferensi karier, para narasumber dari kelompok-kelompok usaha , jawatan, atau dinas lembaga pendidikan , dan lain-lain yang diundang, mengadakan penyajian tentang  berbagai aspek program pendidikan dan latihan/pekerjaan yang diikuti oleh para siswa. Penyajian ini dilanjutkan dengan Tanya jawab dan diskusi yang secara langsung melibatkan siswa.[10]

    3).       Layanan informasi di luar sekolah
               sebagaimana  layanan orientasi, layanan informasi juga banyak diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi yang diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan di atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai informasi itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan perubahan dan perkembangan masyarakat.
              
              Cara-cara penyajian informasi kepada warga masyarakat, sebagaimana cara-cara penyajian orientasi, juga amat tergantung pada jenis informasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya. Kembali, peranan berbagai lembaga yang ada di masyarakat baik yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta atas prakarsa masyarakat sendiri, termasuk di dalamnya LBH, puskesmas, biro perjalanan, kursus-kursus, pusat-pusat pengembangan keterampilan dan pemberian jasa perlu ditonjolkan. Peranan konselor di luar sekolah dapat berada di dalam lembaga-lembaga tersebut, atau membentuk lembaga sendiri, seperti “Biro Pelayanan Orientasi dan Informasi”.[11]
           
c.Layanan Penempatan dan penyaluran
a.    Makna Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah ean madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.[12]
Individu dalam proses perkembangannya sering didapkan pada kondisi yang disatu sisi serasi atau kondusif, mendukung perkembangannya, disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismacht). Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa) oleh sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu individu yang mengalami mismatch. Layannan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Ditempat yang cocok dan serasi serta kondusif diharapkan individu diharapkan dapat mengembangkan diri secara optimal.

b.                  Tujuan layanan penempatan.
Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bias menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan non akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan rencana masa depan.[13] Dengan perkataan lain layanan penempatan dan penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik maupun psikhis atau lingkungan sosioemosional termasuk lingkungan budaya yang secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa Informasi”.[14].
Layanan Penempatan bertujuan untuk membantu peserta didik dalam mendapatkan tempat atau penyaluran yang sesuai dengan potensi yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan dirinya secara optimal. Perkembangan optimal ini akan dapat dicapai bilamana individu berada pada posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi, bakat, minat dan kemampuannya. Program layanan penempatan merupakan kelanjutan dari layanan orientasi dan informasi ini. Jika layanan orientasi memberikan infomasi secara umum, seperti tentang cara-cara belajar yang efektif, belajar kelompok, menyalurkan bakat dan minat,  sedangkan layanan penempatan lebih memperhitungkan alternatif kemungkinan penempatan peserta didik secara individual, dengan melalui pengukuran terhadap kemampuan, bakat dan minat, serta kemungkinan-kemungkinan khusus lainnya. Beberapa jenis layanan penempatan bagi peserta didik di MI/SD, yaitu :
i.                        Layanan penempatan dalam belajar di kelas
Dalam kegiatan belajar di kelas, terkadang ada peserta didik yang mengalami kesulitan menentukan pilihan kelompok belajar, posisi duduk, kegiatan belajar, dsb. Untuk menghadapi peserta didik yang demikian, layanan penempatan dapat memberikan bantuan. Peserta didik yang baru masuk kelas I MI/SD, mereka datang dari latar belakang lingkungan dan pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang sebelumnya pemah masuk TK/TKA, akan tetapi tidak sedikit yang belum pernah memasuki TK/TKA. Oleh karena itu,  mereka memasuki MI/SD dengan membawa kemampuan awal yang berbeda, terutama pada kemampuan membaca, menulis dan berhitung. Keadaan ini harus dihadapi dengan bijaksana, sehingga setiap peserta didik mendapatkan posisi yang tepat dan mereka mendapatkan suasana belajar yang menyenagkan. Guru kelas harus mampu menempatkan peserta didik secara tepat. Jika diperlukan ada tes sederhana tentang kemampuan calistung, tetapi bukan untuk seleksi masuk kelas I MI/SD. Hasil tes dapat digunakan untuk penempatan posisi duduk dan kelompok belajar di kelas. Peserta didik yang pandai dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya yang lain, atau dapat dijadikan pertimbangan untuk pembagian kelas biasa dengan kelas unggulan. Proses menempatkan peserta didik ini harus dipertimbangkan yang matang berdasarkan data atau informasi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam mengambil keputusan.
2)    Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler
Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra kurikuler sangat diperlukan agar peserta didik memperoleh kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Oleh karena itu, guru hendaknya memiliki pemahaman yang memadai tentang kemampuan, bakat dan minat setiap peserta didik binaannya, sehingga dapat menempatkan peserta didik pada kegiatan ekstra kurikuler yang sesuai. Kegiatan ekstra kurikuler di MI/SD dapat dikempokka dalam beberapa macam, sepeiti olah raga, kesenian (seni tari, seni suara, seni musik, seni gambar), kelompok ilmiah remaja, pramuka dan lain sebagainya. Dengan adanya penempatan peserta didik pada kegiatan ekstra kurikuler secara tepat, diharapkan akan mengembangkan kemampuan secara optimal.

  1. Layanan Bimbingan Belajar
a.       Pengertian belajar dan bimbingan belajar.
Setiap peserta didik, khususnya di MI/SD memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya, di samping terdapat persamaannya. Perbedaan menyangkut : Kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap, kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga, dan lain-lain. Perbedaan ini cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar setiap peserta didik, baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang dicapai peserta didik itu sendiri.
Peserta didik datang ke sekolah dengan harapan agar dapat mengikuti pendidikan atau pembelajaran dengan baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka hadapi, bersumber dari ketegangan karena tugas-tugas yang diberikan, ketidakmampuan mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan dengan teman, kemampuan dasar intelektual yang kurang, motivasi belajar yang lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain. Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh guru di luar situasi proses pembelajaran.
Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di MI/SD, selain mengajar juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku peserta didik sebagai dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar, baik secara individual maupun secara kelompok.

b.            Pengertian Belajar
Apakah belajar itu ?
Sebelum kita sampai kepada pengertian belajar, mari kita simak ilustrasi berikut ini.
Doni seorang peserta didik MI/SD kelas IV pada saat pelajaran keterampilan ia mencoba membuat pesawat terbang dari kertas, sambil melihat dan memperhatikan tentang cara melipatnya dengan kertas yang baru saja dibagikan gurun kepada seluruh peserta didik di kelas itu. Diukurnya panjang kertas sehingga terbentuk ukuran sesuai dengan gambar, diikutinya garis-garis lipatan yang harus dilakukannya. Mainan pesawat terbang yang dihasilkan dicoba diluncurkan namun ternyata tidak mau melayang dan pesawatpun jatuh tersengkur ke lantai. Dengan penuh semangat dan perasaan tak gentar, Doni kembali melihat buku tentang cara melipat dan mencoba kembali membuat mainan pesawat terbang dari kertas secara lebih cermat dengan memperhatikan ukuran kertas dan sudut lipatannya. Setelah melakukan percobaan berulang kali, akhirnya Doni menguasai teknik pembuatan mainan pesawat terbang dari kertas; dia mampu membuat dalam berbagai ukuran dan bentuk, bahkan sekarang ia mampu memberi tahu temannya tanpa melihat kembali buku.
Ilustrasi di atas, apabila dianalisis lebih mendalam menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku pada diri Doni. Perubahan perilaku tersebut meliputi :
1.      Pengetahuan tentang proses pembuatan mainan pesawat terbang dari kertas.
2.      Keterampilan dalam cara membuat mainan tersebut , serta
3.      Menyenangi dan bersikap positif terhadap cara-cara membuat mainan pesawat terbang dari kertas.
Mengapa pada diri Doni terjadi perubahan perilaku ? Karena Doni telah melakukan interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan perilaku yang dicapai individu melalui interaksi dengan lingkngannya itulah yang disebut dengan belajar.
Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para ahli, namun pada dasarnya terletak pada perubahan perilaku. Pengertian belajar di antaranya dikemukakan oleh M. Surya sebagai berikut : belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap lingkungan, yang berupa keterampilan-keterampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya.
Untuk memperoleh pengertian belajar secara komprehensif, berikut ini akan dikemukakan beberapa prinsip belajar sebagai ciri dari perbuatan belajar. Prinsip-prinsip tersebut ialah :
1.        Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku
Perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik banyak sekali baik jenis maupun sifatnya, karena itu tidak setiap perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang peserta didik menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan itu bukan karena belajar. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut.
a.    Perubahan yang disadari.
Peserta didik yang belajar menyadari terjadinya perubahan, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah, dan sebagainya. Jadi perubahan tingkah laku peserta didik yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena peserta didik yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.
b.    Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik berlangsung terus menerus, dinamis dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses berikutnya. Jika seorang peserta didik belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis menggunakan pensil/pulpen/spidol/kapur, dan sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lainnya seperti menulis surat, menyalin catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

c.    Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, semakin banyak dan semakin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan harus karena usaha peserta didik itu sendiri.
d.    Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer, dan bukan karena proses kematangan, pertumbuhan atau perkembangan.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Demikian pula perubahan yang terhadi karena proses kematangan atau pertumbuhan atau perkembangan yang lebih bersifat terjadi karena dorongan dari dalam. Perubahan dalam belajar terjadi karena pengaruh atau dorongan dari luar dan sengaja. Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik maupun psikhis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan merupakan proses perkembangan yang datang dari dalam diri individu dan bukan karena pengaruh latihan atau intervensi lingkungan. Di dalam perkembangan manusia antara kematangan dan belajar ini berkembang melalui suatu proses yang kompleks, sehingga akhirnya tidak begitu tegas batas di antara keduanya. Sebagai contoh, anak tidak belajar bicara sebelum dia mencapai kematangan untuk bicara; akan tetapi bahasa yang dia pelajari dari sesuatu yang didengarnya dari lingkungan. Ini berarti bahwa lingkunganpun turut mewarnai keterampilan bicara anak.
e.    Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai, benar-benar disadari dan terarah. Misalnya seorang peserta didik belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya.
2.        Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek tingkah laku.
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang anak telah belajar naik sepada motor, maka perubahan yang paling tampak ialah dalam keterampilan naik sepeda motor itu. Akan tetapi ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda motor, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda motor, pengetahuan tentang alat-alat sepeda motor, cita-cita untuk memiliki sepeda motor yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda motor, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.
3.        Belajar merupakan suatu proses
Perbuatan belajar merupakan suatu kegiatan, yaitu merupakan suatu bentuk usaha individu secara aktif dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan. Segala aspek tingkah laku merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berhubungan. Dengan demikian, belajar merupakan kegiatan yang berlangsung terus, aktif dan bukan keadaan diam atau pasif.
4.        Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan yang akan dicapai
Dalam proses belajar selalu ada tenaga pendorong dan ada tujuan yang akan dicapai, dan belajar juga merupakan salah satu cara individu untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya seorang peserta didik belajar komputer karena didorong oleh kebutuhan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus dikerjakan dengan komputer. Dengan demikian besarnya dorongan yang dirasakan individu dan makin jelas tujuan yang akan dicapai, maka makin besar pula usaha individu untuk melakukan kegiatan belajar.
5.         Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi individu dengan lingkungannya. Perbuatan belajar tidak dapat dipisahkan dari situasi kehidupan individu. Proses dan hasil belajar akan mewarnai dan mempengaruhi kehidupan individu. Hasil belajar yang telah dicapai individu akan merupakan pengalaman individu, demikian pula pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu akan menyebabkan individu itu belajar.



Rangkuman
1)      Layanan orientasi mengacu pada diperkenalkannya individu atau klien kepada lingkungan yang baru dimasukinya. Dengan program orientasi itu proses penyesuaian diri individu kepada lingkungan biasanya akan lebih cepat sehingga ia dapat menjalani perkembangan dan kehidupannya di lingkungan yang baru itu secara optimal.
2)      Layanan informasi amat dibutuhkan oleh individu-individu yang perlu mempertimbangkan dan hendak mengambil keputusan tentang sesuatu (misalnya pilihan sekolah lanjutan), tetapi belum memiliki pemahaman yang cukup tentang berbagai hal berkenaan dengan apa yang diputuskan itu. Secara garis besar diketahui adanya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi social budaya. Berbagai informasi itu diperlukan oleh individu-individu, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Metode layanan informasi yang lazim dipakai ialah ceramah, diskusi, karyawisata, buku panduan, dan konferensi karier.
3)      Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama masih di sekolah ean madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.[15]
4)      Layanan bimbingan belajar adalah suatu kegiatan layanan yang  dilakukan kepada individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap lingkungan, yang berupa keterampilan-keterampilan, sikap, kecakapan, pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya.



                                                                                 
Latihan
1.      Setelah anda mengikuti proses perkuliahan tadi, berlatihlan dengan cara melakukan wawancara dengan konselor di sebuah sekolah tentang program orientasi  yang dilakukan oleh sekolah itu bagi para siswanya.
2.      Bandingkanlah hasil wawancara itu dengan butir-butir tentang layanan orientasi meliputi;
a. materi yang di orientasikan
b. bagaimana materi itu diperoleh
c. cara pelaksanaan kegiatan orientasi
d. siapa saja yang terlibat dalam kegiatan itu,
e. hasil-hasil kegiatan orientasi,
f. perencanaan program orientasi setiap tahun, dalam kaitannya dengan program bimbingan dan konseling secara  menyeluruh di sekolah itu.
3.      Diskusikan hasil pada nomor a tersebut dengan sejumlah kawan anda, dan kemukakanlah berbagai saran untuk meningkatkan program orientasi di sekolah itu. (diskusi itu akan lebih berbobot apabila konselor sekolah yang dimaksud diundang hadir dan berpartisipasi penuh dalam diskusi itu).
4.      Sama dengan tugas pada nomor 1 untuk layanan informasi di suatu sekolah


5.       
Daftar Pustaka

Allen, J.& McKean, J. trasition to junior high school; Strategies for Change.” Dalam The School Counselor, 1984.
Anastasi. What Counselor should know about the use and Interpretation of Psychological test. Dalam journal of Counseling and Development, 1992
Brammer, L.M. & Shostrom, E.L. Therapeutic Psychology Englewood Eliffs, New Jersey; Prentice Hall, Inc, 1982.
Coomier, L.S. & Bernard, J.M. Ethical and legal responsibilities of clinical supervisor.” dalam The Personel and Guidance Journal, 1982
Cronbach, L. Essentials in Psychological Testing. New York; Harper & Row, 1970.
Gazda, G.M. Group Counseling; A Developmental Approach. Boston; Ally and Bacon, 1978
Hansen, J.C., Stevic, R.R. & Warner, R.W. Counseling; Theory and Process. Boston; Allyn and Bacon, Inc, 1977.
Larrabe, M.J. & Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The School Counselor, 1984.
Norris, W.; Hact, R.N.; Engelkes, J.R. & Winborn, B.B. The Career Information Service. Chicago; Rand McNally collage Publising  Company
Prayitno. Dasar dan Profil Bimbingan Kelompok. Padang; P4T IKIP Padang (tidak diterbitkan)
---------. Profesionalisasi Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta; P2LPTK Depdikbud, 1987.
---------, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta; IKAPI, 2004
Gunawan, yusuf dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 1989




[1] Yusup Gunawan dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 1989
[2]. Prayitno, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta; IKAPI, 2004
[3] . Allen, J.& McKean, J. trasition to junior high school; Strategies for Change.” Dalam The School Counselor, 1984.
[4] . Anastasi. What Counselor should know about the use and Interpretation of Psychological test. Dalam journal of Counseling and Development, 1992
[5] Brammer, L.M. & Shostrom, E.L. Therapeutic Psychology Englewood Eliffs, New Jersey; Prentice Hall, Inc, 1982.
[6] Larrabe, M.J. & Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The School Counselor, 1984.

[7] Larrabe, M.J. & Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The School Counselor, 1984.
[8] Hansen, J.C., Stevic, R.R. & Warner, R.W. Counseling; Theory and Process. Boston; Allyn and Bacon, Inc, 1977.
[9] Norris, W.; Hact, R.N.; Engelkes, J.R. & Winborn, B.B. The Career Information Service. Chicago; Rand McNally collage Publising  Company
[10] Cronbach, L. Essentials in Psychological Testing. New York; Harper & Row, 1970.
[11] Cronbach, L. Essentials in Psychological Testing. New York; Harper & Row, 1970.
[12] Tohirin,  Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis Integrasi)
Jakarta, Raja Grafindo, 2011.

[13] Ibid, 2011.
[14] Prayitno,  Bimbingan dan konseling di sekolah, Jakarta, Raja Grafindo, 1988

[15] Tohirin,  Bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah (berbasis Integrasi)
Jakarta, Raja Grafindo, 2011.

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates