Pendahuluan
Setelah
dipahami pengertian, dasar-dasar dan prinsip organisasi BK di sekolah, pola
organisasi dan personil serta pembagian tugas dalam bimbingan dan konseling
disekolah. Perkuliahan pada paket ini difokuskan pada administrasi kegiatan dan layanan
dalam bimbingan dan konseling di sekolah. Kajian
dalam paket ini membahas
jenis-jenis layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling, meliputi layanan
orientasi dan informasi, penempatan dan penyaluran, bimbingan belajar,
konseling perorangan, bimbingan dan konseling kelompok, serta kegiatan
penunjang. Adapun uraian materi ini dimaksudkan untuk memberikan
wawasan yang mendasari pemahaman awal tentang masing-masing jenis layanan dan kegiatan
dimaksudkan.
Untuk
setiap layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling pada paket ini menyajikan
uraian tentang pengertian, tujuan, pokok-pokok layanan atau kegiatan,
kemungkinan pelaksanaanya, dan hal-hal khusus yang perlu mendapat perhatian berkenaan
dengan layanan atau kegiatan layanan itu. Uraian itu diharapka menjadi dasar
dan titik tolak pembahasan tentang layanan dan kegiatan yang dimaksudkan, yang
selanjutnya akan ditindak lanjuti dengan pendalaman dan pengembangan
keterampilannya dalam pembahasan dan pelatihan tersendiri.
Sebelum
perkuliahan berlangsung, dosen menampilkan slide materi organisasi, administrasi
dan supervise bimbingan dan konseling di sekolah untuk memancing ide-ide
kreatif mahasiswa dalam upaya memahami materi yang dimaksudkan. Mahasiswa
juga diberi tugas untuk membaca uraian materi dan mendiskusikannya dengan panduan lembar
kegiatan. Dengan dikuasainya administrasi kegiatan layanan dalam bimbingan dan
konseling di sekolah dari Paket 5 ini diharapkan dapat menjadi modal bagi mahasiswa untuk
mempelajari paket selanjutnya.
Penyiapan
media pembelajaran dalam perkuliahan ini sangat penting. Perkuliahan ini
memerlukan media pembelajaran berupa LCD dan laptop sebagai salah satu media
pembelajaran yang dapat mengefektifkan perkuliahan, serta kertas plano, spidol
dan solasi sebagai alat menuangkan kreatifitas hasil perkuliahan dengan membuat
peta konsep.
Rencana Pelaksanaan Perkuliahan
Kompetensi Dasar
Mahasiswa
mendeskripsikan administrasi kegiatan layanan dalam bimbingan
dan konseling di sekolah.
Indikator
Pada akhir
perkuliahan mahasiswa diharapkan dapat:
1. menjelaskan pengertian
administrasi bimbingan konseling di sekolah,
2. menjelaskan jenis-jenis kegiatan layanan BK di
sekolah
3. mengidentifikasi jenis-jenis
kegiatan layanan BK di sekolah
4.
menganalisis berbagai macam jenis-jenis kegiatan layanan BK di sekolah
Waktu
3 x 50 menit
Materi Pokok
Administrasi kegiatan layanan dalam BK di sekolah:
1. Pengertian administrasi
2. Jenis-jenis kegiatan layanan orientasi dan informasi,
layanan penempatan dan penyaluran serta
layanan bimbingan belajar dalam bimbingan dan konseling di sekolah
3. Urgensi
kegiatan layanan orientasi dan
informasi , layanan penempatan dan penyaluran
serta layanan bimbingan belajar dalam 4bimbingan dan konseling di
sekolah
Kegiatan Perkuliahan
Kegiatan Awal (15 menit)
1. Brainstorming dengan cara mencermati beberapa data
dalam satuan layanan antara lain kegiatan layanan orientasi dan informasi
bimbingan dan konseling di sekolah yang ditampilkan melaui slide power point
2. Memotivasi mahasiswa melalui informasi tentang
gambaran pelaksanaan layanan konseling yang menyenangkan.
3. Menyampaikan tujuan perkuliahan dan urgensi dari
paket 5 ini.
Kegiatan Inti (70 menit)
1. Membagi mahasiswa dalam 4 kelompok dengan cara
menghitung secara urut angka 1 s/d 4 dan masing-masing angka yang sama
membentuk kelompok.
2. Masing-masing kelompok mendiskusikan sub tema untuk
dibuat mind map dengan pembagian:
Kelompok
1: jenis layanan orientasi
Kelompok
2: jenis layanan informasi
Kelompok
3 : Layanan Penempatan dan penyaluran.
Kelompok
4 : Layanan Bimbingan belajar.
3. Hasil diskusi yang telah di tulis di kertas plano
dipajang disekitar kelas dan dijaga oleh ketua kelompoknya agar hasil itu dapat diamati oleh kelompok lainnya
4. Ketua kelompok bertugas membantu menjelaskan
apabila dari kelompok lain yang melakukan pengamatan hasil menanyakan sesuatu
yang dieasa belum jelas
5. Penguatan hasil diskusi dari dosen
6.
Dosen
memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk menanyakan sesuatu yang belum paham
atau menyampaikan konfirmasi
Kegiatan Penutup (10 menit)
1.
Menyimpulkan
hasil perkuliahan
2.
Memberi
dorongan psikologis/saran/nasehat tentang
kegiatan layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran serta
layanan belajar sebagai funsi prefentif
3.
Refleksi
hasil perkuliahan oleh mahasiswa
Kegiatan Tindak lanjut (5 menit)
1.
Memberi tugas latihan
2.
Mempersiapkan
perkuliahan selanjutnya.
Lembar Kegiatan
Membuat Peta Konsep (Mind
Map), Simulasi jenis-jenis layanan kegiatan dalam bimbingan dan konseling
di sekolah.
Tujuan
Mahasiswa dapat membuat peta konsep untuk membangun pemahaman tentang administrasi kegiatan layanan
dalam bimbingan konseling di sekolah melalui kreatifitas ungkapan ide dari
anggota kelompok yang dituangkan dalam
bentuk mind maping.
Bahan dan
Alat
Kertas plano, spidol berwarna, dan isolasi.
Langkah
Kegiatan
1.
Bekerjalah
anda dalam kelas untuk mendiskusikan materi administrasi kegiatan layanan ini
dengan membagi menjadi 4 kelompok dengan cara menghitung
secara urut angka 1 s/d 4 dan masing-masing angka yang sama membentuk kelompok.
2.
Pilihlah seorang pemandu kerja
kelompok dan penulis konsep hasil kerja yang sekaligus akan menjadi informan
pada bazaar hasil diskusi
3.
Masing-masing
kelompok mendiskusikan sub tema untuk dibuat mind map dengan pembagian:
Kelompok 1: jenis layanan orientasi
Kelompok 2: jenis layanan informasi
Kelompok 3 : Layanan Penempatan dan penyaluran.
Kelompok 4 : Layanan Bimbingan belajar.
4.
Hal-hal
yang harus dilakukan oleh masing-masing kelompok adalah : a. Mendefinisikan
makna layanannya
b.
Menjelaskan tujuan layanannya
c.
Mengidentifikasi isi layanannya
d.
Menjelaskan tekhnik layannannya.
5.
Diskusikan materi yang telah
ditentukan dengan anggota kelompok!
6.
Tuliskan hasil diskusi dalam
bentuk Peta Konsep sebagaimana dalam contoh gambar di atas!
7.
Hasil
diskusi yang telah di tulis di kertas plano dipajang disekitar kelas dan dijaga
oleh ketua kelompoknya agar hasil itu
dapat diamati oleh kelompok lainnya
8.
Ketua
kelompok bertugas membantu menjelaskan apabila dari kelompok lain yang
melakukan pengamatan hasil menanyakan sesuatu yang dieasa belum jelas
Uraian Materi
ADMINISTRASI
KEGIATAN LAYANAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH (SATLAN 1)
- Pengertian Administrasi BK di sekolah
Administrasi merupakan proses pengurusan
yaitu, mengadakan perencanaan tugas-tugas eksekutif; pengawasan pengarahan dan
pelaksanaan prinsip-prinsipp untuk mencapai tujuan suatu organisasi. Kegiatan
administrasi ini meliputi perencanaan, pengarahan, pengkontrolan, dan
pengawasan, pelaksanaan organisasi itu untuk mencapai tujuannya. Administrator
adalah pembuat keputusan. Simon menekankan keputusan harus mencerminkan
pemikiran orang banyak.
Adapun
petugas administrasi bimbingan konseling disekolah;
Ø mengisi
kartu pribadi siswa
Ø menyimpan
catatan-catatan (record) dan data lainnya
Ø menyelesaikan
laporan dan pengumpulan data tentang siswa
Ø mengirim dan
menerima surat panggilan dan surat pemberitahuan
Ø menyiapkan
alat-alat atau formulir pengumpulan data siswa, seperti; angket, observasi,
wawancara, riwayat hidup, sosiometri dan sosiogram, kunjungan rumah, panggilan
orang tua, pemeriksaan kesehatan, dan pemeriksaan psikologis[1].
2. Administrasi Kegiatan Layanan dalam Bimbingan dan Konseling disekolah
a. Layanan Orientasi
Layanan orientasi adalah layanan bimbingan yang dilakukan untuk
memperkenalkan siswa baru dan atau seseorang terhadap lingkungan yang baru
dimasukinya. Pemberian layanan ini bertolak dari anggapan bahwa memasuki
lingkungan baru bukanlah hal yang selalu dapat berlangsung dengan mudah dan menyenangkan
bagi setiap orang. Ibarat seseorang yang baru pertama kali dating ke sebuah
kota besar, maka ia berada dalam keadaan serba “buta” buta tentang ara yang
hendak dituju, buta tentang jalan-jalan, dan buta tentang itu dan ini. Akibat
dari kebutaannya itu, tidak jarang ada yang tersesat dan tidak mencapai apa
yang hendak ditujunya. Demikian juga bagi siswa baru di sekolah dan atau bagi
orang-orang yang baru memasuki suatu dunia kerja, mereka belum banyak mengenal
lingkungan yang baru dimasukinya[2].
Adapun
macam-macam layanan orientasi adalah;
1).
Layanan orientasi di sekolah
bagi siswa, ketidakkenalan atau
ketidaktahuannya terhadap lingkungan lembaga pendidikan (sekolah) yang di
sekolah baru dimasukinya itu dapat memperlambat kelangsungan proses belajarnya
kelak. Bahkan lebih jauh dari itu dapat membuatnya tidak mencapai hasil belajar
yang diharapkan. Oleh sebab itu, mereka perlu diperkenalkan dengan berbagai hal
tentang lingkungan lembaga pendidikan yang baru itu.
Allan & McKean menegaskan bahwa
tanpa program-program orientasi, periode penyesuaian untuk sebagian besar siswa
berlangsung kira-kira tiga atau empat bulan. Dalam kaitan itu, penelitian Allan
& McKean menunjukkan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu;
Ø Program
orientasi yang efektif mempercepat proses adaptasi; dan juga memberikan kemudahan untuk
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.
Ø Murid-murid
yang mengalami mesalah penyesuaian ternyata kurang berhasil di sekolah.
Ø Anak-anak
dari kelas sosio-ekonomi yang rendah memerlukan waktu yang lebih lama untuk
menyesuaikan diri daripada anak-anak dari kelas sosio-ekonomi yang lebih tinggi[3]
Individu yang memasuki lingkungan baru
perlu segera dan secepat mungkin memahami lingkungan barunya itu. Hal-hal yang
perlu diketahui itu pada garis besarnya adalah keadaan lingkunga fisik (seperti
gedung-gedung, peralatan, kemudahan-kemudahan fisik), materi dan kondisi
kegiatan (seperti jenis kegiatan, lamanya kegiatan berlangsung, syarat-syarat
bekerja, suasana kerja), peraturan dan berbagai ketentuan lainnya (seperti
disiplin, hak dan kewajiban), jenis personal yang ada tugas masing-masing dan
saling hubungan diantara mereka. Untuk lingkungan sekolah misalnya, materi
orientasi yang mendapat penekanan adalah;
1)
System penyelenggaraan pendidikan pada umumnya
2)
Kurikulum yang ada
3)
Penyelenggaraan pengajaran
4)
Kegiatan belajar siswa yang diharapkan
5)
System penilaian, ujian, dan kenaikan kelas
Fasilitas dan sumber belajar yang ada (seperti
ruang kelas, laboratorium,
perpustakaan, ruang praktek)
6)
Fasilitas penunjang (sarana olah raga dan rekreasi,
pelayanan kesehatan, pelayanan bimbingan dan konseling, kafetaria, dan tata
usaha)
7)
Staf pengajar dan tata usaha
8)
Hak dan kewajiban siswa
9)
Organisasi siswa
10)
Organisasi orang tua siswa
11)
Organisasi sekolah secara menyeluruh[4]
2). Metode layanan orientasi sekolah
keluasan dan kedalaman masing-masing pokok
materi di atas yang disampaikan kepada siswa disesuaikan dengan jenjang sekolah
dan tingkat perkembangan anak. Untuk anank-anak yang baru memasuki kelas satu
SD, tentulah materi-materi tersebut tidak perlu (dan tidak dapat) disampaikan
kepada anak-anak yang masih sangat mudah itu. Pokok-pokok materi itu sebaiknya
disampaikan kepada orang tua murid. Pemahaman orang tua terhadap berbagai
meteri itu akan membantu mereka memberikan kemudahan dan pelayanan kepada
anak-anak mereka untuk dapat mengikuti pendidikan di SD dengan sebaik-baiknya[5].
3).
layanan orientasi di luar sekolah
demikian juga individu-individu yang
memasuki lingkungan baru di luar (seperti pegawai baru, anggota baru suatu
organisasi, bekas narapidana yang kembali ke masyarakat setelah sekian lama
menjalani masa hukumannya, dan tidak terkecuali pengantin baru), memerlukan
orientasi tentang lingkungan barunya itu. Dengan orientasi itu proses penyesuaian
diri atau penyesuaian diri kembali akan memperoleh sokongan yang amat berarti.
Cara penyajian orientasi di luar
sekolah sangat tergantung pada jenis orientasi yang diperlukan dan siapa yang
memerlukannya. Lembaga-lembaga seperti “Badan Penasehat Perkawinan”, “Pusat
Rehabilitasi Narapidana”, “Pusat orientasi Tenaga Kerja”, dan lain-lain dapat
dibentuk dan konselor menjadi tenaga ahli serta penggerak lembaga bantuan
khusus di masyarakat itu[6].
b. layanan Informasi
Secara umum, bersama dengan layanan
orientasi dengan layanan orientasi bermaksud memberikan pemahaman kepada
individu-individu yang berkepentingan tentang berbagai hal yang diperlukan
untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan atau untuk menentukan arah suatu
tujuan atau rencana yang dikehendaki. Dengan demikian, layanan orientasi dan
informasi itu pertama-tama merupakan perwujudan dari fungsi pemahaman pelayanan
bimbingan dan konseling. Lebih jauh, layanan orientasi dan informasi akan dapat
menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling lainnya dalam
kaitan antara bahan-bahan orientasi dan informasi itu dengan permasalahan
individu.
Di dalam masyarakat tersedia banyak
kesempatan-kesempatan pendidikan, kesempatan bekerja, kesempatan berhubungan
antara satu sama lain—tetapi tidak semua individu yang sebenarnya berkepentingan
dengan kesempatan itu mengetahui dan memahaminya dengan baik. Kekurangtahuan
dan kekurangpahaman itu sering membuat mereka kehilangan kesempatan, salah
pilih atau salah arah, seperti salah pilih sekolah, salah pilih jurusan, salah
pilih pekerjaan, dan tidak dapat meraih kesempatan dengan baik sesuai dengan
cita-cita, bakat, dan minat-minatnya. Sudah tentu kejadian-kejadian ini akan
sangat merugikan, tidak saja bagi individu yang bersangkutan, tetapi juga bagi
masyarakat secara keseluruhan. Untuk menghindari kejadian-kejadian yang dapat
merugikan itu mereka perlu dibekali dengan informasi yang cukup dan akurat[7].
Ada tiga alasan utama mengapa pemberian
informasi perlu diselenggarakan. Pertama, membekali individu dengan
berbagai pengetahuan tentang lingkungan yang diperlukan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi berkenaan dengan lingkungan sekitar, pendidikan, jabatan,
maupun sosial-budaya. Dalam masyarakat yang serba majemuk dan semakin kompleks,
pengambilan keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan sebagian besar terletak
di tangan individu itu sendiri. Dalam hal ini, layanan informasi berusaha merangsang
individu untuk dapat secara kritis mempelajari berbagai informasi berkaitan
dengan hajat hidup dan perkembangannya. Kedua, memungkinkan individu
dapat menentukan arah hidupnya “kemana dia ingin pergi”. Syarat dasar untuk
dapat menentukan arah hidup adalah apabila ia mengetahui apa (informasi) yang
harus dilakukan serta bagaimana bertindak secara kreatif dan dinamis
berdasarkan atas informasi-informasi yang ada itu. Dengan kata lain,
berdasarkan atas informasi yang diberikan itu individu diharapkan dapat membuat
rencana-rencana dan keputusan tentang masa depannya serta bertanggungjawab atas
rencana dan keputusan yang dibuatnya itu. Ketiga, setiap individu adalah
unik. Keunikan itu akan membawakan pola-pola pengambilan keputusan dan
bertindak yang berbeda-beda disesuaikan dengan aspek-aspek kepribadian
masing-masing individu. Pertemuan antara keunikan individu dan variasi kondisi
yang ada di lingkungan dan masyarakat yang lebih luas, diharapkan dapat
menciptakan berbagai kondisi baru baik bagi individu yang bersangkutan maupun
bagi masyarakat, yang semuanya itu sesuai dengan keinginan individu dan
masyarakat. Dengan demikian akan terciptalah dinamika perkembangan individu dan
masyarakat berdasarkan potensi positif yang ada pada diri individu dan
masyarakat[8].
Dengan ketiga alas an itu, layanan
informasi merupakan kebutuhan yang amat tinggi tingkatannya. Lebih-lebih
apabila diingat bahwa “masa depan adalah
abad informasi”, maka barang siapa tidak memperoleh informasi, maka ia akan
tertinggal dan akan kehilangan masa depan.
1. Jenis-jenis
informasi
1). informasi
pedidikan; meliputi data dan keterangan yang sahih dan berguna tentang kesempatan dan syarat-syarat
berkenaan dengan berbagai jenis pendidikan yang ada sekarang dan yang akan
datang. Materi kurikuler dan ko-kurikuler yang disajikan, syarat-syarat untuk
memasuki pendidikan latihan, kondisi dan kemungkinan-kemungkinan masalah yang
timbul, semuanya merupakan butir-butir pokok informasi yang amat penting.
Informasi pendidikan dan latihan seperti itu perlu disebarluaskan kepada
individu anggota masyarakat untuk semua umur, khususnya bagi yang masih
menduduki bangku pendidikan formal. Mereka perlu mengidentifikasi
tingkat-tingkat informasi pendidikan, khususnya dikatkan dengan keperluan
mereka yang baru saja memasuki sekolah untuk pertama kali, memasuki SLTP, SLTA,
dan Perguruan Tinggi (PT)[9].
2).
informasi
jabatan; informasi ini dibutuhkan saat-saat transisi dari dunia pendidikan ke dunia kerja, sering
merupakan masa yang sangat sulit bagi banyak orang muda. Kesulitan itu terletak
tidak saja dalam mendapatkan jenis pekerjaan yang cocok, tetapi juga dalam
penyesuaian diri dengan suasana kerja yang baru dimasuki dan pengembangan diri
selanjutnya.
Untuk memungkinkan mereka dapat dengan mudah dan
aman melalui saat-saat transisi ini, mereka membutuhkan banyak pengetahuan dan
penghayatan tenyang pekerjaan atau jabatan yang akan di masukinya itu.
3). informasi social budaya; masyarakat
Indonesia dikatakan juga masyarakat
yang majemuk, karena berasal dari berbagai suku bangsa, agama, dan adat
istiadat serta kebiasaan-kebiasaan yang berbeda. Perbedaan-perbedaan ini sering
pula membawa perbedaan dalam pola dan sikap hidup sehari-hari, namun demikian,
perbedaan-perbedaan itu tetap dalam kesatuan sebagaimana tertera dalam Lambang
Negara Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika”. Perbedaan-perbedaan yang dimiliki itu
hendaknya tidak mengakibatkan masyarakatnya bercerai berai, tetapi justru
menjadi sumber inspirasi dalam hidup bernegara, berbangsa dan bermasyarakat,
yang dapat hidup berdampingan antara yang satu dengan yang lain.
Untuk memungkinkan setiap warga Negara
Indonesia dapat hidup seperti yang dimaksud di atas, sejak dini mereka perlu
dibekali dengan pengetahuan dan pemahaman isi informasi tentang keadaan social
budaya berbagai daerah.
2). Metode
layanan informasi di sekolah
a). Ceramah;
merupakan metode pemberian informasi yang paling sederhana, mudah dan murah,
dalam arti metode ini dapat dilakukan hamper oleh setiap petugas bimbingan di
sekolah. Disamping itu, teknik ini juga tidak memerlukan prosedur dan biaya
yang banyak. Penyajian informasi dapat dilakukan oleh kepala sekolah, konselor,
guru-guru, dan staf sekolah lainnya. Atau dapat juga dengan mendatangkan
narasumber, misalnya dari lembaga-lembaga pendidikan , departemen tenaga kerja,
badan-badan usaha, dan lain-lain.
b). Diskusi;
penyampaian informasi kepada siswa dapat dilakukan melalui diskusi. Diskusi
semacam ini dapat di organisasikan baik oleh siswa sendiri maupun oleh
konselor, atau guru. Apabila diskusi penyelenggaraannya dilakukan oleh para
siswa, maka perlu dibuat persiapan yang matang. Siswa hendaknya didorong untuk
mendapatkan sebanyak mungkin bahan
informasi yang akan disajikannya, dari tangan yang lebih mengetahuinya.
Konselor, guru, bertindak sebagai pengamat dan sedapt-dapatnya memberikan
pengarahan ataupun melengkapi informasi –informasi yang dibahas dalam diskusi
tersebut. Selanjutnya, untuk menarik perhatian para peserta dapat ditampilkan
berbagai contoh dan peragaan lainnya.
c) Karyawisata;
penggunaan karyawisata untuk maksud membantu siswa mengumpulkan informasi dan
mengembangkan sikap-sikap yang positif, menghendaki siswa berpartisipasi secara
penuh baik dalam persiapan maupun pelaksanaan berbagai kegiatan terhadap objek
yang dikunjungi. Kegiatan karyawisata dapat dilakukan diberbagai lapangan.
Untuk itu, perlu dibuat variasi objek-objek yang akan dikunjungi dari waktu ke
waktu. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan siswa-siswa mempunyai kesempatan
mengenal banyak objek yang berbeda. Kunjungan yang bervariasi itu merupakan
salah satu cara untuk memperluas minat dan mengembangkan sikap-sikap yang
konstruktif.
d). Buku
panduan; buku panduan dapat membantu
siswa dalam mendapatkan banyak informasi yang berguna, selain itu siswa
juga dapat diajak membuat “buku karier” yang merupakan kumpulan berbagai
artikel dan keterangan tentang pekerjaan/pendidikan dari Koran-koran dan media
cetak lainnya. Pembuatan “buku-buku dibawah bimbingan langsung konselor”. Versi
lain dari “buku karier” itu menempelkan
potongan atau guntingan rubric yang mengandung nilai informasi pendidikan
jabatan dari Koran/majalah pada “papan bimbingan”.
e). Konferensi karier; selain melalui teknik-teknik
yang telah diutarakan di atas, penyampaian informasi kepada siswa dapat juga
dapat dilakukan melalui konferensi karier. Kadang-kadang konferensi ini juga
disebut “konferensi jabatan”. Dalam konferensi karier, para narasumber dari
kelompok-kelompok usaha , jawatan, atau dinas lembaga pendidikan , dan
lain-lain yang diundang, mengadakan penyajian tentang berbagai aspek program pendidikan dan latihan/pekerjaan
yang diikuti oleh para siswa. Penyajian ini dilanjutkan dengan Tanya jawab dan
diskusi yang secara langsung melibatkan siswa.[10]
3). Layanan informasi di luar sekolah
sebagaimana layanan orientasi, layanan informasi juga
banyak diperlukan oleh warga masyarakat di luar sekolah. Jenis-jenis informasi
yang diperlukan itu pada dasarnya sejalan dengan informasi yang telah diuraikan
di atas, yaitu informasi berkenaan dengan penghidupan yang lebih luas, yaitu
perikehidupan beragama, berkeluarga, bekerja, bermasyarakat, dan bernegara
dapat merupakan kebutuhan banyak warga masyarakat. Rincian berbagai informasi
itu agaknya tidak terbatas, selalu dapat berubah sesuai dengan perubahan dan
perkembangan masyarakat.
Cara-cara penyajian informasi kepada
warga masyarakat, sebagaimana cara-cara penyajian orientasi, juga amat
tergantung pada jenis informasi yang diperlukan dan siapa yang memerlukannya.
Kembali, peranan berbagai lembaga yang ada di masyarakat baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta atas prakarsa masyarakat sendiri,
termasuk di dalamnya LBH, puskesmas, biro perjalanan, kursus-kursus,
pusat-pusat pengembangan keterampilan dan pemberian jasa perlu ditonjolkan.
Peranan konselor di luar sekolah dapat berada di dalam lembaga-lembaga
tersebut, atau membentuk lembaga sendiri, seperti “Biro Pelayanan Orientasi dan
Informasi”.[11]
c.Layanan
Penempatan dan penyaluran
a.
Makna
Layanan penempatan dan penyaluran
Layanan penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa
depannya selama masih di sekolah ean madrasah dan sesudah tamat, memilih
program studi lanjutan sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.[12]
Individu dalam proses perkembangannya sering
didapkan pada kondisi yang disatu sisi serasi atau kondusif, mendukung
perkembangannya, disisi lain kurang serasi atau kurang mendukung (mismacht).
Kondisi mismatch berpotensi menimbulkan masalah pada individu (siswa) oleh
sebab itu, layanan penempatan dan penyaluran diupayakan untuk membantu individu
yang mengalami mismatch. Layannan ini berusaha meminimalisasi kondisi mismatch
yang terjadi pada individu sehingga individu dapat mengembangkan potensi
dirinya secara optimal. Ditempat yang cocok dan serasi serta kondusif
diharapkan individu diharapkan dapat mengembangkan diri secara optimal.
b.
Tujuan layanan penempatan.
Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya
siswa bias menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkup kegiatan
non akademik yang menunjang perkembangannya serta semakin merealisasikan
rencana masa depan.[13] Dengan perkataan lain layanan penempatan dan
penyaluran bertujuan agar siswa memperoleh tempat yang sesuai untuk
pengembangan potensi dirinya. Tempat yang dimaksud adalah lingkungan baik fisik
maupun psikhis atau lingkungan sosioemosional termasuk lingkungan budaya yang
secara langsung berpengaruh terhadap kehidupan dan perkembangan siswa Informasi”.[14].
Layanan Penempatan bertujuan untuk
membantu peserta didik dalam mendapatkan tempat atau penyaluran yang sesuai
dengan potensi yang dimilikinya sehingga dapat mengembangkan dirinya secara
optimal. Perkembangan optimal ini akan dapat dicapai bilamana individu berada
pada posisi yang sesuai dengan karakteristik pribadi, bakat, minat dan
kemampuannya. Program layanan penempatan merupakan kelanjutan dari layanan
orientasi dan informasi ini. Jika layanan orientasi memberikan infomasi secara
umum, seperti tentang cara-cara belajar yang efektif, belajar kelompok,
menyalurkan bakat dan minat, sedangkan
layanan penempatan lebih memperhitungkan alternatif kemungkinan penempatan
peserta didik secara individual, dengan melalui pengukuran terhadap kemampuan,
bakat dan minat, serta kemungkinan-kemungkinan khusus lainnya. Beberapa jenis
layanan penempatan bagi peserta didik di MI/SD, yaitu :
i.
Layanan penempatan dalam belajar
di kelas
Dalam kegiatan belajar di kelas,
terkadang ada peserta didik yang mengalami kesulitan menentukan pilihan
kelompok belajar, posisi duduk, kegiatan belajar, dsb. Untuk menghadapi peserta
didik yang demikian, layanan penempatan dapat memberikan bantuan. Peserta didik
yang baru masuk kelas I MI/SD, mereka datang dari latar belakang lingkungan dan
pengalaman yang berbeda satu sama lain. Ada peserta didik yang sebelumnya pemah
masuk TK/TKA, akan tetapi tidak sedikit yang belum pernah memasuki TK/TKA. Oleh
karena itu, mereka memasuki MI/SD dengan
membawa kemampuan awal yang berbeda, terutama pada kemampuan membaca, menulis
dan berhitung. Keadaan ini harus dihadapi dengan bijaksana, sehingga setiap
peserta didik mendapatkan posisi yang tepat dan mereka mendapatkan suasana
belajar yang menyenagkan. Guru kelas harus mampu menempatkan peserta didik
secara tepat. Jika diperlukan ada tes sederhana tentang kemampuan calistung,
tetapi bukan untuk seleksi masuk kelas I MI/SD. Hasil tes dapat digunakan untuk
penempatan posisi duduk dan kelompok belajar di kelas. Peserta didik yang
pandai dapat menjadi tutor sebaya bagi temannya yang lain, atau dapat dijadikan
pertimbangan untuk pembagian kelas biasa dengan kelas unggulan. Proses
menempatkan peserta didik ini harus dipertimbangkan yang matang berdasarkan
data atau informasi yang memadai, sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam
mengambil keputusan.
2) Layanan penempatan dalam kegiatan ekstra
kurikuler
Layanan penempatan dalam kegiatan
ekstra kurikuler sangat diperlukan agar peserta didik memperoleh kegiatan yang
sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya. Oleh karena itu, guru hendaknya
memiliki pemahaman yang memadai tentang kemampuan, bakat dan minat setiap
peserta didik binaannya, sehingga dapat menempatkan peserta didik pada kegiatan
ekstra kurikuler yang sesuai. Kegiatan ekstra kurikuler di MI/SD dapat
dikempokka dalam beberapa macam, sepeiti olah raga, kesenian (seni tari, seni
suara, seni musik, seni gambar), kelompok ilmiah remaja, pramuka dan lain
sebagainya. Dengan adanya penempatan peserta didik pada kegiatan ekstra
kurikuler secara tepat, diharapkan akan mengembangkan kemampuan secara optimal.
- Layanan Bimbingan Belajar
a.
Pengertian
belajar dan bimbingan belajar.
Setiap peserta didik, khususnya di MI/SD memiliki perbedaan
antara satu dengan lainnya,
di samping
terdapat persamaannya. Perbedaan
menyangkut : Kapasitas intelektual, keterampilan, motivasi, persepsi, sikap,
kemampuan, minat, latar belakang kehidupan dalam keluarga, dan lain-lain.
Perbedaan ini cenderung akan mengakibatkan adanya perbedaan pula dalam belajar
setiap peserta didik, baik dalam kecepatan belajarnya maupun keberhasilan yang
dicapai peserta didik itu sendiri.
Peserta didik datang ke sekolah dengan harapan agar
dapat mengikuti pendidikan atau pembelajaran dengan
baik. Tetapi tidak selamanya demikian. Ada berbagai masalah yang mereka hadapi,
bersumber dari ketegangan karena tugas-tugas yang diberikan, ketidakmampuan
mengerjakan tugas, keinginan untuk bekerja sebaik-baiknya tetapi tidak mampu, persaingan
dengan teman, kemampuan dasar intelektual yang kurang, motivasi belajar yang
lemah, kurangnya dukungan orang tua, guru yang kurang ramah, dan lain-lain.
Masalah-masalah tersebut tidak selalu dapat diselesaikan dalam situasi
belajar-mengajar di kelas, melainkan memerlukan pelayanan secara khusus oleh
guru di luar situasi proses pembelajaran.
Peran dan fungsi serta tanggung jawab guru di MI/SD, selain mengajar
juga perlu memperhatikan keragaman karakteristik perilaku peserta didik sebagai
dasar penentuan jenis bantuan dan layanan dalam bimbingan belajar, baik secara
individual maupun secara kelompok.
b.
Pengertian
Belajar
Apakah belajar itu ?
Sebelum kita sampai kepada pengertian belajar, mari kita
simak ilustrasi berikut ini.
Doni seorang peserta didik MI/SD kelas IV pada
saat pelajaran keterampilan ia mencoba membuat pesawat terbang dari kertas, sambil
melihat dan memperhatikan tentang cara melipatnya dengan kertas yang baru
saja dibagikan gurun kepada seluruh peserta didik di kelas itu.
Diukurnya panjang kertas sehingga terbentuk ukuran sesuai dengan gambar,
diikutinya garis-garis lipatan yang harus dilakukannya. Mainan pesawat terbang
yang dihasilkan dicoba diluncurkan namun ternyata tidak mau melayang dan
pesawatpun jatuh tersengkur ke lantai. Dengan penuh semangat dan perasaan tak
gentar, Doni kembali melihat buku tentang
cara melipat dan mencoba kembali membuat mainan pesawat
terbang dari kertas secara
lebih cermat dengan memperhatikan ukuran kertas dan sudut lipatannya. Setelah
melakukan percobaan berulang kali, akhirnya Doni menguasai teknik pembuatan
mainan pesawat terbang dari kertas; dia mampu membuat dalam berbagai ukuran dan
bentuk, bahkan sekarang ia mampu memberi tahu temannya tanpa melihat kembali
buku.
Ilustrasi di atas, apabila dianalisis lebih mendalam
menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan perilaku pada diri Doni. Perubahan
perilaku tersebut meliputi :
1.
Pengetahuan
tentang proses pembuatan mainan pesawat
terbang dari kertas.
2.
Keterampilan dalam cara membuat mainan tersebut , serta
3.
Menyenangi dan bersikap positif terhadap
cara-cara membuat mainan pesawat terbang dari kertas.
Mengapa pada diri Doni terjadi perubahan perilaku ?
Karena Doni telah melakukan interaksi dengan lingkungan. Proses perubahan
perilaku yang dicapai individu melalui interaksi dengan lingkngannya itulah
yang disebut dengan belajar.
Banyak pengertian belajar yang diungkapkan oleh para
ahli, namun pada dasarnya terletak pada perubahan perilaku. Pengertian belajar
di antaranya dikemukakan oleh M. Surya sebagai berikut :
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Perubahan
tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap
lingkungan, yang berupa keterampilan-keterampilan, sikap, kecakapan,
pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya.
Untuk memperoleh pengertian belajar secara komprehensif,
berikut ini akan dikemukakan beberapa prinsip belajar sebagai ciri dari
perbuatan belajar. Prinsip-prinsip tersebut ialah :
1.
Belajar sebagai usaha memperoleh perubahan tingkah laku
Perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik banyak
sekali baik jenis maupun sifatnya, karena itu tidak setiap perubahan yang terjadi dalam
diri peserta didik merupakan perubahan dalam arti belajar. Kalau tangan seorang
peserta didik menjadi bengkok karena tertabrak mobil, perubahan itu bukan
karena belajar. Ciri-ciri perubahan dalam pengertian belajar adalah sebagai
berikut.
a.
Perubahan yang disadari.
Peserta didik yang belajar menyadari terjadinya
perubahan, misalnya menyadari pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah,
kebiasaannya bertambah, dan sebagainya. Jadi perubahan tingkah laku peserta
didik yang terjadi karena mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk
perubahan dalam pengertian belajar, karena peserta didik yang bersangkutan
tidak menyadari akan perubahan itu.
b.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional.
Perubahan yang terjadi dalam diri peserta didik
berlangsung terus menerus, dinamis dan tidak statis. Suatu perubahan
yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi
kehidupan ataupun proses berikutnya. Jika seorang peserta didik belajar menulis, maka ia akan
mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan
ini berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan
sempurna. Ia dapat menulis indah, dapat menulis menggunakan pensil/pulpen/spidol/kapur, dan
sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia
dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lainnya seperti menulis surat, menyalin
catatan-catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.
c.
Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
Perubahan dalam belajar senantiasa bertambah dan tertuju
untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian
semakin banyak usaha belajar itu dilakukan, semakin banyak dan semakin baik
perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan
itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan harus karena usaha peserta didik itu
sendiri.
d.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat temporer, dan
bukan karena proses kematangan, pertumbuhan atau perkembangan.
Perubahan yang bersifat sementara atau temporer yang
terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata,
bersin, menangis, dan sebagainya, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan
dalam arti belajar. Demikian pula perubahan yang terhadi karena proses
kematangan atau pertumbuhan atau perkembangan yang lebih bersifat terjadi
karena dorongan dari dalam. Perubahan dalam belajar terjadi karena pengaruh
atau dorongan dari luar dan sengaja. Kematangan dapat diartikan sebagai kesiapan organ fisik
maupun psikhis untuk menjalankan fungsi sebagaimana mestinya. Kematangan
merupakan proses perkembangan yang datang dari dalam diri individu dan bukan
karena pengaruh latihan atau intervensi lingkungan. Di dalam perkembangan
manusia antara kematangan dan belajar ini berkembang melalui suatu proses yang
kompleks, sehingga akhirnya tidak begitu tegas batas di antara keduanya.
Sebagai contoh, anak tidak belajar bicara sebelum dia mencapai kematangan untuk
bicara; akan
tetapi bahasa yang dia pelajari dari sesuatu yang didengarnya dari lingkungan.
Ini berarti bahwa lingkunganpun turut mewarnai keterampilan bicara anak.
e.
Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
Perubahan tingkah laku terjadi karena ada tujuan yang
akan dicapai, benar-benar disadari dan terarah. Misalnya seorang peserta didik
belajar mengetik, sebelumnya sudah menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan
belajar mengetik, atau tingkat kecakapan mana yang akan dicapainya.
2.
Hasil belajar ditandai dengan perubahan seluruh aspek
tingkah laku.
Jika seorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan
mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, kebiasaan,
keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Sebagai contoh, jika seorang
anak telah belajar naik sepada motor, maka perubahan yang paling tampak ialah
dalam keterampilan naik sepeda motor itu. Akan tetapi ia telah mengalami
perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda motor,
pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda motor, pengetahuan tentang alat-alat
sepeda motor, cita-cita untuk memiliki sepeda motor yang lebih bagus, kebiasaan
membersihkan sepeda motor, dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu
berhubungan erat dengan aspek lainnya.
3.
Belajar merupakan suatu proses
Perbuatan belajar merupakan suatu kegiatan, yaitu
merupakan suatu bentuk usaha individu secara aktif dalam memenuhi kebutuhan
untuk mencapai tujuan. Segala aspek tingkah laku merupakan suatu rangkaian
kegiatan yang saling berhubungan. Dengan demikian, belajar merupakan kegiatan
yang berlangsung terus, aktif dan bukan keadaan diam atau pasif.
4.
Proses belajar terjadi karena ada dorongan dan tujuan
yang akan dicapai
Dalam proses belajar selalu ada tenaga pendorong dan ada
tujuan yang akan dicapai, dan belajar juga
merupakan salah satu cara individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya seorang peserta didik belajar komputer karena didorong
oleh kebutuhan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru harus dikerjakan
dengan komputer. Dengan demikian besarnya dorongan yang dirasakan individu dan
makin jelas tujuan yang akan dicapai, maka makin besar pula usaha individu
untuk melakukan kegiatan belajar.
5.
Belajar merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi individu
dengan lingkungannya. Perbuatan belajar tidak dapat dipisahkan dari situasi
kehidupan individu. Proses dan hasil belajar akan mewarnai dan mempengaruhi
kehidupan individu. Hasil belajar yang telah dicapai individu akan merupakan
pengalaman individu, demikian pula pengalaman-pengalaman yang dimiliki
individu akan menyebabkan individu itu
belajar.
Rangkuman
1) Layanan orientasi mengacu pada diperkenalkannya
individu atau klien kepada lingkungan yang baru dimasukinya. Dengan program
orientasi itu proses penyesuaian diri individu kepada lingkungan biasanya akan
lebih cepat sehingga ia dapat menjalani perkembangan dan kehidupannya di
lingkungan yang baru itu secara optimal.
2) Layanan informasi amat dibutuhkan oleh
individu-individu yang perlu mempertimbangkan dan hendak mengambil keputusan
tentang sesuatu (misalnya pilihan sekolah lanjutan), tetapi belum memiliki pemahaman
yang cukup tentang berbagai hal berkenaan dengan apa yang diputuskan itu.
Secara garis besar diketahui adanya informasi pendidikan, informasi
jabatan/pekerjaan, dan informasi social budaya. Berbagai informasi itu
diperlukan oleh individu-individu, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
Metode layanan informasi yang lazim dipakai ialah ceramah, diskusi,
karyawisata, buku panduan, dan konferensi karier.
3)
Layanan
penempatan adalah usaha-usaha membantu siswa merencanakan masa depannya selama
masih di sekolah ean madrasah dan sesudah tamat, memilih program studi lanjutan
sebagai persiapan untuk kelak memangku jabatan tertentu.[15]
4)
Layanan bimbingan belajar adalah suatu kegiatan layanan
yang dilakukan kepada individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan
lingkungan. Perubahan tersebut akan tampak dalam penguasaan pola-pola respon baru terhadap
lingkungan, yang berupa keterampilan-keterampilan, sikap, kecakapan,
pengetahuan, pengalaman, apresiasi dan sebagainya.
Latihan
1.
Setelah
anda mengikuti proses perkuliahan tadi, berlatihlan dengan cara melakukan
wawancara dengan konselor di sebuah sekolah tentang program orientasi yang dilakukan oleh sekolah itu bagi para
siswanya.
2.
Bandingkanlah
hasil wawancara itu dengan butir-butir tentang layanan orientasi meliputi;
a.
materi yang di orientasikan
b.
bagaimana materi itu diperoleh
c.
cara pelaksanaan kegiatan orientasi
d.
siapa saja yang terlibat dalam kegiatan itu,
e.
hasil-hasil kegiatan orientasi,
f.
perencanaan program orientasi setiap tahun, dalam kaitannya dengan program
bimbingan dan konseling secara
menyeluruh di sekolah itu.
3.
Diskusikan
hasil pada nomor a tersebut dengan sejumlah kawan anda, dan kemukakanlah
berbagai saran untuk meningkatkan program orientasi di sekolah itu. (diskusi
itu akan lebih berbobot apabila konselor sekolah yang dimaksud diundang hadir
dan berpartisipasi penuh dalam diskusi itu).
4.
Sama
dengan tugas pada nomor 1 untuk layanan informasi di suatu sekolah
5.
Daftar Pustaka
Allen, J.& McKean,
J. trasition to junior high school; Strategies for Change.” Dalam The
School Counselor, 1984.
Anastasi. What
Counselor should know about the use and Interpretation of Psychological test.
Dalam journal of Counseling and Development, 1992
Brammer, L.M. &
Shostrom, E.L. Therapeutic Psychology Englewood Eliffs, New Jersey;
Prentice Hall, Inc, 1982.
Coomier, L.S. &
Bernard, J.M. Ethical and legal responsibilities of clinical supervisor.”
dalam The Personel and Guidance Journal, 1982
Cronbach, L. Essentials
in Psychological Testing. New York; Harper & Row, 1970.
Gazda, G.M. Group
Counseling; A Developmental Approach. Boston; Ally and Bacon, 1978
Hansen, J.C., Stevic,
R.R. & Warner, R.W. Counseling; Theory and Process. Boston; Allyn and
Bacon, Inc, 1977.
Larrabe, M.J. &
Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The
School Counselor, 1984.
Norris, W.; Hact, R.N.; Engelkes, J.R.
& Winborn, B.B. The Career Information Service. Chicago; Rand
McNally collage Publising Company
Prayitno. Dasar dan
Profil Bimbingan Kelompok. Padang; P4T IKIP Padang (tidak diterbitkan)
---------. Profesionalisasi
Konseling dan Pendidikan Konselor, Jakarta; P2LPTK Depdikbud, 1987.
---------, Dasar-dasar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta; IKAPI, 2004
Gunawan, yusuf dkk, Pengantar
Bimbingan dan Konseling, Jakarta, 1989
[1] Yusup Gunawan dkk, Pengantar Bimbingan
dan Konseling, Jakarta, 1989
[2]. Prayitno,
Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta; IKAPI, 2004
[3] .
Allen, J.& McKean, J. trasition to junior high school; Strategies for
Change.” Dalam The School Counselor, 1984.
[4] .
Anastasi. What Counselor should know about the use and Interpretation of
Psychological test. Dalam journal of Counseling and Development,
1992
[5] Brammer,
L.M. & Shostrom, E.L. Therapeutic Psychology Englewood Eliffs, New
Jersey; Prentice Hall, Inc, 1982.
[6] Larrabe,
M.J. & Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The
School Counselor, 1984.
[7] Larrabe,
M.J. & Terres, C.K. Group; “The Future of School Counseling.” Dalam The
School Counselor, 1984.
[8] Hansen,
J.C., Stevic, R.R. & Warner, R.W. Counseling; Theory and Process.
Boston; Allyn and Bacon, Inc, 1977.
[9] Norris, W.; Hact, R.N.; Engelkes, J.R.
& Winborn, B.B. The Career Information Service. Chicago; Rand McNally
collage Publising Company
[10] Cronbach,
L. Essentials in Psychological Testing. New York; Harper & Row,
1970.
[11] Cronbach,
L. Essentials in Psychological Testing. New York; Harper & Row,
1970.
[12] Tohirin,
Bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah (berbasis Integrasi)
Jakarta, Raja Grafindo,
2011.
[13] Ibid,
2011.
[14] Prayitno,
Bimbingan dan konseling di sekolah, Jakarta,
Raja Grafindo, 1988
[15] Tohirin,
Bimbingan dan konseling di sekolah
dan madrasah (berbasis Integrasi)
Jakarta, Raja Grafindo,
2011.
0 komentar:
Posting Komentar