Sabtu, 15 Juni 2013

Behaviorisme




Pendekatan behavioristik dalam psikoterapi, adalah salah satu dari beberapa “revolusi” dalam dunia pengetahuan psikologi, khususnya psikoterapi. Pendekatan behavioristik yang dewasa ini banyak depergunakan dalam rangka melakukan kegiatan psikoterapi dalam arti luas atau konseling dalam arti sempitnya, bersumber pada aliran behaviorisme. Aliran ini pada mulanya tumbuh subur di amerika dengan tokohnya yang terkenal ekstrim, yakni john broadus watson, suatu aliran yang menitik beratkan peranan lingkungan, peranan dunia luar sebagai faktor penting di mana seseorang dipengaruhi, seseorang belajar. Pada abad ke-17, dunia pengetahuan filsafat ditandai oleh dua kubu besar yakni kubu “empiricism” (physical science) dan kubu “naturalism” (biological science). Pada akhir abad yang lalu, mempengaruhi lahirnya aliran behaviorisme dengan pendekatan-pendekatannya yang kemudian menjadi terkenal dengan terapi perilaku (behavior therapy) dan perubahan perilaku (behavior modification).

Pendekatan behavioristik memandang konseling merupakan proses pendidikan. Pusat konseling adalah membantu klien mempelajari tingkahlaku baru untuk memecahkan masalahnya. Konseling ini memandang tingkah laku sebagai suatu yang dipelajari atau tidak dipelajari oleh klien. Oleh karena itu, peran konselor pada konseling ini adalah aktif, direktif, sebagai guru, ahliu diagnosis dan sekaligus menjadi model. Dengan demikian klien juga dituntut aktif dan mengalami sendiri.
Beberapa konstalen di atas telah mendasari kami dalam pembuatan makalah ini. Selanjutnya akan kami bahas dan jabarkan lebih luas pada bab pembahasan.

1.2  RUMUSAN MASALAH
Adapun beberapa hal yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana sejarah perkembangan konseling behavioristik?
2.      Bagaimana hakikat manusia dalam konseling behavioristk?
3.      Bagaimana perkembangan perilaku dalam konseling behavioristik?
4.      Bagaimana hakikat konseling dalam konseling behavioristik?
5.      Bagaimana kondisi pengubahan dalam konseling behavioristik?
6.      Bagaimana mekanisme pengubahan dalam konseling behavioristik?
7.      Bagaimana kelebihan dan kekurangan dari konseling behavioristik?
Semua permasalahan tersebut akan kami bahas lebih rinci selanjutnya pada bab pembahasan.






















BAB II
PEMBAHASAN
2.1  SEJARAH PERKEMBANGAN
Ø  Diantara tokoh-tokoh behavior therapy
1)      B.F. Skinner
BF Skinner (1904-1990), dibesarkan di lingkungan keluarga yang hangat dan stabil. Skinner sangat tertarik dalam membangun segala macam hal. Ia menerima gelar PhD di bidang psikologi dari Harvard University pada tahun 1931 dan akhirnya kembali ke Harvard setelah mengajar di beberapa universitas. Skinner adalah seorang juru bicara terkemuka untuk behaviorisme dan dapat dianggap sebagai bapak dari pendekatan behavior. Ia juga seorang ahli eksperimen di laboratorium.
Skinner tidak mempercayai menusia memiliki pilihan bebas. Menurutnya tindakan tidak dipengaruhi oleh pikiran dan perasaan. Ia menekankan pandangannya pada sebab akibat antara tujuan, kondisi lingkungan dan perilaku yang dapat diamati. Pandangannya muncul sebagai bentuk protes terhadap psikoanalitik yang berfokus pada pikiran dan motif-motif yang tidak terlihat, sehingga ia merasa prihatin akan fokus yang terlalu kecil terhadap lingkungan yang dapat diamati. Skinner tertarik pada konsep penguatan dan menerapkannya dalam dirinya sendiri. Skinner percaya iptek dapat menjanjikan masa depan yang lebih baik.
2)      Albert Bandura
Albert Bandura (lahir 1925), dia adalah anak bungsu dari enam anak di sebuah keluarga keturunan Eropa Timur. Selama SD dan SMA ia bersekolah di sekolah yang kekurangan guru dan sumber daya. Hal ini yang menjadi asset awal Bandura dalam mempelajari keterampilan memimpin diri, ia Memperoleh gelar PhD dalam psikologi klinis dari University of Iowa pada tahun 1952, dan setahun kemudian ia bergabung dengan fakultas di Universitas Stanford.
Bandura dan rekan-rekannya yang merintis dalam bidang social modeling dan memperkenalkannya sebagai suatu proses yang kuat yang menjelaskan beragam bentuk pembelajaran. Teori yang dihasilkan ialah Social Cognitive Theory, yang menyatakan manusia dapat mengatur diri sendiri, dapat mempengaruhi tingkah laku dengan mengatur lingkungan, dapat menciptakan dukungan positif, dan dapat melihat konsekuensi bagi tingkah laku sendiri. Gagasan ini menyatakan bahwa manusia tidak hanya dibentuk oleh kekuatan lingkungan, tetapi juga oleh kekuatan batin yang memotifasi.
Bandura berkonsentrasi pada empat bidang penelitian: (1) kekuatan pemodelan psikologis dalam membentuk pikiran, emosi, dan tindakan, (2) mekanisme agensi manusia, atau cara orang mempengaruhi motivasi mereka sendiri dan perilaku melalui pilihan; (3) persepsi masyarakat atas kemanjuran mereka untuk menjalankan pengaruh atas peristiwa yang mempengaruhi hidup mereka, dan (4) bagaimana reaksi stres dan depres disebabkan. Bandura telah menciptakan salah satu dari beberapa teori besar yang masih berkembang pada awal abad ke-21.
Ø  Sejarah Perkembangan
Terapi behavior tradisional diawali pada tahun 1950-an dan awal 1960-an di Amerika Serikat, Afrika Selatan, dan Inggris sebagai awal radikal menentang perspektif psikoanalisis yang dominan. Fokusnya adalah pada menunjukkan bahwa teknik pengkondisian perilaku yang efektif dan merupakan alternatif untuk terapi psikoanalitik. Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut :
1)       Classical Conditioning
Ivan Pavlov adalah seorang psikolog dari Rusia lahir di Rjsan 14 September 1849 dan meninggal di Leningrad 27 Februari 1936. Hasil penelitiannya bersama Watson yang terkenal adalah classical conditioning.Penelitiannya menggunakan anjing yang dalam keadaan lapar ditempatkan diruang kedap suara.
Pada dasarnya classical conditioning itu melibatkan Unconditioning Stimulus (UCS) yang secara otomatis membangkitkan Conditioning Response (CR), yang sama dengan Unconditioning Response (UCR) apabila diasosiasikan dengan UCS. Jika UCS dipasangkan dengan suatu Stimulus Conditioning (CS ), lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR. Dalam contoh yang diperlihatkan pada Gambar 1.
UCS (makanan anjing) membangkitkan UCR (air liur). Bunyi bel menjadi CS karena dipasangkan dengan makanan anjing, sehingga membangkitkan CR pengeluaran air liur anjing.
UCS    ——————–>   UCR
(makanan Anjing)                      (pengeluaran air liur anjing)
CS      ———————>  CR
(bunyi bel)                                   (pengeluaran air liur anjing)
Gambar 1. Rancangan Classical Conditioning
2)       Operant Conditioning
Tokoh yang mengembangkan operant conditioning adalah BF. Skinner Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul. Pengkondisian operan ini dikenal dengan istilah pengkondisian instrumental (instrumental conditioning)karena memperlihatkan bahwa tingkah laku instrumental bisa dimunculkan oleh organisme yang aktif sebelum penguatan diberikan untuk tingkah laku tersebut.
Skinner, yang dianggap sebagai pencetus gagasan pengkondisian operan, telah mengembangkan prinsip-prinsip penguatan yang digunakan pada upaya memperoleh pola-pola tingkah laku tertentu yang dipelajari. Dalam pengkondisian operan, pemberian penguatan positif bisa memperkuat tingkah laku, sedangkan pemberian penguatan negatif bisa memperlemah tingkah laku. Tingkah laku berkondisi muncul di lingkungan dan instrumental bagi perolehan
 Dalam perkembangannya pendekatan behavior terdiri dari tiga trend utama, yaitu:
1)      Gelombang 1: Pada tahun 1960 Albert Bandura mengembangkan teori belajar sosial, yang dikombinasikan pengkondisian klasik dan operan kondisioning sdengan pembelajaran observasional. Bandura membuat kognisi fokus yang sah untuk terapi bahavior. Selama tahun 1960-an sejumlah pendekatan perilaku kognitif bermunculan, dan mereka masih memiliki dampak signifikan pada praktek terapi. Terapi behavior kontemporer muncul sebagai kekuatan utama dalam psikologi selama 1970-an, dan itu memiliki dampak signifikan pada pendidikan, psikologi, psikoterapi, psikiatri, dan pekerjaan sosial. Teknik behavior yang diperluas untuk memberikan solusi terhadap masalah bisnis, industri, dan membesarkan juga anak. Dikenal sebagai "gelombang pertama" di lapangan behavior, teknik terapi behavior dipandang sebagai pilihan perawatan untuk banyak  masalah psikologis.
2)      Gelombang 2: Tahun 1980-an yang ditandai dengan pencarian konsep dan metode baru yang melampaui teori belajar tradisional. Terapis behavior melakukan evaluasi terhadap metode yang mereka gunakan dan mempertimbangkan dampak dari praktek terapi pada klien mereka dan masyarakat yang lebih luas. Meningkatnya perhatian diberikan kepada peran emosi dalam perubahan terapi, serta peran faktor biologis dalam gangguan psikologis. Dua perkembangan yang paling signifikan adalah (1) munculnya terus terapi kognitif behavior sebagai kekuatan utama dan (2) penerapan teknik perilaku untuk pencegahan dan pengobatan  gangguan kesehatan terkait.
Pada akhir 1990-an Asotiation Behavior and Cognitive Therapi (ABCT) menyatakan keanggotaan dari sekitar 4.300. Gambaran saat ABCT adalah "sebuah organisasi keanggotaan lebih dari 4.500 profesional kesehatan mental dan mahasiswa yang tertarik dalam terapi bahavior berbasis empiris atau terapi behavior kognitif." Perubahan nama dan deskripsi mengungkapkan pemikiran saat ini mengintegrasikan terapi perilaku dan kognitif. Terapi kognitif dianggap sebagai “gelombang kedua” dari tradisi behavior.
3)      Gelombang 3: Pada awal 2000-an, "gelombang ketiga" dari tradisi perilaku muncul, memperbesar ruang lingkup penelitian dan praktek. Perkembangan terbaru termasuk terapi perilaku dialektis, kesadaran berbasis pengurangan stres, kesadaran berbasis terapi kognitif, dan penerimaan dan terapi komitmen.


2.2  HAKIKAT MANUSIA
Menurut Behavior Therapy, manusia adalah produk dan produsen (penghasil) dari lingkungannya. Pandangan ini tidak tergantung pada asumsi deterministik bahwa manusia adalah produk belaka dari pengkondisian sosiokultural mereka. Manusia dipandang memiliki potensi untuk berperilaku baik atau buruk, tepat atau salah. Pendekatan behavior berpandangan bahwa setiap perilaku dapat dipelajari. Manusia mampu melakukan refleksi atas tingkahlakunya sendiri, dan dapat mengatur serta mengontrol perilakunya dan dapat belajar tingkah laku baru atau dapat mempengaruhi orang lain. Terapi behavior bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat sehingga mereka memiliki lebih banyak pilihan untuk merespon. Dengan mengatasi perilaku melemahkan yang membatasi pilihan, orang lebih bebas untuk memilih dari kemungkinan yang tidak tersedia sebelumnya.[1]
Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya. Lebih jelas lagi menurut Muhamad Surya menjelaskan tentang hakikat manusia dalam pandangan teori behavioristik sebagai berikut : ‘dalam teori ini menganggap manusia bersifat mekanistik atau merespon kepada lingkungan dengan kontrol terbatas, hidup dalam alam deterministik dan sedikit peran aktifnya dalam memilih martabatnya’.
Manusia memulai kehidupnya dengan memberikan reaksi terhadap lingkungannya, dan interaksi ini menghasilkan pola-pola perilaku yang kemudian membentuk kepribadian. Perilaku seseorang ditentukan oleh banyak dan macamnya penguatan yang diterima dalam situasi hidupnya. Dapat kita simpulkan dari anggapan teori ini bahwa perilaku manusia adalah efek dari lingkungan, pengaruh yang paling kuat maka itulah yang akan membentuk diri individu.
Beberapa konsep tentang hakikat dasar manusia:[2]
1.      Tingkah laku manusia diperoleh dari belajar dan proses terbentuknya kepribadian adalah dari proses pemasakan dan proses belajar.
2.      Kepribadian manusia berkembang bersama-sama dengan interaksinya dengan lingkungan
3.      Setiap orang lahir dengan membawa kebutuhan bawaan, tetapi sebagian besar kebutuhan dipelajari dari interaksi dengan lingkungan.
4.      Manusia tidak lahir baik atau jahat, tetapi netral. Bagaimana kepribadian seseorang dikembangakan tergantung interaksi dengan lingkungan.
5.      Manusia mempunyai tugas untuk berkembang. Dan semua tugas perkembangan adalah tugas yang harus diselesaikan dengan belajar.

2.3  PERKEMBANGAN PERILAKU
1)   Struktur Kepribadian
Dalam pandangan behavioral, kepribadian manusia itu pada hakikatnya adalah perilaku, karena hanya perilakulah yang dapat diuji di laboratorium. Perilaku itu terbentuk melalui suatu proses belajar dari lingkungannya. Kepribadian seseorang merupakan cerminan dari pengalaman belajarnya, yaitu situasi atau stimulus yang diterimanya. Oleh karena itu untuk memahami kepribadian individu ialah dengan melihat perilakunya yang tampak. Perilaku yang tampak itu dapat berupa perilaku adaptif (perilaku yang sesuai) atau perilaku maladaptif  (perilaku yang tidak sesuai).[3]
Kaum behavioris tidak menjelaskan struktur kepribadian seperti pada aliran lain seperti psikoanalis, tetapi menurut teori kepribadian behavioristik bahwa kepribadian manusia adalah perilaku organisme itu sendiri. Dengan kata lain bahwa kerpribadian manusia dapat di ketahui melalui tingkah laku yang tampak dan diamati (observable behavior). Selain itu ada pandangan dualiasme yang berkembang dalam pendekatan behavior bahwa manusia memiliki jiwa, raga, mental, fisik, sikap, perilaku dan sebagainya. Seperti yang dijabarkan dibawah ini:[4]
a.              Lingkungan dan pengalaman menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang dibentuk.
b.             Dualisme, seperti jiwa-raga, raga-semangat, raga-pikiran bukan merupakan validitas keilmuan pada pembentukan, prediksi dan control dari perilaku manusia.
c.              Walaupun pembentukan kepribadian memiliki batsan genetis namun efek dari lingkungan dan stimulus dari dalam memiliki pengaruh dominan.
d.             Dalam membentuk sebuah teori dari kepribadian prediksi dan control dan perilaku merupakan hal terpenting. Tidak ada yang lebih penting selain kebebasan dalam penentuan respon.
e.              Semua perilaku dapat dipisah menjadi operant respondent yaitu individual respon yang berbeda dalam pengaruh control dari stimulus lingkungan.
2)      Pribadi Sehat dan Bermasalah
Berdasarkan pandangan behavioral tentang kepribadian maka pribadi sehat menurut pandangan ini ialah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan  negatif atau perilaku yang tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, perilaku bermasalah ini merupakan hasil belajar yang salah. Perilaku ini disebut dengan perilaku maladaptif.  Sedangakan pribadi sehat merupakan kebalikan dari pribadi bermasalah, yang disebut dengan perilaku adaptif.[5]
v  Pribadi Sehat:
a)             Dapat merespon stimulus yang ada di lingkungan secara cepat.
b)            Tidak kurang dan tidak berlebihan dalam tingkah laku, memenuhi kebutuhan.
c)             Mempunyai derajat kepuasan yang tinggi atas tingkah laku atau bertingkah laku dengan tidak mengecewakan diri dan lingkungan.
d)            Dapat mengambil keputusan yang tepat atas konflik yang dihadapi.
e)             Mempunyai self control yang memadai
v  Pribadi Bermasalah:
a)      Tingkah laku yang tidak sesuai dengan tuntutan lingkungan.
b)      Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau lingkungan yang salah.
c)      Tingkah laku maladaptif terjadi juga karena kesalapahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.
d)     Ketidak mampuan dalam mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan lingkungannya
e)      Tingkah laku yang tidak wajar menurut standard nilai,  yang kemudian menimbulkan konflik dengan lingkungan

2.4  HAKIKAT KONSELING
Konseling  menurut pandangan behavioral ialah proses terapeutik dengan menggunakan prosedur-prosedur sistematik untuk mengubah perilaku maladaptif (perilaku yang tidak sesuai)  menjadi perilaku adaptif (perilaku yang sesuai) melalui proses belajar perilaku baru.
Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
Konseling dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu dan sistematis yang disengaja secara khusus untuk mengubah perilaku dalam batas-batas tujuan yang disusun secara bersama-sama konselor dan konseli. Prosedur konseling dalam pendekatan behavior adalah ; penyusunan kontrak, asesmen, penyusunan tujuan, implementasi strategi, dan eveluasi perilaku. Dengan prosedur tersebut konseling/terapi behavior berorientasi pada pengubahan tingkah laku yang maladaptif menjadi adaptif.
Konseling identik dengan pemberian bantuan, penyuluhan dan hubungan timbal balik antara konselor (yang memberikan konseling) dan konseli (yang membutuhkan bantuan/klien). Menurut Patterson, konseling memiliki ciri khas yang merupakan hakekat konseling. Ciri-ciri itu adalah:
1.      Konseling berurusan dengan upaya mempengaruhi perubahan tingkah laku secara sadar pada pihak klien (klien mau mengubahnya dan mencari bantuan konselor bagi perubahan ini).
2.      Tujuan konseling adalah mendapatkan kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan secara sadar (kondisi-kondisi dimaksud berupa hak-hak individual untuk membuat pilihan, untuk mandiri dan “berswatantra”, autonomous).
3.      Sebagaimana dalam sebuah hubungan, terdapat pembatasan-pembatasan tertentu bagi konseli (pembatasan-pembatasan ditentukan oleh tujuan-tujuan konseling yang dipengaruhi oleh nilai-nilai dan falsafah konselor).
4.      Kondisi-kondisi yang memudahkan perubahan tingkahlaku diperoleh melalui wawancara-wawancara (tidak seluruh konseling adalah wawancara, tetapi konseling selalu melibatkan wawancara).
5.      Mendengarkan (dengan penuh perhatian) berlangsung dalam konseling tapi tidak seluruh konseling melulu mendengarkan.
6.      Konselor memahami kliennya (perbedaan antara cara orang-orang lain dengan cara konselor dalam melakukan pemahaman lebih bersifat kualitatif ketimbang kuantitatif dan pemahaman belaka tidak menjadi pembeda antara situasi konseling dengan situasi lain).

2.5  KONDISI PENGUBAHAN
1)   Tujuan
Tujuan umum dari terapi behavior ialah untuk meningkatkan pilihan pribadi dan untuk menciptakan kondisi baru untuk belajar; mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi perilaku dan menemukan tindakan untuk mengatasi tingkah laku bermasalah.
Terapi behavioral bertujuan untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
v  Tujuan dalam proses konseling
Tujuan memiliki tempat sentral dalam terapi Behavior. Behavior kontemporer menekankan peran aktif klien dalam menentukan tentang pengobatan mereka. Klien, dengan bantuan terapis, mendefinisikan tujuan pengobatan khusus pada awal proses terapi. Tujuan terapi harus jelas, konkret, dipahami, dan disepakati oleh klien dan konselor. Konselor dan klien mendiskusikan perilaku yang terkait dengan tujuan, keadaan yang diperlukan untuk perubahan, sifat sub tujuan, dan rencana tindakan untuk bekerja ke arah tujuan ini. Proses penentuan tujuan terapi ini memerlukan negosiasi antara klien dan konselor yang menghasilkan kontrak yang memandu jalannya terapi. Tujuan yang ditetapkan akan digunkan sebagai tolak ukur untuk melihat keberhasilan proses terapi. Proses terapi akan dihentikan jika telah mencapai tujuan.
Perilaku terapis dan klien mengubah tujuan selama proses terapi yang diperlukan. Meskipun penilaian dan pengobatan terjadi bersama-sama, penilaian formal terjadi sebelum perawatan untuk menentukan perilaku yang menjadi sasaran perubahan. Penilaian terus-menerus sepanjang terapi menentukan sejauh mana mengidentifikasi tujuan yang terpenuhi. Hal ini penting untuk menemukan cara untuk mengukur kemajuan menuju tujuan berdasarkan validasi empiris.
2)        Sikap, peran, dan tugas Konselor
Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik. Peran konselor secara khusus diantaranya: (a) Merumuskan masalah yang dialami klien dan menetapkan apakah konselor dapat membantu pemecahannya atu tidak; (b) Konselor memegang sebagian besar tanggung jawab atas kegiatan konseling, khususnya tentang teknik-teknik yang digunakan dalam konseling; (c) Konselor mengontrol proses konseling dan bertanggung jawab atas hasil-hasilnya.
Sikap yang dimiliki oleh konselor behavior ialah menerima, dan mencoba memahami apa yang dikemukakan konseli tanpa menilai atau mengkritiknya. Dalam proses terapi, konselor berperan sebagai guru atau mentor.
Praktisi behavior harus memiliki keterampilan, sensitivitas, dan kecerdasan klinis. Mereka menggunakan beberapa teknik umum dengan pendekatan lain, seperti meringkas klarifikasi, refleksi, dan pertanyaan terbuka. Namun, terapis behavior melakukan fungsi lain juga:
·         Berdasarkan penilaian fungsional yang komprehensif, terapis merumuskan tujuan pengobatan awal dan desain dan mengimplementasikan rencana perawatan untuk mencapai tujuan tersebut.
·         Para terapis menggunakan strategi behavior yang memiliki dukungan penelitian untuk digunakan dengan jenis tertentu dari masalah. Strategi-strategi ini digunakan untuk kemajuan generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku.
·         Terapis mengevaluasi keberhasilan rencana perubahan dengan mengukur kemajuan menuju tujuan sepanjang durasi pengobatan. Ukuran hasil yang diberikan kepada klien pada awal pengobatan dan dikumpulkan lagi secara periodik selama dan setelah perawatan untuk menentukan apakah rencana strategi dan pengobatan bekerja. Jika tidak, penyesuaian dilakukan dalam strategi yang digunakan.
·         Tugas utama terapis adalah untuk melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu. Klien belajar bagaimana mengidentifikasi dan mengatasi kemunduran potensial. Penekanannya adalah pada membantu klien mempertahankan perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan mengatasi perilaku dan kognitif untuk mencegahnya kambuh.
3)       Sikap, peran, dan tugas Konseli
Dalam konseling behavioral klien dan konselor aktif terlibat di dalamnya. Klien secara aktif terlibat dalam pemilihan dan penentuan tujuan serta memiliki motivasi untuk berubah dan bersedia bekerjasama dalam melaksanakan kegiatan konseling. Peran penting klien dalam konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
Terapi behavior memiliki prosedur kerja yang jelas, sehingga konselor dan konseli memiliki peran yang jelas. Ini berarti untuk mencapai tujuan terapi sangat dibutuhkan kerjasama yang baik antara konselor dan konseli. Adapun sikap, peran dan tugas konseli dalam proses terapi ialah meliputi :
·         Memiliki motivasi untuk berubah
·         Kesadaran dan partisipasi konseli dalam proses terapi, baik selama sesi terapi maupun dalam kehidupan sehari-hari
·         Klien terlibat dalam latihan perilaku baru dan umumnya menerima pekerjaan rumah yang aktif (seperti self-monitoring perilaku bermasalah) untuk menyelesaikan antara sesi terapi.
·         Terus menerapkan perilaku baru setelah pengobatan resmi telah berakhir.
4)        Situasi Hubungan
Bukti klinis dan penelitian menunjukkan bahwa hubungan terapeutik, bahkan dalam konteks orientasi perilaku, dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses perubahan perilaku. Kebanyakan praktisi behavior menekankan nilai membangun hubungan kerja kolaboratif. Para terapis behavior terampil mengkonseptualisasikan masalah perilaku dan memanfaatkan hubungan klien-terapis dalam memfasilitasi perubahan. Sebagian besar praktisi behavior berpendapat bahwa faktor-faktor seperti kehangatan, empati, keaslian, permisif, dan penerimaan diperlukan, tetapi tidak cukup, untuk perubahan perilaku terjadi. Terapis behavior berasumsi bahwa klien membuat kemajuan terutama karena teknik perilaku khusus yang digunakan bukan karena hubungan dengan terapis.
Dalam terapi behavioral, hubungan antara terapis dan klien dapat memberikan kontribusi penting bagi perubahan perilaku klien. Hubungan terapis sebagai fasilitator terjadinya perubahan. Sikap konselor seperti empati, permisif, acceptance dianggap sebagai hal yang harus ada, namun tidak cukup untuk bisa menciptakan perubahan perilaku. Masalah ada pada bukan pentingnya hubungan namun peranan hubungan sebagai landasan strategi konseling untuk membantu klien berubah sesuai dengan arah yang dikehendaki.
Dalam kegiatan konseling, konselor memegang peranan aktif dan langsung. Hal ini bertujuan agar konselor dapat menggunakan pengetahuan ilmiah untuk menemukan masalah-masalah konseli sehingga diharapkan kepada perubahan perilaku yang baru. Sistem dan prosedur konseling behavioral amat terdefinisikan, demikian pula peranan yang jelas dari konselor dan konseli.
Konseli harus mampu berpartisipasi dalam kegiatan konseling, ia harus memiliki motivasi untuk berubah, harus bersedia bekerjasama dalam melakukan aktivitas konseling, baik ketika berlangsung konseling maupun diluar konseling.
Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu :
1.      Konselor memahami dan menerima konseli
2.      Antara konselor dan konseli saling bekerjasama
3.      Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.

2.6 MEKANISME PENGUBAHAN
1)       Tahap-tahap konseling
Berbicara tentang langkah-langkah dasar/tahap-tahap dalam proses konseling ditemukan sejumlah bagian yang berbeda-beda. Mengapa identifikasi ini dilakukan adalah untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan konseling. Walaupun pembagiannya berbeda-beda dapat ditemukan lima tahap pokok yakni:
a.       Assesment, langkah awal yang bertujuan untuk mengeksplorasi dinamika perkembangan klien (untuk mengungkapkan kesuksesan dan kegagalannya, kekuatan dan kelemahannya, pola hubungan interpersonal, tingkah laku penyesuaian, dan area masalahnya) Konselor mendorong klien untuk mengemukakan keadaan yang benar-benar dialaminya pada waktu itu. Assesment diperlukan untuk mengidentifikasi motode atau teknik mana yang akan dipilih sesuai dengan tingkah laku yang ingin diubah.
b.      Goal setting, yaitu langkah untuk merumuskan tujuan konseling. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari langkah assessment konselor dan klien menyusun dan merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam konseling. Perumusan tujuan konseling dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: (a) Konselor dan klien mendifinisikan masalah yang dihadapi klien; (b) Klien mengkhususkan perubahan positif yang dikehendaki sebagai hasil konseling; (c) Konselor dan klien mendiskusikan tujuan yang telah ditetapkan klien : (a) apakah merupakan tujuan yang benar-benar dimiliki dan diinginkan klien; (b) apakah tujuan itu realistik; (c) kemungkinan manfaatnya; dan (d) kemungkinan kerugiannya; (e) Konselor dan klien membuat keputusan apakahmelanjutkan konseling dengan menetapkan teknik yang akan dilaksanakan, mempertimbangkan kembali tujuan yang akan dicapai, atau melakukan referal.
c.       Technique implementation, yaitu menentukan dan melaksanakan teknik konseling yang digunakan untuk mencapai tingkah laku yang diinginkan yang menjadi tujuan konseling.
d.      Evaluation termination, yaitu melakukan kegiatan penilaian apakah kegiatan konseling yang telah dilaksanakan mengarah dan mencapai hasil sesuai dengan tujuan konseling.
e.       Feedback, yaitu memberikan dan menganalisis umpan balik untuk memperbaiki dan meingkatkan proses konseling
2)       Teknik-Teknik Konseling Behavioral
Adapun beberapa teknik-teknik dalam konseling behavioral antara lain:
a)      Latihan Asertif
Teknik ini dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam latihan asertif ini.
b)      Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik konseling behavioral yang memfokukskan bantuan untuk menenangkan klien dari ketegangan yang dialami dengan cara mengajarkan klien untuk rileks. Esensi teknik ini adalah menghilangkan tingkah laku yang diperkuat secara negatif dan menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan. Dengan pengkondisian klasik respon-respon yang tidak dikehendaki dapat dihilangkan secara bertahap. Jadi desensitisasi sistematis hakikatnya merupakan teknik relaksi yang digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif biasanya merupakan kecemasan, dan ia menyertakan respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang akan dihilangkan.
c)      Pengkondisian Aversi
Teknik ini dapat digunakan untuk menghilangkan kebiasaan buruk. Teknik ini dimaksudkan untuk meningkatkan kepekaan klien agar mengamati respon pada stimulus yang disenanginya dengan kebalikan stimulus tersebut.
Stimulus yang tidak menyenangkan yang disajikan tersebut diberikan secara bersamaan dengan munculnya tingkah laku yang tidak dikehendaki kemunculannya. Pengkondisian ini diharapkan terbentuk asosiasi antara tingkah laku yang tidak dikehendaki dengan stimulus yang tidak menyenangkan.
d)     Pembentukan Tingkah laku Model
Teknik ini dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku baru pada klien, dan memperkuat tingkah laku yang sudah terbentuk. Dalam hal ini konselor menunjukkan kepada klien tentang tingkah laku model, dapat menggunakan model audio, model fisik, model hidup atau lainnya yang teramati dan dipahami jenis tingkah laku yang hendak dicontoh. Tingkah laku yang berhasil dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Ganjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

2.7 KELEMAHAN DAN KELEBIHAN
Setiap teori yang ada pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan, kelebihan dan kekurangan teori behavioristik dintaranya:
Ø  Kelebihan:
·         Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling
·         Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
·         Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan
·         Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu.
·         Pembuatan tujuan  terapi antara konselor dan konseli di awal  konseli dan itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi
·         Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
·         Waktu konseling relatif singkat
·         Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik
Ø  Kelemahan
·         Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi. Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
·         Lebih konsentrasi pada teknik
·         Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
·         Meskipun konselor behaviour menegaskan klien unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling.
·         Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis.
·         Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.
·         Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
·         Mengobati gejala dan bukan penyebab
·         Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor






BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada bab – bab sebelumnya mengenai konseling behavioristik dapat disimpulkan bahwa:
1.      Secara garis besar sejarah perkembangan pendekatan behavioral terdiri dari sebagai berikut:
Ø  Classical Conditioning
Pada dasarnya classical conditioning itu melibatkan Unconditioning Stimulus (UCS) yang secara otomatis membangkitkan Conditioning Response (CR), yang sama dengan Unconditioning Response (UCR) apabila diasosiasikan dengan UCS. Jika UCS dipasangkan dengan suatu Stimulus Conditioning (CS ), lambat laun CS mengarahkan kemunculan CR.
Ø  Operant Conditioning
Pengkondisian operan, salah satu aliran utama lainnya dari pendekatan terapi yang berlandaskan teori belajar, melibatkan pemberian ganjaran kepada individu atas pemunculan tingkah lakunya (yang diharapkan) pada saat tingkah laku itu muncul.
2.      Hakikat manusia dalam pandangan para behaviorist adalah fasif dan mekanistis, manusia dianggap sebagai sesuatu yang dapat dibentuk dan diprogram sesuai dengan keinginan lingkungan yang membentuknya.
3.      Pribadi sehat menurut pandangan ini ialah perilaku atau kebiasaan-kebiasaan  negatif atau perilaku yang tidak tepat. Sedangakan pribadi sehat merupakan kebalikan dari pribadi bermasalah, yang disebut dengan perilaku adaptif.
4.      Hakikat konseling menurut Behavioral adalah proses membantu orang dalam situasi kelompok belajar bagaimana menyelesaikan masalah-masalah interpersonal, emosional, dan pengambilan keputusan dalam mengontrol kehidupan mereka sendiri untuk mempelajari tingkah laku baru yang sesuai.
5.      Kondisi Pengubahan:
Ø  Terapi behavioral bertujuan untuk membantu klien memperoleh perilaku baru, mengeliminasi perilaku yang maladaptif dan memperkuat serta mempertahankan perilaku yang adaptif.
Ø  Konselor dalam behavior therapy secara umum berfungsi sebagai guru dalam mendiaknosa tingkah laku yang tidak tepat dan mengarah pada tingkah laku yang lebih baik.
Ø  Peran penting klien dalam konseling adalah klien didorong untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru yang bertujuan untuk memperluas perbendaharaan tingkah laku adaptifnya serta dapat menerapkan perilaku tersebut dalah kehidupan sehari-hari.
Ø  Dalam hubungan konselor dengan konseli ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:
·         Konselor memahami dan menerima konseli
·         Antara konselor dan konseli saling bekerjasama
·         Konselor memberikan bantuan dalam arah yang diinginkan konseli.
6.      Mekanisme Pengubahan:
Ø  Tahap-tahap konseling: Assesment Goal setting, Technique implementation, Evaluation termination,  Feedback.
Ø  Teknik-Teknik Konseling Behavioral: Latihan Asertif, Desensitisasi Sistematis, Pengkondisian Aversi, Pembentukan Tingkah laku Model
7.      Kelebihan dan Kekurangan:
Ø  Kelebihan:
·         Telah mengembangkan konseling sebagai ilmu karena mengundang penelitian dan menerapkan IPTEK kepada proses konseling
·         Pengembangan prilaku yang spesifik sebagai hasil konseling yang dapat diukur
·         Memberikan ilustrasi bagaimana keterbatasan lingkungan
·         Penekanan bahwa konseling hendaknya memusatkan pada perilaku sekarang dan bukan prilaku yang ada dimasa lalu.
·         Pembuatan tujuan  terapi antara konselor dan konseli di awal  konseli dan itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi
·         Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
·         Waktu konseling relatif singkat
·         Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik
Ø  Kelemahan
·         Bersifat dingin, kurang menyentuh aspek pribadi sifat manipulatif dan mengabaikan hubungan pribadi. Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
·         Lebih konsentrasi pada teknik
·         Pemilihan tujuan sering ditentukan oleh konselor
·         Meskipun konselor behaviour menegaskan klien unik dan menuntut perlakuan yang spesifik tapi masalah klien sering sama dengan klien yang lain dan karena itu tidak menuntut strategi konseling.
·         Konstruk belajar dikembangkan dan digunakan konselor behavioral tidak cukup komprehensif untuk menjelaskan belajar dan harus dipandang hanya sebagai hipotesis.
·         Perubahan klien hanya berupa gejala yang dapat berpindah kepada bentuk perilaku lain.
·         Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
·         Mengobati gejala dan bukan penyebab
·         Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates