Sabtu, 15 Juni 2013

Psikoanalisis

           Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi, berorientasi untuk berusaha  membantu  individu mengatasi ketegangan psikis  yang bersumber  pada  rasa  cemas dan rasa terancam yang berlebih-lebihan  (anxiety). Menurut pandangan  Freud, setiap  manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan oleh kebutuhan-kebutuhan  alamiah yang  bersifat biologis dan naluri.

           Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan satu hal yang unik sekaligus paradoksial, dan juga psikoanalisa merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak dipahami secara universal. Dan disisi lain psikoanalisa ini juga banyak pengaruhnya dalam bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud. Konsep psikoanalisa ini berkembang bukan dari psikologi tetapi dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa, meskipun begitu konsep ini banyak dipakai tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lain seperti sosiologi dan disiplin yang lainnya.
           Sumbangan utama dan bersejarah dari praktek teori psikoanalisa mencakup kehidupan mental individu menjadi lebih bisa dipahami, tingkah laku manusia diketahui ditentukan oleh faktor tidak sadar, perkembangan masa kanak-kanak berpengaruh pada kepribadian masa dewasa, serta teori psikoanalisa dapat digunakan untuk terapi konseling dengan memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, analisis transferensi dan teknik-teknik lainnya. (Corey, 1977, p.13). Dengan berbagai teknik yang berdasarkan alam ketidaksadaran manusia tersebut diharapkan mahasiswa dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam praktek dalam kehidupan.
          
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah sejarah perkembangan psikoanalisis?
2.      Bagaimanakah Hakekat perilaku (manusia) dalam pendekatan  psikoanalisis?
3.      Bagaimanakah Perkembangan perilaku (pribadi sehat dan tidak sehat) dalam pendekatan psikoanalisis?
4.      Bagaimanakah Hakekat konseling dalam pendekatan psikoanalisis?
5.      Bagaimanakah Kondisi pengubahan (tujuan, konselor, klien, dan situasi hubungan) dalam pendekatan psikoanalisis?
6.      Bagaimanakah Mekanisme pengubahan (tahap-tahap konseling, tehnik-tehnik konseling) dalam pendekatan psikoanalisis?
7.      Bagaimanakah Kelemahan dan kelebihan pendekatan psikoanalisis?




BAB II

PEMBAHASAN

PSIKOANALISIS

A.    Sejarah Perkembangan Psikoanalisis
           
            Pendakatan psikoanalisa dipopulerkan oleh Sigmund Freud. Dia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freberg, Moravia (Sekarang Cekoslowakia).Ketika ia berusia 3 tahun, bersama keluarganya pindah ke leipzig, JermanBarat. Satu tahun kemudian dia pindah ke Wina, Freud menjadi mahasiswauniversitas Wina sejak usia 17 tahun dan mencapai gelar doktor pada tahun1881. Pada tahun 1885 ia memperoleh kesempatan belajar ke sesorang ahlineurologi perancis yang terkenal , Jean-Martin Charcot di Paris. Dari Charcotia mempelajari teknik hipnotis untuk merawat histeria yaitu suatu gangguan dengan ciri khasnya kelumpuhan atau bagian-bagian tertentu dari tubuh tidak berfungsi dengan baik. Pada waktu menjadi mahasiswa kedokteran, Freud menjalin hubungan profesional yang akrab dan persahabatan pribadi denganJosef Breuer. Breuer mengajar Freud tentang katarsis yaitu menghilangkan simtom (gejala) histeria dengan cara “berbicara” mengenai simtom-simtomitu. Pada tahun 1895 Breuer dan Freud menerbitkan buku yang berjudul Studies on Hysteria .
            Freud menggunakan istilah psikoanalisa pertama kali pada tahun 1896 melalui karya-karyanya. Tulisan-tulisan Freud berikutnya pada periode tahun1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan kesadaranindividu tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejalahisteria dan neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis padamasa kecil. Dari hasil pengalamanya hidupnya dengan istri ditambah denganminat yang kuat untuk memahami jiwa (phyche) manusia, serta upayanyauntuk menagani berbagai bentuk kesulitan, freud mulai megungkap makna impian dan fantasi-fantasinya sendiri disamping perasaan seksual masa anak-anak yang ditujukan pada ibunya dan perasaan marah terhadap ayahnya. Dari hasil kerjanya sejak tahun 1895 hingga 1899 pada bidang ini, Freud menemukan suatu metode yang ia perkenalkan dengan analisis mimpi.Analisis mimpi berisi tentang konsep bahwa mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan fisik itu saling berkaitan.

B.     Hakekat Perilaku (Manusia) Dalam Pendekatan  Psikoanalisis

            Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan melingkar ke arah kematian.
            Berdasarkan dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a.       Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada masa dewasa
b.      Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi perilaku-perilaku
c.       Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d.      Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e.       Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada perilaku neurosis
f.       Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di masa yang akan datang
g.      Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses terapi.[1]


C.    Perkembangan Perilaku Dalam Pendekatan Psikoanalisis
            Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (A.Supratika, 1984), yaitu: (1) tahap oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten: 6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.[2] Perkembangan berikutnya adalah penghalusan struktur dasar itu. S frued memandang masa kanak-kanak adalah cikal bakal manusia, dan gangguan psikis pada orang-orang dewasa, pada umumnya bercikal bakal pada pengalaman masa kanak-kanak.
            Secara struktural, pribadi manusia berkembang normal apabila ego dapat mencari jalan yang rasional dan realistis atas konflik antara id dan superego. Secara topografis, orang dapat berkembang normal apabila dapat menyadari ketidak sadarannya. Kedua hal tersebut terjadi pada fase-fase perkembangan psikoseksual.

Konsep sehat menurut Psikoanalisa
Manusia yang memiliki kepribadian sehat menurut pandangan psikoanalisa antara lain:
·         Orang yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
·         Dapat mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
·         Kinerja yang seimbang antara id, ego dan super ego
·         Pada alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak anak yang traumatis
·         Motif-motif dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat menurut psikoanalisa antara lain:
·         Individu bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
·         Manusia sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
·         Manusia didorong oleh dorongan seksual agresif
·         Masalah-masalah kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
·         Adanya dinamika yang tidak efektif antar super ego
D.    Hakekat konseling dalam pendekatan psikoanalisis
           
            Secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling merupakan proses membantu individu untuk menyadari ketidak sadarannya, dengan kata lain agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional dan menjadi mediator antara Id dan Superego.Seperti diketahui secara umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan psikonanalisa hakikat konseling adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego menjadi lebih realistik dan rasional. Freud menganggap bahwa seseorang yang telah dapat menyadari dengan sendirinya akan dapat mengembangkan tingkah laku yang sesuai yakni tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima secara sosial. Dalam proses konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam dirinya ada resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan faktor afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal.[3]

Ada dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling, yaitu:

1.      Kontrak dan mengatur teknik. Didalam kontrak dan mengatur teknik ini lebih mengarah bagaiamanseorang konselor mampu membuat kesepakatan-kesepakatan dengan klien, baik dari sisi batasan waktu untuk memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta bagaimana konselor mampu membuat kondisi klien nyaman namun tidak menyebabkan kecanduan (addict).
2.      Fase pembukaan analitik Dalam fase ini merupakan fase dimana seorang konselor dituntutuntuk mampu mengungkapkan permasalahnnya, sehingga dalam analisisnya konselor mampu membedakan klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien yang mengalami kelainan tingkah laku. Selain daripada itu didalam konseling juga terdapat teknik-teknik untuk intervensi konseling.


E.     Kondisi Pengubahan Dalam Pendekatan Psikoanalisis
Kondisi Pengubahan
1.            Tujuan
Tujuan Secara umum konseling psikoanalisa adalah untuk membantu konseli agar mampu mengoptimalkan fungsi ego sehingga kecemasan atau konflik-konflik intrapsikis mampu ditangani secara realistis dan tidak banyak pada tuntutan nafsu. Menurut Corey (2010:38),tujuan terapi psikoanalisa adalah untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa,dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Baker dalam (Darmanto:2007) mengemukakan secara khusus tujuan konseling psikoanalisa adalah:
1)      Meningkatkan kesadaran dan kontrol ego terhadap impuls-impuls danberbagai bentuk dorongan naluriah yang tidak rasional.
2)      Memahami sifat dan macam-macam mekanisme pertahanan egosehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih dapat diterima.
3)      Mengembangkan kemampuan untuk membentuk hubungan yangakrab dan sehat dengan cara yang menghargai hak-hak pribadi danorang lain.
2.            Konselor
Peran konselor dalam psikoanalisa adalah :
1)      Membantu konseli dalam mencapai kesadaran diri, ketulusan hati, danhubungan pribadi yang lebih efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
2)      Konselor membangun hubungan kerja sama dengan konseli dankemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan danmenafsirkan.
3)      Konselor juga memberikan perhatian kepada resistensi/penyangkalan konseli untuk mempercepat proses penyadaran hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara, konselor berperan mendengarkan dengan penuh perhatian, menganalisis dan menginterpretasikan ungkapan-ungkapan konseli, kemudian memberikan tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, selain itu konselor juga harus peka terhadap isyarat-isyarat non verbal darikonseli.
4)      Konselor memberikan penjelasan tentang makna proses kepada konseli sehingga konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah,sehingga konseli mampu mendaptakan kendali yang lebih rasional atashi dupnya sendiri.
3.            Konseli
               Konseli harus bersedia terlibat dalam proses konseling secara intensif dan dalam jangka waktu yang relatif lama. Saat proses konseling, konseli bersedia mengemukakan perasaannya, pengalamannya, hubungan-hubungannya, ingatannya dan fantasinya. Produksi verbal konseli merupakan esensi dari kegiatan konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling. Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisis, konseli menelusuri apa yang tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun tingkah laku baru.
4.            Situasi Hubungan
               Dalam konseling psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu transferensi dan kontratransferensi.
a.            Transferensi
      Transferensi yaitu suatu keadaan yang menggambarkan konseli memproyeksikan karakteristik orang lain (orang tua atau orang lainyang menjadi tokoh identifikasi konseli atau dengan siapa konseli yangpunya masalah) ke dalam diri konselor. Tranferensi merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
b.            Kontratransferensi
                  Yaitu kondisi dimana konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru keterikatan atau keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih terfokus pada masalahnya sendiri. Konselor harus menyadariperasaaannya terhadap klien dan mencegah pengaruhnya yang bisamerusak. Konselor diharapkan untuk bersikap relatif obyektif dalammenerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan emosi-emosi kuatlainnya dari konseli

F.     Mekanisme Pengubahan Dalam Pendekatan Psikoanalisis
1.      Tahap – tahap konseling
    Secara sistematis proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini:
1)      Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
2)      Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3)      Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa kanak-kanaknya.
4)      Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
5)      Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
6)      Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
7)      Menutup wawancara konseling.
2.      Teknik- teknik konseling
Ada lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1)      Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2)      Interpretasi
Yaitu teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi klien.
3)      Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4)      Analisis Resistensi
Analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya resistensi.
5)      Analisis Transferensi
Konselor mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.[4]

G.    Kelemahan Dan Kelebihan Pendekatan Psikoanalisis
Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
1.      Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
2.      Terlalu banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah ditentukan oleh  masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah  tanggung jawab individu berkurang.
3.      Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4.      Kurang efisien dari segi waktu dan biaya

Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1.      Penggunaan terapi wicara
2.      Kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk meredakan penderitaan manusia.
3.      Pendekatan ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi, resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4.      Pendekatan ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.[5]



[2] http://diarad08.student.ipb.ac.id/wp-login.php
[4] http://herrystw.wordpress.com/2011/11/24/a-pendekatan-psikoanalisis/
[5] Boeree C.,George, Dr. 2006. Personality Theories (terjemahan oleh Injiah Ridwan Muzir). Yogyakarta: Prismasophie

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates