Psikoanalisis adalah sebuah model
perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode
psikoterapi, berorientasi untuk berusaha
membantu individu mengatasi ketegangan
psikis yang bersumber pada
rasa cemas dan rasa terancam yang
berlebih-lebihan (anxiety). Menurut
pandangan Freud, setiap manusia didorong oleh kekuatan-kekuatan
irasional di dalam dirinya sendiri, oleh motif-motif yang tidak disadari dan
oleh kebutuhan-kebutuhan alamiah
yang bersifat biologis dan naluri.
Banyak yang mengatakan bahwa
psikoanalisa merupakan satu hal yang unik sekaligus paradoksial, dan juga
psikoanalisa merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak dipahami
secara universal. Dan disisi lain psikoanalisa ini juga banyak pengaruhnya
dalam bidang lain diluar psikologi melalui pemikiran penemunya, Sigmund Freud.
Konsep psikoanalisa ini berkembang bukan dari psikologi tetapi dari ilmu
kedokteran tentang penyakit jiwa, meskipun begitu konsep ini banyak dipakai
tidak hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lain seperti
sosiologi dan disiplin yang lainnya.
Sumbangan utama dan bersejarah dari
praktek teori psikoanalisa mencakup kehidupan mental individu menjadi lebih
bisa dipahami, tingkah laku manusia diketahui ditentukan oleh faktor tidak
sadar, perkembangan masa kanak-kanak berpengaruh pada kepribadian masa dewasa,
serta teori psikoanalisa dapat digunakan untuk terapi konseling dengan
memberikan cara-cara mencari keterangan dari ketidaksadaran melalui analisis
mimpi, asosiasi bebas, analisis resistensi, analisis transferensi dan
teknik-teknik lainnya. (Corey, 1977, p.13). Dengan berbagai teknik yang
berdasarkan alam ketidaksadaran manusia tersebut diharapkan mahasiswa dapat
memahami dan mengaplikasikannya dalam praktek dalam kehidupan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah sejarah perkembangan
psikoanalisis?
2. Bagaimanakah Hakekat perilaku (manusia)
dalam pendekatan psikoanalisis?
3. Bagaimanakah Perkembangan perilaku
(pribadi sehat dan tidak sehat) dalam pendekatan psikoanalisis?
4. Bagaimanakah Hakekat konseling dalam
pendekatan psikoanalisis?
5. Bagaimanakah Kondisi pengubahan (tujuan,
konselor, klien, dan situasi hubungan) dalam pendekatan psikoanalisis?
6. Bagaimanakah Mekanisme pengubahan
(tahap-tahap konseling, tehnik-tehnik konseling) dalam pendekatan
psikoanalisis?
7. Bagaimanakah Kelemahan dan kelebihan
pendekatan psikoanalisis?
BAB
II
PEMBAHASAN
PSIKOANALISIS
A. Sejarah Perkembangan Psikoanalisis
Pendakatan psikoanalisa dipopulerkan
oleh Sigmund Freud. Dia lahir pada tanggal 6 Mei 1856 di Freberg, Moravia
(Sekarang Cekoslowakia).Ketika ia berusia 3 tahun, bersama keluarganya pindah
ke leipzig, JermanBarat. Satu tahun kemudian dia pindah ke Wina, Freud menjadi
mahasiswauniversitas Wina sejak usia 17 tahun dan mencapai gelar doktor pada
tahun1881. Pada tahun 1885 ia memperoleh kesempatan belajar ke sesorang
ahlineurologi perancis yang terkenal , Jean-Martin Charcot di Paris. Dari
Charcotia mempelajari teknik hipnotis untuk merawat histeria yaitu suatu
gangguan dengan ciri khasnya kelumpuhan atau bagian-bagian tertentu
dari tubuh tidak berfungsi dengan baik. Pada waktu menjadi mahasiswa
kedokteran, Freud menjalin hubungan profesional yang akrab dan persahabatan
pribadi denganJosef Breuer. Breuer mengajar Freud tentang katarsis yaitu
menghilangkan simtom (gejala) histeria dengan cara “berbicara” mengenai
simtom-simtomitu. Pada tahun 1895 Breuer dan Freud menerbitkan buku yang
berjudul Studies on Hysteria .
Freud
menggunakan istilah psikoanalisa pertama kali pada tahun 1896 melalui karya-karyanya.
Tulisan-tulisan Freud berikutnya pada periode tahun1890-an banyak membahas tentang pentingnya peningkatan kesadaranindividu
tentang kehidupan seksualitasnya. Menurut Freud gejala-gejalahisteria dan
neurosis disebabkan oleh pengalaman seksual yang traumatis padamasa kecil. Dari
hasil pengalamanya hidupnya dengan istri ditambah denganminat yang kuat untuk
memahami jiwa (phyche) manusia, serta upayanyauntuk menagani berbagai bentuk
kesulitan, freud mulai megungkap makna impian dan fantasi-fantasinya
sendiri disamping perasaan seksual masa anak-anak
yang ditujukan pada ibunya dan perasaan marah terhadap ayahnya. Dari hasil
kerjanya sejak tahun 1895 hingga 1899 pada bidang ini, Freud menemukan suatu metode yang ia
perkenalkan dengan analisis mimpi.Analisis mimpi berisi tentang konsep bahwa
mimpi merefleksikan harapan-harapan yang ditekan, dan bahwa proses mental dan
fisik itu saling berkaitan.
B. Hakekat Perilaku (Manusia) Dalam
Pendekatan Psikoanalisis
Freud
memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,
mekanistik, dan reduksionistik. Di mana manusia dideterminasi oleh
kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan
dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-pristiwa
psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan. Freud
menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga
menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Menurutnya tujuan
segenap kehidupan adalah kematian, kehidupan ini adalah tidak lain jalan
melingkar ke arah kematian.
Berdasarkan
dari teori yang dikembangkan Freud, prinsip-prinsip psikonalisis tentang
hakikat manusia didasarkan pada asumsi-asumsi :
a. Pengalaman masa kanak-kanak mempengaruhi perilaku pada
masa dewasa
b. Proses mental yang tidak disadari mengintegrasi
perilaku-perilaku
c. Pada dasarnya manusia memiliki kecenderungan
mengembangkan diri melalui dorongan libido dan agresivitasnya sejak lahir
d. Secara umum perilaku manusia bertujuan untuk meredakan
ketegangan, menolak kesakitan dan mencari kenikmatan
e. Kegagalan dalam pemenuhan kebutuhan seksual mengarah pada
perilaku neurosis
f. Apa yang terjadi pada seseorang saat ini dihubungkan pada
sebab-sebab di masa lampaunya dan memotivasi untuk mencapai tujuan-tujuan di
masa yang akan datang
g. Latihan pengalaman di masa kanak-kanak berpengaruh
penting pada perilaku masa dewasa dan diulangi dalam transferensi selama proses
terapi.[1]
C. Perkembangan Perilaku Dalam Pendekatan
Psikoanalisis
Menurut Freud, kepribadian orang
terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun (A.Supratika, 1984), yaitu: (1) tahap
oral, (2) tahap anal: 1-3 tahun, (3) tahap palus: 3-6 tahun, (4) tahap laten:
6-12 tahun, (5) tahap genetal: 12-18 tahun, (6) tahap dewasa, yang terbagi
dewasa awal, usia setengah baya dan usia senja.[2] Perkembangan berikutnya
adalah penghalusan struktur dasar itu. S frued memandang masa kanak-kanak
adalah cikal bakal manusia, dan gangguan psikis pada orang-orang dewasa, pada
umumnya bercikal bakal pada pengalaman masa kanak-kanak.
Secara struktural, pribadi manusia
berkembang normal apabila ego dapat mencari jalan yang rasional dan realistis
atas konflik antara id dan superego. Secara topografis, orang dapat berkembang
normal apabila dapat menyadari ketidak sadarannya. Kedua hal tersebut terjadi
pada fase-fase perkembangan psikoseksual.
Konsep sehat menurut
Psikoanalisa
Manusia
yang memiliki kepribadian sehat menurut pandangan psikoanalisa antara lain:
·
Orang
yang bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah
·
Dapat
mengatasi kecemasan dan tekanan yang ada dalam hidupnya
·
Kinerja
yang seimbang antara id, ego dan super ego
·
Pada
alam pikiran tidak sadar dan kreativitas sebagai kompensasi untuk masa anak
anak yang traumatis
·
Motif-motif
dan konflik tak sadar adalah sentral dalam tingkah laku sekarang
Sedangkan
manusia yang memiliki kepribadian yang menyimpang atau tidak sehat menurut
psikoanalisa antara lain:
·
Individu
bersifat egois, tidak bermoral, dan tidak mau tahu kenyataan
·
Manusia
sebagai homo valens dengan berbagai dorongan dan keinginan
·
Manusia
didorong oleh dorongan seksual agresif
·
Masalah-masalah
kepribadian berakar pada konflik-konflik masa kanak-kanak yang direpresi atau
proses belajar yang tidak benar pada masa anak-anak
·
Adanya
dinamika yang tidak efektif antar super ego
D.
Hakekat konseling dalam
pendekatan psikoanalisis
Secara
umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku.
Freud dalam pendapatnya menyatakan bahwa konseling merupakan proses
membantu individu untuk menyadari ketidak sadarannya, dengan kata lain
agar individu mengetahui ego dan memiliki ego yang kuat, yaitu menempatkan
ego pada tempat yang benar yaitu sebagai pihak mampu memilih secara rasional
dan menjadi mediator antara Id dan Superego.Seperti diketahui secara
umum hakikat konseling adalah mengubah perilaku. Dalam pendekatan
psikonanalisa hakikat konseling adalah sebagai proses re-edukasi terhadap ego
menjadi lebih realistik dan rasional. Freud menganggap bahwa seseorang
yang telah dapat menyadari dengan sendirinya akan dapat mengembangkan tingkah
laku yang sesuai yakni tingkah laku yang sesuai dan dapat diterima
secara sosial. Dalam proses konseling belajar yakni mengenali bahwa dalam
dirinya ada resistensi emosional yang kuat. Proses konseling mementingkan
faktor afektif serta penekanannya terletak pada faktor interpersonal.[3]
Ada
dua hal yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses konseling, yaitu:
1. Kontrak dan mengatur teknik. Didalam
kontrak dan mengatur teknik ini lebih mengarah bagaiamanseorang konselor
mampu membuat kesepakatan-kesepakatan dengan klien, baik dari
sisi batasan waktu untuk memulai dan mengakhiri, cara menghadapai klien serta
bagaimana konselor mampu membuat kondisi klien nyaman namun tidak
menyebabkan kecanduan (addict).
2. Fase pembukaan analitik Dalam fase
ini merupakan fase dimana seorang konselor dituntutuntuk
mampu mengungkapkan permasalahnnya, sehingga dalam analisisnya konselor mampu membedakan
klien yang menunjukkan gejala histeria atau obsesi klien yang
mengalami kelainan tingkah laku. Selain daripada itu didalam konseling juga
terdapat teknik-teknik untuk intervensi konseling.
E.
Kondisi
Pengubahan Dalam Pendekatan Psikoanalisis
Kondisi
Pengubahan
1.
Tujuan
Tujuan Secara
umum konseling psikoanalisa adalah untuk membantu konseli agar
mampu mengoptimalkan fungsi ego sehingga kecemasan atau konflik-konflik
intrapsikis mampu ditangani secara realistis dan tidak banyak pada
tuntutan nafsu. Menurut Corey (2010:38),tujuan terapi psikoanalisa adalah
untuk membentuk kembali struktur karakter individu, dengan cara
merekonstruksi, membahas, menganalisa,dan menafsirkan kembali
pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Baker
dalam (Darmanto:2007) mengemukakan secara khusus tujuan konseling psikoanalisa
adalah:
1) Meningkatkan kesadaran dan
kontrol ego terhadap impuls-impuls danberbagai bentuk dorongan naluriah
yang tidak rasional.
2) Memahami sifat dan macam-macam mekanisme
pertahanan egosehingga lebih efektif, lebih matang, dan lebih
dapat diterima.
3) Mengembangkan kemampuan
untuk membentuk hubungan yangakrab dan sehat dengan cara yang
menghargai hak-hak pribadi danorang lain.
2.
Konselor
Peran konselor dalam
psikoanalisa adalah :
1) Membantu konseli dalam mencapai
kesadaran diri, ketulusan hati, danhubungan pribadi yang lebih
efektif dalam menghadapi kecemasan melalui cara-cara yang realistis, serta
dalam rangka memperoleh kembali kendali atas tingkah lakunya yang impulsif dan irasional.
2) Konselor membangun hubungan kerja
sama dengan konseli dankemudian melakukan serangkaian kegiatan mendengarkan
danmenafsirkan.
3) Konselor juga memberikan perhatian
kepada resistensi/penyangkalan konseli untuk mempercepat proses penyadaran
hal-hal yang tersimpan dalam ketidaksadaran. Sementara konseli berbicara,
konselor berperan mendengarkan dengan penuh perhatian, menganalisis dan
menginterpretasikan ungkapan-ungkapan konseli, kemudian memberikan
tafsiran-tafsiran terhadap informasi konseli, selain itu konselor juga harus
peka terhadap isyarat-isyarat non verbal darikonseli.
4) Konselor memberikan penjelasan
tentang makna proses kepada konseli sehingga
konseli mencapai pemahaman terhadap masalahnya sendiri, mengalami
peningkatan kesadaran atas cara-cara berubah,sehingga konseli mampu mendaptakan
kendali yang lebih rasional atashi dupnya sendiri.
3.
Konseli
Konseli harus bersedia
terlibat dalam proses konseling secara intensif dan dalam jangka
waktu yang relatif lama. Saat proses konseling, konseli bersedia mengemukakan
perasaannya, pengalamannya, hubungan-hubungannya, ingatannya
dan fantasinya. Produksi verbal konseli merupakan esensi dari
kegiatan konseling psikoanalisa. Pada kasus-kasus tertentu konseli diminta
secara khusus untuk tidak mengubah gaya hidupnya selama proses konseling.
Dalam pelaksanaan konseling psikoanalisis, konseli menelusuri apa yang
tepat dan tidak tepat pada tingkah lakunya dan mengarahkan diri untuk membangun
tingkah laku baru.
4.
Situasi
Hubungan
Dalam konseling
psikoanalisis terdapat dua bagian hubungan konselor dengan klien, yaitu
transferensi dan kontratransferensi.
a.
Transferensi
Transferensi
yaitu suatu keadaan yang menggambarkan konseli memproyeksikan karakteristik
orang lain (orang tua atau orang lainyang menjadi tokoh identifikasi konseli
atau dengan siapa konseli yangpunya masalah) ke dalam diri konselor.
Tranferensi merupakan bagian dari hubungan yang sangat penting untuk dianalisis
membantu konseli untuk mencapai pemahaman tentang bagaimana dirinya telah
salah dalam menerima, menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada
saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.
b.
Kontratransferensi
Yaitu
kondisi dimana konselor mengembangkan pandangan-pandangan yang tidak selaras
dan berasal dari konflik-konfliknya sendiri. Kontratransferensi bisa
terdiri dari perasaan tidak suka, atau justru
keterikatan atau keterlibatan yang berlebihan, kondisi ini dapat
menghambat kemajuan proses konseling karena konselor akan lebih terfokus pada
masalahnya sendiri. Konselor harus menyadariperasaaannya terhadap klien
dan mencegah pengaruhnya yang bisamerusak. Konselor diharapkan untuk bersikap
relatif obyektif dalammenerima kemarahan, cinta, bujukan, kritik, dan
emosi-emosi kuatlainnya dari konseli
F.
Mekanisme Pengubahan Dalam Pendekatan Psikoanalisis
1. Tahap – tahap konseling
Secara sistematis proses konseling yang
dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti berikut ini:
1) Membina hubungan konseling yang terjadi
pada tahap awal konseling.
2) Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran
dalam mengemukakan masalahnya, dan melakukan transferensi.
3) Tilikan terhadap masa lalu klien
terutama pada masa kanak-kanaknya.
4) Pengembangan resistensi untuk pemahaman
diri.
5) Pengembangan hubungan transferensi klien
dengan konselor.
6) Melanjutkan lagi hal-hal yang
resistensi.
7) Menutup wawancara konseling.
2. Teknik- teknik konseling
Ada
lima teknik dasar dari konseling psikoanalisis yaitu:
1) Asosiasi Bebas
Yaitu klien diupayakan untuk menjernihkan atau mengikis
alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikirannya sehari-hari, sehingga
klien mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya.
2) Interpretasi
Yaitu
teknik yang digunakan oleh konselor untuk menganalisis asosiasi bebas, mimpi,
resistensi, dan transferensi klien.
3) Analisis Mimpi
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
Yaitu suatu teknik untuk membuka hal-hal yang tak disadari dan memberi kesempatan klien untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan.
4) Analisis Resistensi
Analisis
resistensi ditujukan untuk menyadarkan klien terhadap alasan-alasan terjadinya
resistensi.
5) Analisis Transferensi
Konselor
mengusahakan agar klien mengembangkan transferensinya agar terungkap
neurosisnya terutama pada usia selama lima tahun pertama hidupnya.[4]
G.
Kelemahan Dan Kelebihan Pendekatan Psikoanalisis
Kelemahan dari pendekatan ini adalah:
1. Pandangan yang terlalu determistik dinilai terlalu merendahkan
martabat kemanusiaan.
2. Terlalu
banyak menekankan kepada masa kanak-kanak dan menganggap kehidupan seolah-olah
ditentukan oleh masa lalu. Hal ini memberikan gambaran seolah-olah tanggung
jawab individu berkurang.
3. Cenderung meminimalkan rasionalitas.
4. Kurang
efisien dari segi waktu dan biaya
Kelebihan dari pendekatan ini adalah:
1. Penggunaan
terapi wicara
2. Kehidupan
mental individu menjadi bisa dipahami, dan dapat memahami sifat manusia untuk
meredakan penderitaan manusia.
3. Pendekatan
ini dapat mengatasi kecemasan melalui analisis atas mimpi-minpi,
resistensi-resistensi dan transferensi-trasnferensi.
4. Pendekatan
ini memberikan kepada konselor suatu kerangka konseptual untuk melihat tingkah
laku serta untuk memahami sumber-sumber dan fungsi simptomatologi.[5]
0 komentar:
Posting Komentar