Kamis, 08 Mei 2014

Pengertian Bimbingan dan Konseling




Secara harfiah bimbingan dapat disepadankan dengan istilah guidance. Berasal dari kata guide, guidance kemudian memiliki arti yang sangat beragam, yakni: to direct pilot, or street (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau mengemudi).[1] Secara bahasa guidance disebut dengan guiding, kemudian memiliki konotasi makna showing a way (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conduction (menuntun), giving instruction (memberikan petunjuk), regulation (mengatur), governing (mengarahkan), dan giving advice (memberikan nasehat).[2]

Miller mendefinisikan pengertian bimbingan sebagai proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal di sekolah, keluarga, dan masyarakat.[3]
Peters dan Shertzer mendifinisikan bimbingan sebagai the process of  helping the individual to understand him self and his world so that he can utilize his potentialities, yang artinya sebagai suatu proses untuk membantu individu memahami diri dan dunianya sehingga dia dapat menyatukan potensi diri yang dimilikinya.[4]
Berdasarkan definisi resmi yang diberikan oleh United States Office of Education, bimbingan diartikan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk masalah yang dihadapinya. Masalah yang dihadapi seperti masalah kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial, dan pribadi. Dalam pelaksanaannya bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.[5]
Dalam peraturan pemerintah N0.29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah, dikemukakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
Sedangkan pengertian konseling secara bahasa berasal dari bahasa latin, adalah consilium yang berarti dengan atau bersama yang dirangkai dengan menerimai atau  memahami. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari sellan yang berarti menyerahkan atau menyampaikan.[6] Ada pula yang mengatakan istilah konseling merupakan terjemahan dari kata counseling. Menurut arti katanya, counseling, yang berasal dari kata counsel mempunyai arti nasihat, anjuran, pembicaraan.[7]
Ketut Sukardi juga menyebutkan bahwa konseling adalah terjemahan dari counseling yang merupakan bagian dari bimbingan, baik layanan bimbingan secara keseluruhan (counseling is the heart of guidance).
Selain itu, pengertian konseling juga didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Diantanya adalah:
a)      Jones (1963) pengertian konseling adalah sebagai “counseling is taking over a problem with some one. Usually but not always, one of two has facts or experiences or abalities not possessed to the same degree by the other. The process of counseling involves a clearing up of the problem by discussion.”(Jones,1963:291)[8]
b)      Shertzen dan Stone (1981) mengemukakan pengertian konseling sebagai “counseling is an interaction process that facilitates meaningful understanding of self and environment and results in the establishment and/or clarification of goals ang values for future behavior.”
c)      Wrenn (1951) memberikan definisi konseling sebagai “counseling is personal and dynamic relationship between two people who approach a mutually defined problem with mutual consideration for each other to the end that the younger, or less mature, or more troubled of the two is aided to a self determined resolution of his problem” (Wrenn, 1951: 60)
Kata konseling mencangkup bekerja dengan banyak orang dan hubungan yang mungkin saja brsifat pengembangan diri, dukungan terhadap krisis, psikoterapis, bimbingan atau pemecahan masalah. Tugas konseling adalah memberikan kesempatan kepada “klien” untuk mengeksplorasi, menemukan, dan menjelaskan cara hidup lebih memuaskan dan cerdas dalam menghadapi sesuatu.
Konseling mengindikasikan hubungan profesional antara konselor terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individu, walaupun terkadang melibatkan lebih  dari satu orang. Konseling didesain untuk menolong klien untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap kehidupan, dan untuk membantu mencapai tujuan penentuan diri (self-determination)  mereka melalui pilihan yang telah diinformasikan dengan baik serta bermakna bagi mereka, dan melalui pemecahan masalah emosional atau karakter interpersonal.[9]
Dalam buku bimbingan dan konseling juga di sebutkan, bahwa : konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi  yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli (klien) agar mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli (klien) merasa bahagia dan efektif prilakunya.
ASCA (American School Counseling Association) mengemukakan bahwa konseling adalah hubungan tatap muka yang bersifat rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari konselor kepada klien. Konselor mempergunakan pengetahuan dan ketrampilannya untuk membantu klien untuk mengatasi masalah-masalahnya.[10]
Bimbingan dan konseling adalah suatu pelayanan bantuan untuk peserta didik  baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal.[11]
Meskipun ada berbagai macam pendapat yang beragam, para ahli bersepaham bahwa hal pokok dalam bimbingan dan konseling adalah: (a) adanya upaya untuk memberikan bantuan yang bersifat psikologis kepada individu atau peserta didik; dan (b) bimbingan dan konseling mendorong klien agar mampu menyesuaikan diri, berkembang secara optimal dan mendorong agar bersikap mandiri.


[1] Ahmad Sudrajat, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Desember 27, 2013)
[2] W.S. Winkel, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah Menengah, (Jakarta: Gramedia, 1982), hal.7
[3] Djumhar dan Moh.Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah ‘Guidance & Counseling’, (Bandung: CV Ilmu, 1975), hal.12
[4] Sofyan S. Willis, Konseling Individual; Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2004), hal.10
[5] H.M. Arifin, Teori-teori Konseling Agama dan Umum, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 2003), hal.6
[6] Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal 99

[7] Retno Tri Hariastuti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, (Surabaya: UNESA press, 2008), h. 4
[8] Ibid, hal 5
[9] John McLeod, Pengantar Konseling, (Jakarta: Open University Press), 2006, hal 5-7
[10] Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama), 2006, hal 10
[11] Prayetno dkk, Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Depdiknas, 2004), hal.2

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates